16. Discipline Her

38.9K 1.5K 16
                                    

Jane termenung duduk diatas sofa ruang keluarga rumah Arthur, saat ini pria itu sedang bekerja dan meninggalkannya sendiri dirumah. Seperti sesuatu ada hilang ketika pamannya itu tidak berada dirumah, semenjak kepulangan mereka dari London. Arthur menjadi jauh lebih posesif, dirinya mungkin dapat berkeliaran disekitar dalam bangunan rumah Arthur, tapi pria itu tak mengijinkan dirinya keluar dari pintu utama walaupun hanya selangkah.

Gadis itu mendesah, ia hanya mengganti saluran televesi yang sepertinya tidak ada yang menarik. Jane teringat akan ponselnya, ia kemudian beranjak dari duduknya dan mulai mengitari seisi ruangan.

Jane membuka seluruh laci nakas yang ada diruangan itu, hanya ada majalah dan koran lama. Kemudian mata indahnya melirik kelantai atas, Jane segera menaiki tangga dan menuju ruang kerja Arthur.

Tidak terkunci...

Batinnya, ia segera memasuki ruangan tersebut. Hanya penuh dengan buku, Jane kemudian memeriksa setiap lemari dan laci meja kerja Arthur.

Gotcha!

Ternyata selama ini pria itu menyimpannya dilaci meja kerjanya, pantas saja Jane tidak pernah melihat ponselnya dikamar Arthur.

Gadis itu lalu berusaha menyalakan ponselnya, syukur barang kecil itu masih dapat hidup dan beruntung Arthur tidak membuangnya. Tapi, bagaimana ponselnya bisa sampai disini? Bukannya barang itu tertinggal dirumah John?

"John pasti mengantarkannya kemari" ujar Jane kepada dirinya sendiri, ia mengecek segala pesan masuk dan beberapa panggilan. Terlihat sekali jika Andrea sepupunya itu sangat mengkhawatirkan dirinya.

Jane menekan tombol panggilan, akibat pertengkaran hebat dirumah ibunya Jane sampai lupa untuk memberi kabar pada gadis itu.

"halo, Janney?"

"hai Andrea!" sapa Jane kepada Andrea lewat sambungan telepon.

"ponselmu telah kembali? Aku pikir John tidak akan mengantarkannya" ujar Andrea yang membuat Jane tertawa renyah.

"well, dia pria yang baik" balas Jane.

"hm, bagaimana keadaan disana?"

"aku dirumah Uncle, Andrea" balas Jane.

"benarkah? Kenapa kau tidak bilang? Kenapa cepat sekali? Apa yang terjadi sebenarnya Jane?"

Jane memegang dahinya sendiri, sangat rumit untuk dijelaskan lewat telepon. Dan lagi, ia tidak tahu harus memulai penjelasan ini dari mana.

"Andrea bisakah kau kemari?" tanya Jane.

"uhm, entahlah Jane. Tapi akan ku usahakan, kau tahu semenjak kehamilan Ethan melarangku keluar rumah. Tapi besok aku akan meminta ijin padanya"

"baiklah, tidak perlu dipaksakan"

"ok, sampai besok Janney!"

"sampai besok, jaga kesehatanmu Andrea!"

Jane menutup sambungan telepon setelah mendengar nada girang dari sepupunya itu, Andrea memang tidak pernah berubah.

Malam telah tiba, Jane mempersiapkan makan malam untuk Arthur dan menata meja makan seindah mungkin. Hidangan yang menggugah selera dihiasi lilin dan beberapa hiasan bunga, Jane memberikan sentuhan terakhir diatas daging panggang yang beraroma sangat nikmat tersebut.

Sesekali Jane harus membalas budi pria itu yang tidak pernah lelah mengurusnya, kini giliran Jane memanjakan Arthur. Lagipula, sebentar lagi ia akan menjadis seorang istri bukan? Jane tersenyum simpul mengingat hal itu.

Jane mendengar suara deru mobil dipekarangan rumah, ia segera berlari menuju pintu utama dengan bertelanjang kaki. Dari kejauhan Jane melihat pria itu memasuki rumah lalu menutup pintu, seketika Jane melompat girang kearah Arthur yang sedikit terkejut karena ulah gadis itu.

"Uncle, aku merindukanmu" ucap Jane dibahu Arthur, sementara pria itu hanya membalas dengan senyum mengembang sambil menggendong Jane.

