Ketika Jungkook mengatakan tidur diluar, Jimin benar-benar melakukannya. Bukan tidur di luar kamar Jungkook, melainkan diluar apartemen. Hatinya semakin sakit ketika Jungkook mengunci pintu, seolah-olah tak akan memberi ampun pada Jimin yang kedinginan di tengah malam.
Baru satu jam pertama, kulit putihnya membeku mati rasa saking dinginnya udara malam. Ia hanya memakai piyama serta mantel abu-abu pemberian ibunya seraya menatap koridor dengan pandangan kosong.
Dia kedinginan dan kesepian.
Tapi mau bagaimana lagi, keputusannya sudah bulat. Dia mengiyakan permintaan nyonya Jeon untuk menjaga Jungkook di Seoul dua tahun yang lalu.
Jimin ingat sekali di tahun pertama ia tinggal bersama Jungkook, pemuda itu sangatlah kasar, ia menolak bahkan mengatai Jimin dengan umpatan. Tapi lambat laun pemuda itu hanya mengabaikannya, seolah dirinya tak ada.
Dalam hati kecilnya ia meragukan bahwa dirinya bersalah, ia ingin sekali memberontak, memaksa Jungkook untuk membuka mata dan hatinya, tapi disatu sisi ia semakin percaya pada Jungkook, bahwa dirinyalah yang memang patut disudutkan.
"Jangan mengeluh, ini semua karenamu, Hyung."
Itulah yang selalu dikatakan Jungkook, dan entah kenapa ketika Jungkook memanggilnya dengan sebutan Hyung entah kenapa Jimin semakin sakit hati. Ia ingin menyudahinya, mengakhiri rasa tidak nyaman ini. Tapi ia tak tau lagi bagaimana caranya agar Jungkook memaafkannya.
Ia sudah tidak tau lagi.
Tes.
Dan yang dilakukan Jimin hanya menangis.
.
.
.Jimin sakit, sebuah syal berwarna merah melingkar sempurna di lehernya untuk mengurangi rasa dingin. Tentu saja, dia berada di luar ruangan dalam waktu tiga belas jam dengan suhu dibawah sepuluh derajat celcius.
Jungkook benar-benar gila karena pemuda itu tampak sangat tidak peduli ketika membukakan pintu dan melihat wajah pucat Jimin.
Kini mereka tengah berdiskusi di meja Jimin dan Hoseok, membicarakan dimana kira-kira mereka akan mengerjakan tugas karena pada akhirnya anak tiga terbaik tak dapat mengerjakan tugas sendiri-sendiri setelah Namjoon menegurnya.
"Tidak bisa, Eomma ke Seoul hari ini, adikku ikut dan pasti akan menganggu kita." Taehyung menolak ketika Yoongi mengatakan akan mengerjakan tugas di apartemen pemuda tersebut.
"Kenapa tidak di apartemenmu saja." Imbuh Taehyung.
Yoongi mendelik, "aku tidak mau apartemenku kotor seperti semester lalu."
"Ck, kali ini tidak."
"Kalau begitu di apartemen Jungkook." Final Yoongi.
Mendengar kata apartemen miliknya, baik Jungkook dan Jimin segera menoleh kearah Yoongi.
"Kenapa? Sudah empat tahun kita berteman aku bahkan tidak tau kau tinggal dimana selain rumah orang tuamu." Ujar Yoongi ketika tau Jungkook akan protes.
Jungkook mendengus, lalu membuang muka. "Tidak."
"Jungkook-ah, kau tau benar tugas ini akan dikumpul dua hari lagi." Bujuk Taehyung.
"Lalu apa hubungannya dengan apartemenku?" Tanya Jungkook sarkas, terlihat sekali kalau pemuda itu sedang risih sekarang.
"Ka-kalau begitu, bagaimana ditempatku? Aku hanya tinggal dengan Noona ku saja." Tawar Hoseok, merasa pusing karena tiga orang di depannya ini selalu berdebat.
Apanya ini yang mereka sebut dengan satu pemikiran?
Kini atensi para pemuda tersebut beralih pada Hoseok. "Dimana rumahmu." Tanya Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallacy [OPEN ORDER!]
FanficJimin berusaha masuk, namun Jungkook tak membukakan pintu untuknya. #11 Jikook #12 KookMin #26 BL #181 Yaoi Top!Jungkook, Bottom!Jimin 🔞⚠Sexual Harrasment Content⚠