#Author POV#
Setelah itu Sinta langsung ke dapur untuk mengecek pekerjaan para maid . Dan Shafa langsung memakai telepon nya . Namun saat Shafa hendak mengambil gagang telepon nya ada seseorang yang meneriaki namanya
"Shafa !!!" teriak seorang pria berpakaian formal yang tak lain adalah Sergio Verdasco pemilik mansion itu
Shafa langsung terperanjat kaget
"Apa yang kamu lakuin" tanya Sergio sambil menarik lengan Shafa hingga gagang telepon yang dibawanya terjatuh
"Aw... Sergio sakit !!!" teriak Shafa kesakitan
"Ak...ak...ak... . Aku hanya ingin mengetahui kabar orang tuaku" lanjut Shafa ketakutan
"Untuk apa lagi kamu ingin mengetahui kabar orang tua mu yang jelas jelas tidak menginginkanmu" bentak SergioPlakkkk......
Shafa menampak Sergio...
"Jangan berani berani nya kau menghina orang tua ku . Orang tuaku memang brengsek tapi kau jauh lebih "BRENGSEK"!!!" bentak Shafa sambil menekankan kata "brengsek"
"Berani sekali kamu berteriak didepanku" ucap Sergio sambil menambah rekatan pada lengan Shafa
"Aww...Sergio...sakit . Lepas in" jawab Shafa kesakitan
Jelas saja Shafa kesakitan karena tangan mungilnya dicengkeram tangan kekar milik Sergio
"Sergio lepas in sakit" ucap Shafa kesakitan
"Kamu itu harusnya bersyukur karena aku membeli mu dengan harga yang tidak sedikit" ejek Sergio setelah melepas cengkeramannya
"Aku tidak pernah berharap itu terjadi" jawab Shafa
"Dasar tidak tau terimakasih" bentak Sergio
"Untuk apa aku berterimakasih kepada orang yang laknat sepertimu" tanya Shafa menekankan kata "laknat"
"Dasar..." jawab Sergio yang langsung mencengkeram tangan Shafa lagi
Tiba tiba Sergio memandang bibir ranum milik Shafa . Namun ada yang membuat Sergio geram . Saat Sergio hendak menciumnya , Shafa justru menamparnya
"Jangan pernah menyentuhku" ucap Shafa
"Jangan berlagak sok suci deh" ejek Sergio
"Jaga bicara kamu ya" jawab Shafa
"Alah munafik" kata Sergio
Shafa mengumpat "dasar cowok brengsek , laknat , bajingan . Cowok mesum"
Shafa tak henti hentinya mengumpat dan itu membuat Sergio marah besar . Dia dengan sengaja mendorong Shafa hingga terbentur meja . Tapi Sergio langsung panik saat melihat darah keluar dari kepala bagian belakang Shafa
"Sinta !!!!" panggil Sergio
"Iya tuan . Astaga apa yang terjadi pad nona Shafa tuan" tanya Sinta panik
"Sudahlah cepat hubungi Spaso" perintah Sergio
"Baik tuan" jawab Sinta yang langsung menuju telepon genggam
Setelah itu Sergio langsung menggendong Shafa ala bridel style menuju kamar Shafa yang berada di lantai 3 . Selama kurang lebih 30 menit Spaso datang . Spaso bernama lengkap Illija Spasojevic , ia adalah dokter keluarga Verdasco sekaligus teman Sergio saat menjalani Amsterdam , Belanda . Saat itu Spaso menjalani kuliah kedokteran , sedangkan Sergio dibidang ilmu komunikasi dan ekonomi namun karena Sergio memiliki tingkat IQ diatas rata rata dia bisa lulus lebih cepat dari mahasiswa lainnya---
"Lho sama sekali nggak bisa berubah ya" ucap Spaso
"Apa maksud lho" tanya Sergio kebingungan
"Lho selalu aja kayak gini sama perempuan" jawab Spaso sambil memeriksa Shafa
"Karena emang perempuan pantas untuk dihancurin" ucap Sergio
"Eh... tapi tunggu deh gue nggak pernah liat lho sekhawatir ini" ejek Spaso
"Maksud lho apa sih" tanya Sergio kebingungan
"Lho suka ya sama nih cewek" Spaso balik bertanya
"Apaan sih nggak mungkin lah dia tt sama aja . Dia akan menjadi korban gue selanjutnya" jawab Sergio
"Apanya yang nggak mungkin sih cinta itu hadir nya tiba tiba terus cinta itu hadir karena adanya suatu kenyamanan" ucap Spaso
"Udah ah apaan sih ngomongin yang nggak penting" jawab Sergio kesal
"Gadis ini harus dibawa ke rumah sakit" ucap Spaso
"Apa lho nggak bisa mengobatinya disini aja" tanya Sergio dengan nada dingin
"Ok baiklah sobat ...tapi dia kehilangan banyak darah gue harus menghubungi pihak rumah sakit untuk membawakan beberapa kantung darah" jawab Spaso
"Golongan darah nya apa" tanya Sergio
"Golongan darahnya A" jawab Spaso
"Lho ambil aja darah gue" ucap Sergio yang langsung membuat Spaso terjingkat kaget
"Lho serius" tanya Spaso ragu
"Emang ada tampang bercanda diwajah gue" Sergio justru berbalik tanya
"Ya nggak sih" jawab Spaso
"Ya udah" ucap Sergio lalu melenggang pergi . Tak lama kemudian Spaso mengikutinya , ternyata mereka ke ruang kerja Sergio . Sergio menceritakan semuanya tentang kronologis pertemuannya dengan Shafa , tentang keluarga Shafa . Hingga pada akhirnya Sergio membeli Shafa---
3 hari kemudian ....