"aroma apa ini?" tanya Arthur yang mengarah keruang makan begitu penasaran dengan aroma makanan yang menggugah selera.

"aku membuatkanmu makan malam" ujar Jane yang berada digendongan Arthur.

"sepertinya lezat" ucap Arthur sambil mendudukan Jane dikursi makan tepat disebelahnya.

Mereka makan bersama, sesekali Jane menyuapi pamannya dan begitupun sebaliknya. Kebahagiaan terpancar diwajah keduanya, untuk pertama kalinya Jane dapat melihat wajah bahagia pamannya itu selain wajah dingin dan datarnya. Arthur ikut tertawa, mendengar segala cerita Jane saat dirinya masih kanak-kanak. Kala itu Jane ingat, Arthur selalu membawakannya boneka beruang yang sangat besar ketika pria itu berkunjung ke London.

"sudah" Arthur membersihkan sisa makanan dibibir Jane menggunakan ibu jarinya, wajah Jane memerah hanya karena satu sentuhan itu. Ia lalu menggigit bibirnya sendiri, seolah masih ada rasa dari jemari besar pria itu.

Jane melihat Arthur dengan sigap membereskan makan malam mereka, bahu besar itu nampak lincah mencuci segala perabotan makan. Membuat Jane melirik bakal pada bahu tegap itu.

"kau ingin tidur?" tanya Arthur yang sedang membersihkan tangannya dari air menggunakan sebuah kain.

Jane tidak menjawab, ia hanya melirik kearah meja makan yang telah bersih dari segala perabotan tadi.

"aku ingin memakan sesuatu Uncle..." desisnya erotis seraya mendudukan diri diatas meja.

Melihatnya Arthur menggeram, seketika matanya menggelap dan membuka jas kerja dan dasinya menuju gadisnya yang saat ini tengah membuka lebar kedua kakinya.

"kau gadis yang sangat nakal" ujar Arthur seraya memakaikan dasi miliknya dileher gadis itu dan membuka blouse Jane yang ternyata tidak memakai dalaman.

Dasi bermotif itu tergantung lemas diantara kedua dada Jane yang terlihat polos tanpa sehelai benangpun, Jane menjilat bibirnya sendiri. Melihatnya Arthur langsung menyambar bibir indah itu dengan sedikit mencengkram kedua bahu Jane, memberikan desahan dari bibirnya.

"kau tahu aku tidak suka digoda Jane" bisiknya erotis ketika deru nafas pria itu menggelitik dilehernya.

"meskipun olehku?" tanya Jane setengah mendesah ketika jemari pria itu bermain didalam celana jeans pendek miliknya.

"ya, meskipun olehmu"

"akh..." rintih gadis itu ketika jemari Arthur meyeruak masuk, Arthur lalu membungkam bibir Jane dengan bibirnya agar gadis itu tidak banyak berteriak, walaupun teriakan Jane terdengar sangat bergairah.

"ouh, Uncle..." Jane meracau ketika jemari Arthur bermain-main disana, membuat basah dan lembab didaerah sensitif itu.

"kau menyukainya?" bisik Arthur ditelinga Jane.

"y-yes Uncle..." rintih gadis itu lagi.

"kalau begitu, kau ikuti perintahku dan jangan membantah. Dan kau akan mendapatkan lebih dari ini" ucap Arthur yang seketika membuat tubuh Jane merinding, tapi nikmat bercampur menjadi satu membuat Jane hampir hilang kendali.

"jangan pernah menggodaku..."

"i'm sorry Uncle..."

"yes baby, biarkan aku menggodamu" Arthur meraup bibir Jane dengan sangat kasar dan menuntut, sementara jemarinya masih bergrilya dibalik celana yang hampir melorot itu. Jane merasakan sensasinya, sangat gila dan membuat tubuhnya menggelinjang meski pria itu menahan dirinya.

Arthur menelusuri setiap jengkal leher dan dada ranum milik Jane dengan bibirnya, membuat gadis itu mendongak nikmat disertai desahan erotis yang menggema diruangan makan itu. Miliknya sudah sangat basah, namun Arthur tidak berhenti dan malah bersemangat memainkan jemarinya dibagian luar dan masuk kedalam. Begitu seterusnya hingga Jane merasakan cairannya terus membanjiri celana dan jemari berurat itu.

***

Beautiful SubmissiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang