Seketika Jane membeku ditempatnya, ia hanya bisa terdiam sementara jemari besar itu terus mengelus pundak hingga rambutnya. Jane mengendurkan pelukannya dari tubuh Arthur, wajahnya mengisyaratkan ketakutan walaupun ia berusaha setenang mungkin.
Mengapa tiba-tiba pria itu melamarnya?
Sesuatu yang salah dalam diri Arthur, dan Jane tidak mengerti apa ia harus senang dan berbahagia. Tapi alarm diotaknya menyala seolah ada sesuatu yang akan membahayakannya.Jane mundur beberapa langkah dengan perlahan, membuat kedua tangan besar itu terlepas dari tubuhnya dan Arthur hanya bisa mengernyit heran.
"mengapa Jane?" ucapnya dengan nada dingin.
"kau tidak ingin menikah denganku, hm?" tanya pria itu lagi, Arthur bahkan tidak menyebut dirinya dengan sebutan Uncle lagi, seolah itu memang harus disingkirkan dari hidupnya dengan Jane.
Jane masih terdiam saat Arthur menuntut jawaban kembali, semua wanita pasti akan senang. Dilamar oleh seorang pria yang sudah matang dan terlalu sukses itu, jika dia bukan pamannya Jane akan mudah berkata "iya". Tapi tidak, apa Arthur berniat menghancurkan hidupnya kali ini? Apa yang akan dikatakan oleh ibunya nanti? Belum lagi media pemberitaan akan mencatat nama Arthur sang pengusaha sukses dan dirinya sebagai Potographer yang menikahi pamannya sendiri, dia belum segila itu.
"bukan begitu Uncle, aku hanya-"
"katakan apa yang kau inginkan Jane?" pertanyaan Arthur barusan merupakan sebuah pelecehan baginya, apa pria itu pikir Jane adalah jajaran wanita yang menginginkan harta?
"kalau Uncle berpikir ini semua hanya karena materi, maaf. Aku tidak bisa" ucapnya pelan, dengan nada suara yang hampir menangis. Memang Jane ingin menangis, ia berusaha menahan mati-matian air matanya setelah pria itu berkata seolah Jane adalah salah satu dari jalangnya.
Arthur mendesah resah, masih menatap Jane yang tak jauh dari tempatnya.
"lalu apa yang kau inginkan Jane? Agar kau menjadi milikku seutuhnya"
Aku ingin pernyataan cinta darimu...
Jane bergumam dalam hati, mana mungkin gadis sepertinya dapat membuat pria yang sudah sangat dewasa itu menyatakan cinta padanya. Jane hanya seorang gadis, tidak dapat disandingkan dengan wanita dewasa dengan lipstik merah terang dan kuku yang tercat rapi.
Sama seperti simpanan yang lain, Jane ibarat debu yang kapan saja siap ditiup oleh pria itu. Dan menggantikannya dengan yang baru, mungkin yang lebih muda Jane tidak ingin mengetahui kelanjutannya.
"menikahlah denganku Jane? Kau akan mendapat semua kekayaanku"
"TIDAK!!!" cecar Jane sambil berteriak kencang, suaranya menggema hingga ujung ruangan kamar Arthur disertai isakan kecil.
"apa kau telah kehilangan kewarasanmu? Apa kau sudah gila? Menikahi keponakanmu sendiri?" ujar Jane yang telah kehabisan kesabaran, nafasnya hampir saja habis setelah berteriak panjang lebar, belum lagi air matanya yang membuatnya terisak.
"kau bukan keponakanku..." balas Arthur datar, Jane memegangi dahinya sendiri. Berusaha meyakinkan Arthur sama saja meyakinkan orang gila.
"setidaknya itu yang orang lain ketahui, Uncle. Ibuku, seluruh awak media, karyawanmu, rekan-rekan kerjaku. Mereka semua akan berkata aku gila jika menikahi pamannku sendiri" ucap Jane yang akhirnya sudah sangat lelah dan mendudukan dirinya diranjang. Ia menutup wajah dengan kedua tangannya sementara air mata terus mengalir.
"aku tidak perduli dengan media, sudah kubilang kau harus berhenti bekerja" ucap Arthur setenang mungkin.
Bagaimana pria itu sangat tenang padahal yang barusan ia katakan adalah sebuah kegilaan.
"bagaimana dengan ibuku?" tanya Jane yang akhirnya mendongakan wajahnya menantang Arthur yang masih berdiri mematung tak jauh darinya.