Shafa masih belum sadar meskipun dia sudah mendapatkan transfusi darah . Dari Sergio . Tapi dia harus memakai selang oksigen karena kondisi belum pulih benar
"Darahku mengalir dalam tubuhmu . Itu artinya darah kita sudah bercampur . Jadi kau dan aku memiliki keterikatan batin , sehingga tidak memungkinkan untukmu bisa kabur dariku" ucap Sergio sambil menggenggam tangan Shafa lalu beralih mengecup kening nya
"Sinta !!!" panggil Sergio lewat interkom
"Cepat ke kamar Shafa" lanjutnya
"Baik tuan" jawab Sinta
Tak lama kemudian Sinta datang
"Ada yang bisa saya bantu tuan" tanya Sinta
"Kau jaga gadisku aku akan segera kembali" jawab Sergio
Kau sendiri yang akan mengucapkan terimakasih Shafa, batin Sergio
Tak lama setelah Sergio pergi terlihat ada pergerakan pada tangan Shafa
"Kau sudah siuman nona" tanya Sinta
"Kepala ku sakit Sinta" ucap Shafa lirih
"Itu wajar nona kepala mu baru terbentur meja dan kau tidak sadar selama 3 hari" jawab Sinta
"Apa !!!" pekik Shafa tidak percaya
"Ya aku ingat saat pria brengsek itu mendorongku hingga terbentur meja" lanjut Shafa
"Ssst...kau tidak boleh bicara seperti itu nona . Kalo tidak ada tuan aku tidak tau apa yang akan terjadi padamu" ucap Sinta sambil membantu Shafa duduk
"Apa maksudmu Sinta" tanya Shafa bingung
"Mungkin tuan tidak sengaja mendorongmu saat mengetahui kau pingsan tuan langsung panik" jawab Sinta panjang lebar
"......oh ya dan 1 satu lagi kau kehilangan banyak darah nona . Tuan Sergio lah yang mendonorkan darahnya untukmu" lanjut Sinta
"Kau jangan berbohong Sinta" ucap Shafa tidak percaya
"Aku tidak bohong nona , kalo kau tidak percaya kau bisa tanya kepada seluruh maid dan dokter Spaso . Dokter Spaso adalah dokter keluarga Verdasco yang menanganimu" jawab Sinta meyakinkan Shafa
"Sinta kau tau sekarang Sergio dimana" tanya Shafa
"Selama kau sakit tuan tidak ke kantor nona" jawab Sinta
"Benarkah Sinta" tanya Shafa lagi
"Benar nona" jawab Sinta
"Kau bisa antar aku" pinta Shafa
Sinta mengangguk . Akhirnya Sinta menuntun Shafa menuju kamar Sergio . Namun Saat mereka berjarak 100 meter dari kamar Sergio , Sinta menghentikan langkahnya
"Ada apa Sinta mengapa kau berhenti" tanya Shafa bingung
"Maaf nona aku hanya bisa mengantarmu sampai sini" jawab Sinta
"Baiklah Sinta terimakasih" ucap Shafa
Lalu Shafa melanjutkan perjalanan menuju kamar Sergio yang tinggal berjarak 100 meter dari tempatnya berdiri . Namun saat Shafa sudah berada di depan kamar Sergio , ia merasa raguAku yakin nggak ya . Aku takut kalo ini cuma jebakan . Tapi Sinta juga nggak mungkin bohong, batin Shafa
Tetep setia ya readers ku tersayang 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
The Owner's Heart
RomanceShafania Cesa Ristanti (19 th) gadis cantik nan manis , sopan , pintar dan ramah . Ia rela jauh dari orang tua dan keluarga hanya untuk menggapai cita cita nya melalui beasiswa ya ia dapat . Shafa juga tergolong seorang gadis sederhana dan tidak suk...