Theo
'Oh my gosh, she's so beautiful.'
Kalimat itu keluar begitu saja saat aku melihatnya, walau hanya dalam batinku. Dia berdiri di depan jendelanya yang terbuka lebar di sebuah kamar di lantai dua yang berada tepat di depanku sekarang.
Calvin, dia adikku. Sekarang aku menunggunya, menjemputnya lebih tepatnya. Ya, dia baru saja sampai di kota kecil ini. Kota yang begitu tenang yang sudah aku tinggali selama setahun.
'Damn.'
Bahkan aku tidak dapat mengalihkan pandanganku darinya. Bukan cuma mataku, tubuhku sepertinya ikut membeku, terasa seperti cairan anestesi disuntikkan langsung ke kulitku. Demi Apollo, senyumnya terlihat begitu mempesona.
Namun, ada sesuatu di dalam tubuhnya, ya, aku merasakannya, begitu kuat, walau aku tidak tahu dengan pasti apa itu. Yang pasti wajah cantiknya begitu berbeda. Cantik tanpa cela, terlihat begitu jelas, tetapi, seperti tubuhnya, ada sesuatu yang berbeda di wajah malaikatnya, sekali lagi, aku tidak tahu apa itu.
"Hai, apa yang kamu lihat?"
'Holly sh*t.'
Calvin tiba-tiba datang, entah datang dari mana, yang pasti dia sudah mengganggu pikiranku.
"Tidak ada, let's go," ucapku cepat.
Keluargaku juga aku pindah ke kota kecil ini dari setahun yang lalu, kecuali Calvin. Kami meninggalkan kota besar itu dan pindah ke sini hanya karena satu alasan, menghilang. Menghilang dari semua hal, itu yang selalu dikatakan oleh ayahku kepada kami, semua anak laki-lakinya. Tetapi, Aku tidak begitu yakin hal itu adalah alasan utamanya, aku yakin ada sesuatu hal yang lain, yang harus aku cari tahu.
"Bagaimana kabar ayah, apa dia baik-baik saja? Maksudku kesehatannya."
"Dia jauh lebih baik dibandingkan bulan lalu. Berapa lama kamu akan berada di sini?"
"Seminggu, mungkin. Kenapa, apa kamu sudah merindukanku? Oh God, aku baru saja datang, Theo."
Dalam detik yang sama, Calvin memukul bahuku. Hal yang selalu dia lakukan setiap aku menanyakan sesuatu hal yang tidak diterima oleh otaknya, sesuatu yang tidak dia percayai lebih tepatnya.
Mungkin aku belum memberitahu, Calvin, dia, termasuk bocah yang menyenangkan, yang selalu berpikir positif dalam hal apapun. Ya, begitulah dirinya. Hal itu yang aku suka dari dirinya, yang begitu terbalik dengan kakak laki-lakiku, Romeo.
"Gosh, c'mond Calvin," suaraku terdengar begitu malas, hingga dia tertawa lepas lagi, dan lagi.
Aku masih mengingat dengan baik apa yang di katakan Romeo, tiga hari yang lalu lebih tepatnya. Dia membicarakan seorang gadis. Gadis yang sangat spesial, aku yakin itu. Sesaat aku teringat akan seorang gadis yang berdiri di depan jendela yang terbuka.
Tanpa pikir panjang lagi aku menoleh ke arahnya "run," bibirku bergerak begitu saja tanpa aku perintah dan aku tidak tahu kenapa itu terjadi.
"Apa katamu?"
Calvin menatapku sekarang, dengan wajah bingungnya yang terlihat begitu jelas.
"Tidak ada. Dan, Calvin, kita harus cepat, semua orang sudah menunggu kita."
"Oh OK, tetapi kita tidak perlu berlari, kan?"
"Terserah," ucapku ringan, dan ya, dia tersenyum sekali lagi.
🍂🍂🍂🍂🍂
"Kalian di sini rupanya," Romeo memeluk Calvin untuk beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Missing Piece
ActionThis is an action with passioned romance story! Pandanganku beralih pada seseorang yang terlihat berdiri di jalanan, tepat di depan hotel ini. Terlihat begitu jelas menatapku dengan begitu serius yang masih berdiri di dekat jendela kamarku yang bera...