TIGA

56 45 42
                                    

SD Katolik Santa Kasih Natal

Menteng, Jakarta Pusat

Januari, 2013

Seperti biasa, anak laki-laki yang merupakan siswa baru itu selalu menjadi bahan ejekan satu kelas. Anak-anak sekolah dasar yang bersekolah disana sangat mengenal siapa anak itu. Siapa yang tidak tahu orang Taiwan itu? Laki-laki berkulit putih, bermuka tembem seperti bakpao, seringkali pipi bulat itu berubah warna menjadi merah bila ia duduk di dekat perempuan. Perawakannya tinggi tegas, namun berubah menjadi sangat lemah bila menyangkut urusan murid-murid perempuan.

Oleh karena itu, ia selalu menjadi bahan bully bagi anak-anak perempuan.

Gideon Lee harus bernyanyi lagu 'Potong Bebek Angsa' dalam bahasa mandarin bila ingin botol minumnya dikembalikan. Jessica Thania menaruh botol minum milik Gideon diatas lemari penyimpan buku di kelas, dan bila ingin mengambilnya harus menggunakan kursi. Sedangkan di sekeliling lemari itu dijaga ketat oleh murid-murid perempuan lainnya yang ingin mengerjai Gideon.

"Ak.. aku bener-bener nggak.. tahu.. Bebek.. Angsa Potong itu lagu apa.." Gideon dengan bahasa indonesia yang masih terbata-bata menjawab perintah Jessica. Beberapa murid laki-laki tertawa, dan sebagian lagi hanya bersorak-sorai.

"Coba kita nyanyiin. Nih denger ya. Potong bebek angsa, masak di kuali, nona minta dansa.. dansa empat kali –"

"Anak-anak, kembali ke tempat duduk kalian ya. Jessica, kembalikan botol minum Gideon. Nggak baik ambil-ambil barang milik orang lain, ya." Bu Suti, wali kelas mereka masuk kelas secara tiba-tiba.

"Baik, Bu." Jessica berubah menjadi murid alim. Dengan langkah lincah, ia melompat ke kursi dan mengambil botol minum biru muda itu dan mengembalikannya kepada pemiliknya.

"Nih!" ucapnya dengan wajah kesal. "Lain kali aku umpetin kotak pensilmu!"

Gideon dengan wajah bodohnya menatap Jessica dengan bingung. Matanya membulat menatap Jessica. Kenapa mau umpetin barang orang harus bilang-bilang dulu?

"Baik, hari ini kita akan mulai belajar tentang —"

Gideon menatap botol minum di tangannya. Fiuh. Syukur nggak rusak.

***

Mata gadis berkuncir dua mengawasi anak itu tajam. Apa yang dilakukan anak itu, semuanya ia tidak suka. Ia tidak suka saat anak itu ketika menatap Jessica memohon kembali botol minum yang diambil. Ia tidak senang saat Jessica berada disana, mengembalikan botol minum miliknya. Ia tidak senang saat mata anak itu menatap Jessica lekat.

Dan kini, ia menatap benci saat anak itu mulai mengelus botol minum miliknya dengan pelan.

Gadis itu mendengus.

Hanya sebuah botol minum, tapi kenapa ia begitu menyayanginya? Apa anak itu gila? Aneh. Dasar anak aneh!

***

"Orang Taiwan!" Beberapa anak-anak perempuan yang berada sekelas dengan Gideon memanggilnya. Gideon yang sedang berjalan ke luar, melihat apakah bibinya sudah menjemputnya, berputar balik. Ia terkejut saat Jessica berada di hadapannya.

"Aku mau kotak pensilmu." Jessica mengulurkan tangan kanannya, meminta pada Gideon, sedangkan tangan kirinya berkacak pinggang.

Gideon menggelengkan kepalanya. "Nggak. Ini kotak pensil baru aku. Aku nggak mau kasih."

"Aku suka sama kotak pensilmu. Aku pinjam sebentar nggak boleh?"

Gideon tetap menggelengkan kepalanya dengan keras.

"Cuih! Dasar pelit! Padahal cuman mau pinjem." Jessica segera berbalik badan karena ia mulai mengeluarkan air mata. Ia juga menginginkan kotak pensil yang dimiliki oleh Gideon, tetapi kenapa anak laki-laki itu tidak mau meminjamkannya? Ia berkata akan menyembunyikan kotak pensilnya tadi hanya untuk menggertaknya saja. Ia tidak benar-benar niat seperti itu.

Gideon yang terkejut karena Jessica membalikkan tubuhnya secara tiba-tiba, langsung merasa bersalah. Ia mengangkat alisnya, sedang berpikir akan meminjamkannya atau tidak.

Tangannya melepas tas punggung biru mudanya, lalu mengeluarkan kotak pensil berbentuk persegi panjang bergambar sinchan nya. Ia menatap sebentar ke kotak pensil itu, lalu memanggil Jessica.

"Jessica!" teriak Gideon itu yang membuat Jessica menghentikan langkahnya. Ketiga temannya yang berdiri di samping Jessica terkejut ketika Gideon memberikan kotak pensilnya kepada Jessica.

"Ini aku kasih kotak pensil aku, ya. Harus dijaga baik-baik." Gideon tersenyum menatap mata Jessica yang memerah.

"Terus, entar ka—"

"Aku ada kotak pensil yang lama di rumah. Masih bisa dipakai, kok." Gideon menjawab dengan bahasa Indonesia yang tidak terlalu lancar namun jelas. Ia masih tetap tersenyum saat melihat Jessica mulai malu-malu menerima kotak pensil itu. Ia berharap Jessica dapat menjaga hadiah ulang tahunnya yang diterima dari ayahnya, dikirim langsung dari Taiwan, dengan baik-baik.

Jessica mulai menangis kembali. Kali ini ia menangis bahagia. Akhirnya ia mendapat kotak pensil dengan gambar karakter kartun favoritnya.

Ketiga teman Jessica yang berdiri disana, mulai menenangkan Jessica. Gideon membalikkan tubuhnya, tanpa ikut menghibur Jessica yang masih saja menangis.

Tanpa ia sadari, sepasang mata milik gadis berkuncir dua itu mengawasinya dengan teliti.

Gadis itu mencibir. Entah mengapa ada sesuatu yang mengusik hatinya saat ia melihat kejadian barusan. 

VANIA & GIDEON (Tjaya's Fam Series IV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang