TUJUH

4 0 0
                                    

Gideon hanya berpikir ini tidak mungkin. Karena mungkin ini hanya kebetulan. Tetapi dirinya sama sekali tidak bisa berpikir yang lain kalau bukan karena sudah takdirnya. Ia mengangkat alis sebelah kanannya, lalu berbicara pada gadis di sampingnya usai mendengarkannya berbicara panjang lebar.

"Maksud kau, selama ini kau seorang ....?"

Gita yang berada di samping Gideon hanya menangis, menampilkan wajah rasa lemas nya, dan sungguh, Gideon tidak tega melihat pujaan hatinya terus menangis menahan penderitaan seperti ini. Ia harus membantu Gita, namun apa yang bisa ia bantu? Ia juga tidak memiliki uang, karena uang jajannya sendiri pun pas-pas an bahkan kadang kurang.

Meminjam Mama nya? Sungguh tidak mungkin. Meminjam teman? Tidak ada yang benar-benar dekat dengan Gideon yang pantas untuk dipinjami uang.

Tiba-tiba terlintas Vania di benaknya, ah tidak. Tidak mungkin Vania, apa lagi gadis aneh seperti itu. Gideon menggelengkan kepalanya tegas.

"Aku mohon, jangan beri tahu siapapun, hanya kau yang tahu."

Gideon menolehkan wajahnya pada Gita, lalu tersenyum kecil. "Iya, asal kau janji untuk nggak nangis lagi, oke?"

Gita berusaha untuk menghapus semua air mata yang mengalir, kemudian mengangguk. "Terima kasih."

"Pulang?"

Gadis cantik itu mengangguk sekali lagi, kemudian beranjak pergi. "Aku pulang dulu, terima kasih karena sudah mendengarkan ceritaku, teman."

Gideon membalas senyuman Gita dan memandang tubuh gadis itu yang berbalik menjauhinya. Hatinya bimbang. Di satu sisi ia sangat menyukai Gita dari segalanya, ia akan menerima Gita apa adanya, bahkan ia juga menyayangi Gita. Tapi di sisi lain, mamanya pasti tidak akan menyetujui dirinya bersama Gita kalau beliau tahu latar belakang Gita.

Dan lagi, kalau misalkan ia memutuskan untuk membantu Gita, ia akan terjatuh ke dalam masalah yang lebih dalam bersama gadis itu. Haruskah ia menghapus perasaannya? Atau ikut menderita bersamanya?

Dari awal Gideon memang tidak salah menilai. Gita adalah siswi yang sangat mandiri. ia tidak manja, ia mandiri, dan ia tipe seorang penyayang. Ia sangat menyayangi ayah dan ibunya meski orang tuanya sekarang sudah tidak pernah menganggapnya ada. Mereka terlalu sibuk untuk mengurusi pasangan mereka masing-masing.

Ayah Gita seorang pengedar narkoba, pecandu narkoba, dan ia juga seorang penjahat kelamin. Sudah pernah ditangkap beberapa kali oleh polisi, namun selalu lolos karena disogok oleh ibunya. Ibunya sendiri memang seorang PSK, dan ia mendapatkan uang yang cukup banyak dari sana. Ayah dan ibunya tidak pernah menikah, jadi Gita dilahirkan sebagai anak tanpa ayah. Pada saat usia 11 tahun, dirinya sudah tahu kalau hidupnya bukan hidup selayaknya anak-anak normal. Ia tahu ayahnya maish hidup, ia tahu ibunya juga masih berkerja seperti itu meski neneknya terus berusaha meyakinkan kalau kedua orang tuanya berkerja di luar negeri.

Belakangan, karena neneknya sakit keras, ia membutuhkan uang untuk berobat ke dokter. Sedangkan ayah dan ibunya beberapa bulan ini belum mengirimkan uang sama sekali. Uang sekolah Gita juga dibiarkan menunggak, dan pihak sekolah sudah berkali-kali mengingatkan untuk membayarnya. Itu sebabnya Gita sering dipanggil oleh kepala sekolah pada saat jam pelajaran.

Menyadari kondisinya seperti itu, Gita terpaksa harus menerima pekerjaan dari kenalan seorang temannya. Ia tahu itu kotor, itu berdosa, namun demi kesembuhan neneknya, ia mengorbakan masa depannya. Gita sama sekali tidak membenci ayah dan ibunya, ia terlalu sayang kepada ayah dan ibunya sehingga setiap malam ia selalu berdoa, meminta perlindungan kepada kedua orang tuanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VANIA & GIDEON (Tjaya's Fam Series IV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang