Jinanology 1

1.2K 168 5
                                    

'BYUUUUR'

Suara keras membangunkan Hanbin dari tidurnya. Matanya belum sepenuhnya terbuka, namun langkahnya sudah bergegas menuju jendela mencari tau apa yang sedang terjadi. Hanbin memfokuskan pandangnya pada kolam renang yang terlihat jelas dari kamar yang berada di lantai dua. Ia yakin, suara tadi tidak mungkin hanya disebabkan oleh benda kecil yang tercebur di kolam renang. Bahkan, masih terlihat air yang terombang-ambing hebat dan jejak air yang sampai menyentuh tepian kolam. Sepersekian detik kemudian, matanya menangkap sesuatu yang mulai terlihat mengapung disana. Itu, manusia.

Hanbin berlari menuruni tangga rumahnya. Langkahnya melambat saat ia tiba di halaman belakang. Kakinya gemetar seiring langkah demi langkah mendekati tepian kolam. Matanya dapat menangkap jelas seseorang yang terombang-ambing tak sadarkan diri di air yang mulai tenang. Cantik.

Hanbin melepas sendal rumahnya dan segera menceburkan dirinya untuk menyelamatkan seseorang itu. Ia berhasil berenang mendekat dan menggapai punggung makhluk cantik itu. Namun sesuatu membuat terkejut setengah mati.

"HUWAAAAAAAA!"

Hanbin dengan spontan melepas rengkuhannya dari tubuh makhluk yang ia kini yakin bukan manusia. Kenapa ia baru sadar? Bahkan dengan jelas, air kolamnya kini berubah menjadi keperakan dan berkilauan sangat indah di bawah sinar bulan.

Hanbin mengatur nafasnya, kemudian melihat tubuhnya yang masih terendam dalam air kolam. Warna keperakan itu ikut menyelimuti tubuhnya. Ia tau, itu berasal dari makhluk cantik yang kini mulai tenggelam ke dasar.

Tak berpikir lama, Hanbin meraup udara sebanyak yang ia bisa, dan membawa tubuhnya masuk ke air. Berenang menuju sesosok yang masih senantiasa erat dengan tidurnya.

ㅎㅎㅎ

"Kau ini apa?" Hanbin bergumam menatap sosok yang kini berbaring tertelungkup di kasurnya.

Tentu saja, Hanbin tidak mungkin membaringkannya terlentang. Hanbin yakin, sesuatu di punggung sosok itu patah dan Hanbin takut akan membuatnya lebih parah jika membaringkan terlentang.

Perlahan mata itu tebuka, onyx nya bergerak menelisik hal-hal aneh di sekelilingnya. Hingga ia berhenti pada obsidian gelap Hanbin yang berbalik menatapnya.

Jinhwan, makhluk itu, ketakutan saat ia menyadari ia sedang tak ada di tempatnya. Terlebih melihat kondisinya sekarang. Ia sama sekali tak dapat menggerakkan seinchi pun bagian tubuhnya. Dan lagi, ia sama sekali tak bisa merasakan sayapnya. Apa seperti ini cara dia akan mati?

"Sayapmu patah. Aku tidak bisa mengobatinya. Jadi aku hanya membalutnya dengan bunga lakspur. Kuharap itu bekerja." ucap Hanbin lembut saat menyadari bahwa makhluk itu ketakutan.

Sebuah liquid perak mengalir ke pipi mulus Jinhwan. Ia ketakutan dan ia tak tau apa yang dibicarakan manusia yang kini berjongkok di samping tempat tidur untuk menyamakan posisi wajah mereka.

"Hei, kau menangis? Tidak, aku tidak akan melukaimu. Apa kau takut padaku? Ahh, aku mengerti, sejujurnya aku pun takut padamu." Hanbin membawa tangannya mengusap air mata perak itu.

Makhluk ini sungguh cantik. Onyxnya sangat gelap, bibirnya semerah cerry, rambutnya coklat terang keemasan yang lebih indah dari perhiasan, bahkan air matanya berwarna perak. Oh lihat semua bekas luka di tubuhnya, tak ada darah sedikitpun. Semuanya perak.
Mata mereka kembali bertemu. Mereka tak saling paham, tapi mereka yakin bahwa semua akan berakhir baik.

ㅎㅎㅎ

"Kau masih tak menyentuh makananmu?" Hanbin mengganti makanan Jinhwan tadi pagi dengan makanan yang baru.

Hanbin mengabaikan Jinhwan yang terduduk menatap setiap pergerakannya bingung. Sungguh luar biasa penyembuhan dari makhluk ini. Rasanya baru semalam Hanbin melihat puluhan luka gores pada lengan dan tubuh makhluk itu. Tapi kini, semuanya hilang. Hanya sayapnya saja yang nampak tak terlihat membaik.

Cukup. Hanbin lelah mengabaikan tatapan polos dan lucu dari makhluk itu. Ia tak mampu lagi berpura-pura tak melihat mata indah yang terus mengikuti dirinya. Hanbin mendekat dan duduk di tepian kasurnya. Nampak sedikit pergerakan mundur dari Jinhwan.

"Baik. Bisakah kau berhenti menatapku? Itu sangat mengganggu." Hanbin tak mendapati jawaban, hanya beberapa kerjapan mata lucu yang dilayangkan Jinhwan.

"Apa kau mengerti yang aku bicarakan? Aku sama sekali tak mendengar suaramu semenjak semalam. Apa kau bisu? Atau kau tak mengerti bahasa korea? Bahasa apa yang kau gunakan? Jepang? Inggris? Ahhh aku mengerti. What isse your naime? *logatkorea" Hanbin terus mengoceh sedangkan Jinhwan terus memperhatikan bibir yang yang terus bergerak-gerak lucu itu.

Jinhwan masih dalam diamnya, sedangkan Hanbin mengusap wajahnya frustasi. Ia memikirkan bagaimana cara berkomumikasi dengan makhluk serupa Jinhwan.

"HAN-BIN." Hanbin menunjuk dadanya sendiri. Kemudian ia membawa tangannya menunjuk dada Jinhwan dan melayangkan tatapan bertanya. Berharap Jinhwan paham maksudnya.
Jinhwan memperhatikan pergerakan Hanbin, berusaha memahami maksud manusia aneh di depannya.

"Jinhwan." Suara kecil yang lembut akhirnya keluar dari bibir Jinhwan. Ia paham maksud Hanbin.

Hanbin tersenyum dan mengusap pucuk kepala Jinhwan. Nyatanya, Jinhwan tak menghindar. Dan satu hal yang membuat Hanbin merasa luar biasa senang adalah, senyum pertama yang ia lihat dari bibir makhluk cantik itu. Jinhwan.

"Kau mengerti dengan baik. Belajarlah lebih banyak, agar aku tau apa yang harus kulakukan padamu."

.

.

.

TBC-766

beretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang