"Bagaimana denganmu, Sarada?" Tanya Inojin dengan penuh pengharapan.
Sarada bungkam tak berkutik. Ia menatap mawar itu sekilas, lalu memejamkan matanya, menghela nafas berat. Saat ini, ia tak berani menatap mata Inojin yang memandangnya intens.
Potongan memori secara acak berkumpul. Sebenarnya memori itu telah lama lumpuh. Namun ia bangkit kembali menjadi satu padu. Otak kecilnya mulai bernostalgia dengan ingatan tempo dulu. Ingatan yang sepertinya bukan hanya dia yang mengingatnya saat ini, namun juga Inojin.
Flashback ON
Suatu sore di suatu hari. Seorang gadis Uchiha kecil sedang berjalan sendirian, menyusuri jalan Konoha dengan langkah santai.
Walaupun begitu, hatinya tidak tenang. Bagaimana bisa ia tenang jikalau sedari tadi ada seorang anak lelaki yang menguntitnya.
Sarada tidak bodoh. Ia tau kalau ia sedang diikuti. Namun ia tidak takut, karena kemarin ia baru saja menguasai Shuriken Jutsu tingkat dasar.
Sepertinya, jika Sarada berlari ke kerumunan orang-orang ramai, akan lebih mudah menghindar dari si penguntit. Tapi, Sarada memang sengaja memancing penguntit itu untuk menampakan diri. Ia tetap terus berjalan santai.
Dan benar, langkah Sarada terhenti, ketika sebuah tangan kecil hinggap di bahunya. Ketika ia menoleh sepenuhnya, ia melihat lelaki sebaya dengannya, tampak asing bagi gadis kecil Uchiha.
Keadaan hening, Sarada hanya menatap laki-laki pucat itu tajam. Ia tak mau membuang waktu, ia harus bertemu dengan mamanya. Sarada mengacuhkan anak itu, ia mulai melangkah.
"Sarada...,"panggil anak itu.
Sarada menoleh cepat, ekspresinya kebingungan. Bagaimana laki-laki itu tau namanya. Ia hanya baru mengenal satu laki-laki sebaya dengannya, yaitu Boruto.
'Sepertinya ini saatnya' batin Inojin.
Inojin kecil menyodorkan sebuah kertas untuk Sarada. Kertas yang berisi karyanya. Kertas yang berisikan gambar pujaan hatinya, Sarada.
"Aku menyukaimu, terimalah,"
Wajah Inojin kecil memerah, tangannya gemetaran. Ia hanya berharap gadis pujaannya itu menerima karyanya, dan perasaannya.
Sarada kebingungan. Ada orang yang menyatakan perasaan padanya. Apa harus ia menjawabnya? Ia sama sekali tak mengenali laki-laki tersebut. Ia teringat pesan mamanya, jangan berbicara pada orang yang tak dikenal.
Sarada menatap kertas itu, gambar dirinya. Ia mulai kesal, laki-laki ini menguntitnya, mengenalinya bahkan sampai membuat gambar dirinya, dan langsung menyatakan perasaan?!
'Menyebalkan' batin Sarada.
Bagi anak seumuran Sarada, emosi sangat mempengaruhi tingkah laku. Karena terlanjur kesal. Ia mengabaikan anak itu. Berharap anak itu tau kalau Sarada sedang kesal. Namanya juga anak-anak. Emosi yang tak stabil.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIRING
FanfictionKetika kharisma sang Uchiha-hime yang mempesona, menjadi bahan rebutan! [Slow Update] Write by: @deviicho & @gheez91