Arthur tersenyum simpul, walau wajahnya masih datar tapi terlihat jelas jika bibir seksi itu membentuk lengkungan tipis dibalik brewok dan kumis tipis itu.
"kau tidak pernah lelah untuk mengelak Jane" ucapnya dengan berjalan kearah Jane, mengelus pelan rambutnya saat pria itu berdiri menjulang dihadapan Jane yang masih terduduk diranjang.
"aku yang akan bicara pada Lizzy, ibumu itu pasti akan mengerti" ujar Arthur masih membelai kepala Jane dengan sayang, lalu beralih kewajahnya dan bermain disana dengan jemarinya.
Jane masih terisak, tapi Arthur secara tiba-tiba membaringkan tubuhnya dengan mendorong gadis itu agar berbaring diatas ranjang.
Arthur memposisikan dirinya diatas Jane, mengecup dengan sayang bibir seksi yang kini tengah membengkak karena tangisnya yang tak kunjung mereda.
"shh! Don't cry lil one!" bisiknya diwajah Jane, membuat ketenangan dihati gadis itu. Dan akhirnya Jane dapat menghilangkan isak tangis itu, sungguh berada didekat Arthur sangatlah membuatnya nyaman. Jika Jane harus seharian berada didekat pria itu, ia akan melakukannya. Jika Jane harus kehilangan kehangatan itu, maka dirinya tidak akan rela dan akan terus mencari kenyamanan yang menguar dari tubuh besar Arthur.
"don't cry baby, you'll be mine" bisik pria itu lagi, namun kini dengan nada yang erotis. Arthur lalu melahap bibir mungil itu dengan lembut dan penuh tuntutan, Jane hampir kewalahan tapi ia sangat menyukai disetiap kecupannya. Hingga tak sadar jika jemari mungilnya menarik kemeja Arthur lebih mendekat padanya.
Jane pernah mendengar, percintaan akan lebih nikmat setelah adanya pertengkaran. Dan mungkin benar adanya, sesi ciuman saja belum selesai tapi Jane sudah merasakan kenikmatan yang luar biasa.
"be my wife Jane!" pria itu terus meracau tanpa Jane hiraukan, gadis itu hanya terfokus pada setiap kecupan Arthur dan terus menarik tengkuk pria itu agar memperdalam ciuman mereka. Jane masih menikmati ciuman Arthur yang terasa sangat menggelitik bibir dan dagunya akibat brewok dan kumis tipis pria itu, dan Jane sangat menyukainya.
Tangannya bermain membuka seluruh kancing kemeja Arthur dan menyelinapkan jemarinya dibulu-bulu halus yang ada didada pria itu, Arthur menggeram keras, sungguh geraman yang sangat seksi yang dapat membangkitkan gairah siapapun yang mendengarnya.
Arthur sendiri bermain dibawah kaki Jane dan membuka lebar kedua kaki gadis itu, menaikan gaun setinggi atas lutut itu agar ia bisa bergrilya didaerah gadis itu.
"hm, Uncle..." racau Jane, tapi Arthur terus menutup bibir gadis itu dengan bibirnya. Jane hampir kehabisan nafas, Arthur bahkan tidak memberi jeda dan terus menuntut menghisap dan mengecup bibir yang selalu membuatnya kecanduan tersebut.
Jane berusaha membuka celana kerja Arthur dan merasakan ada sesuatu yang mengeras disana, ia menurunkan resleting pria itu. Arthur yang mengerti segera memposisikan dirinya kearah Jane tanpa melepaskan kecupannya. Baiklah, mungkin bibirnya akan sangat bengkak dan memerah nantinya, pria itu tidak ingin melepaskan pagutannya.
"akh...." seketika lamunan Jane buyar ketika benda besar itu memasuki dirinya, Jane mengerutkan dahi, menahan gesekan yang kian lama makin cepat temponya itu. Jane sampai memegang lengan berotot yang masih terbungkus kemeja itu hingga sesekali mencengkramnya, tapi pria diatasnya terlihat menyeringai tanpa tahu ia menahan benda besar tersebut...
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Submissive
RomansaTersedia juga di platform Dreame (lengkap) "kau kecewa bahwa kau bukan keponakanku?" tanya Arthur menaikan sebelah alisnya. "aku kecewa kau telah berbohong padaku" jawab Jane yang akhirnya menatap mata sebiru laut diatasnya itu. "bukankah itu b...