真夜中のノクターン

1.1K 75 13
                                    

"Di depan ayahku... Aku akan membuktikan kalau aku lebih hebat dari Konoha,

Pertama adalah kau, uchiha no hime!"

Sebuah jari telunjuk menantang dengan tatapan tidak sopan. Kurang ajar terhadap musuhnya. Kemudian tangan dari jari telunjuk tersebut membuat segel,

"Satetsu: Kurogane no Tsubasa."

Jarum-jarum berbentuk bulu dari pasir besi bergerak cepat. Benda tajam itu keluar dari sayap sang pembuat segel.

"Jangan meremehkan ku!"

Sang gadis yang disebut uchiha no hime oleh musuhnya berlari penuh keberanian. Matanya yang tajam tak sedikitpun menampilkan rasa takut. Gadis itu melompat tinggi, berusaha menghindar dengan gerakan tubuhnya yang mungil dengan cepat.

Namun, ia terlalu ceroboh.

Pasir-pasir itu, tanpa ia sadari-entah sejak kapan-menempel dipunggungnya, menutupi lambang kebanggaannya.

Dengan sifat alami pasir besi, sekejap saja, tamat riwayat sang putri.

AAAAAAAAAA----

-----AAAAAAAAAA!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----AAAAAAAAAA!

Shinki langsung terduduk di kasurnya. Nafasnya memburu, keringat bercucuran di dahinya. Matanya menatap kosong, dan menduga,

Mimpi itu lagi... Gumamnya pelan.

Bukan, itu bukan mimpi. Kejadian itu lagi, kenapa hadir dimimpinya? Ah tentu saja dia bertanya-tanya. Dia kebingungan, kau tau.

Dia mengerjapkan matanya berkali kali. Menghembuskan nafas perlahan, hanya hawa dingin yang mengurai di indra penciumannya.

Dilirik dinding ruangannya, jarum jam masih menunjukan waktu tengah malam.

Walau dalam fase pergantian hari, kereta yang ditumpangi Shinki masih terus berlari menembus malam. Shinki baru saja pulang dari misinya di Konoha.

Walaupun ruangannya hangat, Shinki merasa kedinginan. Ia ingin mengambil minum namun urung. Rasanya ia tak ingin memasukan apapun ke dalam mulutnya. Ia pun berbaring perlahan, mengatur nafas dan hanya menatap langit langit.

Sarada

Ah...

Kenapa, kenapa dia tidak bisa mengeluarkan kenangan itu dari pikirannya,

Dia tidak tau sejak kapan rasa itu menyusup tiba-tiba

Rasa bersalah yang terus menerus muncul, tentang luka Sarada karena serangannya

Dia bahkan tidak ingat, apakah ia sudah meminta maaf dan apakah Sarada sudah memaafkannya?

Kenapa kata maaf sulit sekali terucap walau sepatah?

Shinki merasa bersalah

Dia belum menyadari kalau semua yang ia lakukan telah memicu api yang terus membakarnya.

PAIRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang