Haii epribadii! Jangan bosen dulu yaa sama crita ini ehehe. Btw ad perubahan kata sedikit dari part awal jdi kalo liat ad yang beda brati aku uda edit. Tolong kasi tau ya kalo ada yang typo. trimakasi.
Happy reading :)
SIALAN EMANG LU PADA. LU BERDUA GAK DAPET MAKAN MALAM INI." sahut ibu mereka.
"AMPUN DJ." ejek mereka lagi sambil terkekeh.
"Udah udah. Sini duduk, kita makan. Ada yang mau papa bicarain ke kalian." ujar papa mereka.
***
"Sabar!! Lu gak usah ngomong dulu deh ya," Ujar ibu mereka.
Harris, ayah mereka terdiam.
"MUKA ANAK GUE KENAPA YA TUHAN! HARRIS LU APAIN MUKA ANAK GUE?!" marah ibu mereka.
"Quinn, dengerin dulu. Ini tuh ada penjelasannya," jawab papa ulrich.
"MASA?!" tanya ibu mereka nyolot.
"Lu masih nyuruh anak lu ngelanjutin kerjaan lu di kelompok mafia itu? HAH? Jawab Harris!!" tanya ibu mereka sekali lagi.
"Aku butuh orang yang bisa nerusin ini semua. Dan ulrich cocok buat ngelakuin ini. Kamu harus percaya sama aku," jawab Harris.
"GAK! LU JANGAN PERNAH BAWA BAWA ANAK GUE KE DALAM DUNIA BODOH LU ITU," marah istrinya.
"Mom.... ini keputusan Ulrich. Boleh ya?" ujar Ulrich tiba-tiba sopan.
"Huft.. Kenapa rich? Kenapa kamu jadi begini?" Tanya ibunya sedih.
Adiknya hanya bisa terdiam dan merenungi semuanya. Ayahnya pun hanya bisa memasang raut wajah datar yang tidak peduli akan semuanya.
"Mom. Keputusan Ulrich udah bulat. Jangan coba buat ngubah itu," Ujar ulrich datar sembari meninggalkan ruang makan.
Semua Hening. Tak seorangpun ingin mengejar Ulrich. Mamanya hanya bisa menghela napas pasrah dan berdoa supaya Ulrich berubah pikiran. Adiknya? Diam dan mencoba untik tetap memakan hidangan yang tersedia. Ayahnya? Hanya memasang raut wajah tidak peduli. Dan mereka makan malam dengan keheningan.
keesokan pagi nya
"ULRICH BANGUN! SUDAH JAM BERAPA INI?" teriak ibu nya sambil menarik-narik selimut milik Ulrich
"ASTAGA DALGONA..KEBO BANGET SIH LU." keluh ibu nya yang masi berusaha membangunkan Ulrich.
Tak lama Ulrich terbangun dari tidur nya "Aduh apaan sih mom? pagi-pagi udah teriak-teriak. Ganggu mimpi orang aja" kata Ulrich sambil menarik selimut nya untuk melanjutkan boker (bobo keren) nya.
"HEH..HARI INI KAN HARI PERTAMA ARA MASUK SEKOLAH SAMA LU.GIMANA SIH? UDAH BURUAN MANDI SANA!" teriak ibu nya yang sudah geram dengan Ulrich.
"Aduh,iya-iya. Gausa teriak-teriak ngapa." kata Ulrich sambil bangun dari tempat tidur nya.
"Lagian kebo sih lu. Yauda buruan mandi..nanti langsung turun sarapan" kata ibu nya .
"Hm." jawab Ulrich yang sedang menyiapkan seragam dan mengambil handuk untuk mandi.
***
Setelah siap semua nya, Ulrich turun untuk sarapan bersama Ara yang sudah duduk manis di meja makan."gud pagi bang" sapa Ara
"Hm..buruan sarapan nya..udah siang" jawab Ulrich cuek
"Yeee dari tadi gua nungguin lo dugong." Kata Ara yang kesal dengan Ulrich.
hening
Setelah selesai sarapan mereka berpamitan dengan orang tua nya dan bergegas untuk pergi ke sekolah. Ibunya menatap kepergian mereka dengan kesedihan mendalam atas kehidupan yang anaknya pilih.
