Chapter 5 - Yarrow Flower

1.2K 90 4
                                    

Theo

Tanpa pikir panjang lagi, aku melompat ke danau. Berusaha mencarinya  di dalam danau dengan air yang begitu dingin.

Oh no, aku masih belum menemukannya. Tidak ingin menyerah, aku terus mencarinya sampai ke tengah danau hingga aku melihat seseorang tenggelam di dalam danau. Oh God aku yakin sekali itu adalah dia. Segera kutarik tubuhnya juga tas yang berada tidak jauh darinya.

Kuangkat tubuhnya erat dan membaringkannya perlahan di rerumputan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kuangkat tubuhnya erat dan membaringkannya perlahan di rerumputan. Dia terlihat sangat pucat dan kulitnya begitu dingin.

Tidak tahu harus melakukan apa sekarang. Aku tidak dapat berpikir dengan baik. Jantungnya berhenti berdetak atau sangat lemah, aku tidak begitu yakin.

Apa yang dipikirkannya? Dia jelas tidak bisa berenang, namun dia masih tetap melompat ke danau?

Sekali, dua kali, entah berapa kali aku menekan dadanya dengan tanganku. Kuluruskan wajahnya. Sesekali aku memasukkan oksigen melalui mulutnya.

"C'mond c'mond, bukalah matamu, kumohon."

Beberapa kali aku mengulang apa yang aku lakukan. Menekan dadanya, memberikan oksigen melalui mulutnya. Aku tidak menyerah hingga air keluar dari mulutnya. Dia memuntahkannya lebih tepatnya.

"Thank God."

Kini, dia terlihat membuka matanya. Beberapa saat dia mengerjab-ngerjabkan matanya lalu mata itu menutup kembali.

Aku bisa merasakan detak jantungnya, juga napasnya, walau kulitnya masih terasa begitu dingin.

Calm.

Calm.

Kucoba untuk menenangkan diriku. Semua pakaiannya basah, begitu juga dengan pakaianku.

"What should I do?"

Tanpa pikir panjang, aku melepaskan kaosnya, walau dia akan membunuhku nanti jika dia kembali membuka matanya. Sekarang, aku hanya ingin menolongnya.

Sh*t.

Her body is so amazing.

D*mn you, Theo.

Seharusnya aku bisa konsentrasi sekarang. Jujur saja, aku tidak bisa memungkiri keidahan tubuhnya, sexy, so sexy, bahkan, ya, so hot. Sekali lagi aku mengingatkan diriku, aku bukan laki-laki brengs*k di luar sana, apalagi seperti dua laki-laki tidak bermoral yang menyentuhnya dengan begitu rakus. No, aku bukan laki-laki seperti mereka.

Dengan cepat aku melepaskan kemeja hitamku juga kaos putihku yang aku kenakan sekarang. Perlahan aku membaringkan tubuhku tepat di sampingnya.

Skin to skin, itu yang terjadi sekarang.

Entah apa yang terjadi, jantungku berdetak begitu cepat. Kini, aku mulai mengangkat pelan kepalanya dan menempatkannya di lenganku hingga wajahnya hanya berjarak lima sentimeter dengan wajahku.

The Missing PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang