Chapter 1 - Sunflower

2.3K 143 6
                                    

Cass

Namanya Issabelle, wanita yang aku temui di sebuah restoran saat aku datang di kota yang begitu tenang ini. Dia tidak muda lagi, mungkin usianya dua kali dari usiaku, namun, dia terlihat sepuluh tahun lebih muda. Aku tidak berbohong!

Pembicaraan kami dimulai ketika seorang laki-laki mendatangiku dan menanyakan beberapa hal yang membuatku tidak nyaman saat aku sedang berada di sebuah restoran di kota tenang ini. Sungguh beruntung, laki-laki itu pergi dengan cepat saat Issabelle mendatangi mejaku. Thank God.

"Sungguh tidak baik bagimu untuk berkeliling sendirian di tempat yang penuh dengan orang asing," ucapnya dengan suara pelan, "wajah tanpa dosa juga cantikmu ini akan membahayakan dirimu, dan aku yakin kamu tidak akan bisa menyelamatkan hidupmu sendiri nanti."

Wajah tanpa ekspresinya terlihat begitu jelas saat mengatakan kalimatnya dan gosh, semua itu dia ucapkan dalam hitungan detik.

"Tidak ada apapun di sini selain kekacauan. Kamu tidak akan bisa menemukan apa yang kamu cari, dan saranku, segera tinggalkan kota kecil juga sunyi ini, secepat yang kamu bisa."

"Aku tidak tahu apa yang aku cari sebenarnya," ucapku dengan senyum, mencoba bersikap ramah kepadanya, "namun jika Anda ingin tahu, aku hanya seorang gadis yang menyukai berkeliling sendirian."

Lagi, ekpresi datarnya terlihat begitu jelas.

"Aku tidak percaya itu. Percayalah, kamu pasti akan semakin masuk ke dalam dan semakin ke dalam kekacauan yang akan membuat dirimu semakin kebingungan untuk mencari jalan pulang," kini ekspresi seriusnya yang terlihat dengan tatapan mata hitam pekatnya yang langsung masuk ke retinaku.

"Apa Anda bisa menyebutkan, kekacauan seperti apa yang Anda maksud?"

Aku masih berusaha untuk mengerti apa yang dimaksud oleh Issabelle. Sesaat dia terdiam dan kurasakan genggamannya yang begitu kuat di pundakku.

"Apa kamu berpikir aku tidak tahu gadis seperti apakah kamu? Aku sudah banyak bertemu gadis sepertimu, dan aku tidak melihat adanya perbedaan antara dirimu dengan mereka. Jika kamu masih tidak menyadari apa yang kamu punya,....," dia berhenti sesaat, aku masih menunggu kalimat dia berikutnya, namun tidak ada, dia tidak menyelesaikan kalimatnya.

Perlahan, dia melepaskan tangannya dari pundakku dan pergi begitu saja. Apa maksudnya?

"Aku tidak memiliki apapun," ucapku cepat, memastikan dia mendengarnya.

Aku masih tidak percaya dengan apa yang dikatakannya. Pandanganku masih ke arahnya walau hanya punggungnya yang terlihat. Hingga,...

"Kamu harus pergi sekarang juga, jika kamu tidak ingin kehilangan hidupmu, nyawamu," ucapnya dengan ekspresi sangat serius saat dia menoleh ke arahku, lalu langkahnya begitu cepat dan dia tidak menoleh ke arahku lagi.

Sekali lagi, aku tidak mengerti apa maksud wanita dengan segala kemisteriusannya itu. Tidak ingin berikir keras, aku mengalihkan pandanganku pada wanita paruh baya, mungkin sekitar lima puluh tahun. Dia terlihat berjalan ke arahku, mengantarkan makanan yang aku pesan sebelumnya.

"Aku tidak tahu dengan pasti apa yang kalian bicarakan, namun saranku, nikmatilah makanan ini dan jangan lupa membayar tagihannya."

Thank God, masih ada hal normal di sini. Wanita itu tersenyum lembut dan dengan cepat meninggalkanku. Sesaat aku berpikir, wanita paruh baya ini terdengar lebih logis dari pada Issabelle.

Aku menyukai restoran ini. Bangunannya menyerupai rumah dengan ukuran kecil. Beberapa meja kayu berbentuk bundar dilengkapi dengan kursi dari bahan yang sama, juga payung dengan tiang penyangga di bagian tengah meja, di tempatkan di bagian depan dari restoran ini. Restoran yang terlihat begitu nyaman juga teduh apalagi beberapa pohon tinggi di sekitar halaman belakang juga samping.

The Missing PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang