Arthur mengangkut Jane layaknya karung beras menaiki tangga menuju kamarnya dengan sesekali memukul bokong gadis itu, Jane memekik ketika pria itu dengan kasar menghempas tubuhnya keatas ranjang dan entah mengapa Jane menyukainya.
Kaki jenjang miliknya menelusuri setiap otot diperut Arthur, pria itu membiarkan Jane bermain dengan tubuhnya. Membiarkan gadis itu menikmati setiap pahatan indah dengan urat-urat yang menyembul sempurna, dambaan setiap wanita dan Jane sangat beruntung akan segera memiliki pria sempurna itu, seutuhnya sehingga tidak ada lagi mata-mata nakal yang melirik miliknya ketika mereka berada dikhalayak ramai.
Arthur membuka kemejanya, kedua dada bidang itu terlihat sangat eksotik dengan warna tubuh yang kecoklatan. Belum lagi lengan besar dan sempurna itu sangat kokoh, Jane hampir saja melupakan sosok paman yang selalu memanjakannya sejak kecil.
Arthur menangkap kaki telanjang Jane, dengan perlahan ia membuka lebar kedua kaki gadis itu membuat wajah Jane merah merona. Pria itu menekan perut Jane hingga dirinya terlentang dibawah tubuh Arthur.
Memposisikan dirinya memasuki Jane, membuat pekikan kecil dari bibir mungil itu. Jane memeluk tubuh besar yang sedang bergerak diatasnya, sementara Arthur terus mengecupi wajahnya disetiap incinya.
"jangan pernah meninggalkanku Jane!" bisik Arthur, gadis itu hanya bisa menggumam karena bibirnya terus dilumat oleh pria itu.
"yes Uncle" bisiknya erotis, Arthur mempercepat tempo, membuat tubuh Jane berguncang hebat disertai dengan jeritan nikmat.
Ruangan dengan suasana maskulin dan hanya diterangi oleh cahaya rembulan itu menjadi saksi bisu percintaan mereka, hanya ada suar jeritan dan desahan yang menjadi alunan merdu dikamar itu.
Jane sempat berpikir akan selamanya menjadi simpanan pamannya, nyatanya pria itu juga sangat mencintai dirinya. Walau Arthur bukan pribadi yang pandai menunjukan perasaannya kepada pasangannya. Jane sangat berterima kasih takdir tidak terlalu jahat padanya, Arthur akan menikahinya secara sah dan akan menjadi suaminya. Sungguh ia sangat berbahagia walau ibu dan mungkin seluruh keluarganya tidak akan pernah merestui mereka, Jane tidak perduli... Ia hanya perduli dengan cintanya, bahagia dengan orang yang ia cintai.
...
Sinar mentari menyilaukan wajah cantik Jane yang masih berbaring diatas ranjang hanya dibalut selimut berwarna putih, matanya mengerjap beberapa kali menyesuaikan cahaya yang masuk. Jane merentangkan kedua tangan, tidurnya semalam benar-benar sangat nyenyak sehingga tak sadar pria yang menemani malamnya telah tiada.
Jane mengelus sisi ranjang dimana pria itu biasa tidur, hanya tersisa aroma tubuhnya disana. Ia melirik kearah nakas, tersedia segelas susu segar dan sepiring sereal lengkap dengan taburan potongan buah-buahan diatasnya. Jane tersenyum manis sambil termanggu, Arthur sangat memperhatikannya, bahkan untuk kesehatan sekalipun.
Jane menuju kamar mandi sambil menyeret selimut yang menutupi tubuhnya, berniat membersihkan tubuhnya yang terasa sangat lengket dari sisa pergulatan semalam kemudian menghabiskan sarapan buatan Arthur.
Setelah membersihkan tubuhnya, Jane mengambil sebuah kaos longgar bermotif dan celana pendek seperti berbahan kain yang biasa ia kenakan. Rambutnya masih basah dan ia tidak berniat mengeringkannya, perutnya yang sudah lapar berteriak meminta segera diisi.
Gadis itu kemudian duduk diatas sofa masih berada didalam kamar Arthur, mengambil nampan yang berisikan makanan dengan duduk menyilangkan kaki.
Jane melahapnya hanya dalam hitungan menit, tak lupa susu segar yang selalu menjadi favoritnya juga berpindah tempat keperut mungilnya. Jane menaruh gelas kosong itu kembali keatas nampan, perutnya hampir tak kuat lagi menampung makanan karena Arthur menaruh sereal kedalam mangkuknya terlalu banyak.
"apa dia berusaha membuatku menjadi gemuk?" omel Jane walau ia menyukai semua pemberian pamannya itu.
Ia memegangi perutnya sendiri setelah semua nampan itu bersih dari makanan, Jane kemudian keluar dari kamar Arthur, menurunu tangga lalu menuju dapur berniat membersihkan sisa piring dan gelasnya.
Tok...
Tok...
Jane mengernyit ketika mendengar suara ketukan dari pintu utama ketika dirinya sudah berada didapur, ia menaruh bekas makannya ditempat cucian piring tanpa mencucinya dan berlari kecil kepintu depan.
Ketika Jane membuka pintu, alangkah terkejutnya ia melihat seseorang dibalik pintu.
"Janney!" ujar Jane girang melihat gadis dengan rambut pirang bergelombang yang terlihat sangat cantik, dan Jane sontak memeluk sepupunya itu.
"Andrea, bagaimana kabarmu?" tanya Jane dengan raut wajah bahagianya setelah cukup lama tidak bertemu dengan Andrea.
"baik, sangat baik" balas gadis cantik yang tengah mengenakan dress berwarna gold cerah dengan perut yang tengah membuncit. Tanpa ada kesulitan Andrea mengenakan heels tinggi yang makin menyempurnakan penampilannya.
Jane mempersilakan Andrea masuk, mereka bersenda gurau bersama dengan wajah bahagia masing-masing. Andrea yang bercerita panjang lebar bahwa ia harus bertengkar lebih dahulu dengan Ethan hanya untuk meminta ijin bertemu dengan Jane. Dan Andrea tidak diperbolehkan mengendarai mobil dan hanya Ethan yang harus mengantar istrinya itu pergi kemanapun."aku tidak menyangka semua pria sama saja, posesif" ucap Jane yang membuatkan Andrea segelas teh hangat sementara gadis itu duduk dibar mini dekat dapur utama.
"yeah, begitulah. Ethan sangat sibuk hari ini, maka dari itu ia mengantarku kemari sepagi ini. Aku harap aku tidak mengganggumu" ujar Andrea.
"no Andrea, aku sangat senang kau bisa datang" balasnya.
"hm, Jane! Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Andrea, Jane duduk disamping sepupunya itu sambil menghela nafas kasar.
"aku akan menikah Andrea..." cicit Jane, Andrea hampir tersedak mendengarnya.
"maafkan aku Andrea, aku tidak bermaksud-"
"tenang, tenanglah Jane!" potong Andrea sebelum gadis itu melanjutkan kalimatnya.
"memangnya kenapa? Ada yang salah dengan sebuah pernikahan?" tanya Andrea meyakinkan.
Jane hanya menggeleng lemah, "aku hanya ingin meminta restu darimu" ucapnya pelan, Andrea mengelus kedua tangan Jane dengan sayang. Jane adalah gadis yang baik, ia sangat mengetahui riwayat percintaan gadis itu yang tidak terlalu beruntung pasal cinta. Mungkin Ayahnya adalah pilihan yang tepat, dan Jane dapat menemani Ayahnya yang telah lama menyendiri.
"kau mencintainya bukan?" tanya Andrea yang segera diangguki oleh Jane, Andrea tersenyum simpul. Seperti yang ia duga, hubungan Ayahnya dengan Jane tidaklah main-main. Yang katanya hanya sebuah affair namun ia mengerti diantara mereka masing-masing menyimpan perasaan yang sama.
"Jane, kau tidak perlu meminta restu dariku. Tapi aku akan selalu mendukung keputusanmu, dan itu juga yang terbaik untuk Ayahku" ujar Andrea, Jane memeluk tubuh Andrea. Berterima kasih karena sepupunya itu adalah satu-satunya orang yang paling mengerti dirinya.
"Andrea, aku sangat menyayangimu" ucapnya dramatis.
"aku juga menyayangimu Jane" balas gadis itu sambil mengelus pundak Jane.
"ngomong-ngomong, bolehkah aku memanggilmu ibu?" ucap Andrea jahil yang dibalas pelototan oleh Jane.
"Andrea!!!" seru Jane sementara gadis itu hanya tertawa terbahak...
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Submissive
RomanceTersedia juga di platform Dreame (lengkap) "kau kecewa bahwa kau bukan keponakanku?" tanya Arthur menaikan sebelah alisnya. "aku kecewa kau telah berbohong padaku" jawab Jane yang akhirnya menatap mata sebiru laut diatasnya itu. "bukankah itu b...