****
Sesampainya di sekolah Ulrich langsung memarkir kan motor sport nya dan beranjak ke kelas.
Dari depan pintu kelas, Ulrich sudah melihat cewe aneh duduk di dalam kelas.
***
Saat bel masuk berbunyi,semua siswa duduk rapi di kursi nya masing-masing."Selamat pagi anak-anak" sapa bu Sarah selaku guru biologi.
"Pagi bu."
Saat pelajaran berlangsung, Bu disa yang terkenal sebagai guru ter-killer, masuk ke kelas untuk memberitahukan sesuatu pada Bu Sarah.
Tiba-tiba
"BANGSAT KECOAK, PERGI LU ANJING!" Teriak Ulrich sambil memeluk Vania karena ketakutan.
Vania hanya diam tanpa reaksi karena terkejut dengan tingkah Ulrich.
Keadaan kelas menjadi seperti pasar karena suara tawa seisi kelas akibat tingkah Ulrich. Dan Ulrich pun langsung memandang tajam mereka. Dan mereka pun langsung terdiam serta mengalihkan pandangan mereka.
Setelah kecoak nya hilang entah pergi kemana, Ulrich langsung melepaskan pelukannya pada Vania.
***
teng teng teng
Suara bel istirahat berbunyi. Ulrich langsung melangkahkan kakinya untuk pergi ke kantin.
Sedangkan Vania? dia pergi ke perpustakaan untuk membaca buku fiksi kesukaan nya.
Saat makan, Ulrich teringat dengan kejadian tadi pagi saat dia memeluk Vania tanpa sengaja.
"Bangsat. Gue ngapain sih pake takut segala. Jatuh harga diri gue anjing. Trus gue ngapain peluk cewek Dajal anjir? Sial banget gue." gumamnya dalam hati.
"Kalo gue minta maaf, tuh cewek bakal ngerasa menang dan ngetawain gue. Gimana nih anjing?" pikir ulrich.
***
Saat waktunya pulang sekolah, Ulrich berniat untuk minta maaf pada Vania."Mending gue minta maaf. Tapi tetep gak boleh ngerendahin harga diri gue sebagai cowok penyiksa kehidupannya." pikir Ulrich
Ulrich keluar kelas dan segera mencari Vania. Tapi dia tidak dapat menemukan Vania di mana-mana.
Akhirnya Ulrich menemukan Vania di depan gerbang sekolah. Ulrich buru-buru menghampiri vania.
"Woi!!" teriak Ulrich sambil menghampiri Vania.
Vania pun menoleh dan mendapati Ulrich dibelakangnya.
"Kenapa?" tanya Vania.
"Gue ingetin ke lo. Lupain semua kejadian dikelas. Ngerti lo?!" ancam Ulrich sambil menujuk wajah Vania.
"Hah? Eh.. I-iya. Aku lupain." jawabnya terbata.
"Bagus kalo lo masih punya akal Sehat." ejek ulrich sambil berjalan menjauh.
Tiba-tiba ia berhenti. Vania yang melihat itu pun menjadi takut.
"Maaf. Gue gak niat peluk lo. Gue jijik sama kecoak." ujarnya sambil berlalu.
"Ehm? Oh i..iy..iya gapapa" jawab Vania sambil tersendat-sendat dan memperlihatkan senyum nya yang manis. Saking manisnya orang yang ngeliat bisa mendadak diabetes hehe.
Gimana? Lebih panjang dari sebelumnya kan? hehehe. Jangan lupa vote + comment yaa! Sedih lho aku bikin cerita ini perlu waktu buat mikir tapi ga dihargain. Plis luangin waktu kalian sebentar aja buat pencet lambang Bintang di bawah. Yang uda vote makasii yaa!
1 vote dari kalian bener-bener berarti banget buat aku hehe. Love you readers ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Evilicious Badboy
Teen Fiction[HIATUS] "Jadi dia Vania Lastriana Stella? Gadis yang aneh. Baru kali ini aku bertemu gadis sepertinya." -Ulrich Stern Christian Adijaya- -------------------------------------- "Siapa sih dia? Pagi-pagi sudah membuatku kesal." -Vania Lastriana S...