"Vi.. kamu sudah sadar?" Lluvia mengangguk samar.
"Sekolah udah bubar sekitar 10 menit yang lalu, pulang yuk, aku bantu berdiri.." Pelangi membantu Lluvia berdiri. "Kak Langit juga sudah pulang, dia minta aku jagain dan antar kamu pulang, kamu enggak apa-apa, kan? Kita perlu ke rumah sakit?"
Lluvia tersenyum kecil, meringis menahan perih di tangannya. "Kak Langit sudah pulang?"
"Ah, iya.. Mamanya sakit, jadi dia harus pulang cepat."
"Oh, begitu.."
"Kenapa? Kamu kecewa bukan Kak Langit yang nungguin kamu sadar?"
"Ih, apaan Pel."
"Jangan kecewa begitulah.." Pelangi menyikut pelan bahu Lluvia,"Kak Langit sudah nungguin kamu sadar, tapi kamunya enggak sadar-sadar. Eh, dia juga yang angkat kamu waktu pingsan. Ayo Aku bantu," Pelangi membantu Lluvia berjalan. Menyusuri lorong sekolah menuju ke parkiran.
Lluvia tidak sadarkan diri cukup lama, untungnya kelas sedang kosong, jadi Pelangi bisa menunggu Lluvia hingga sadar, begitupun Langit sejak Lluvia tidak sadarkan diri ia tak beranjak dari ruang UKS. Hingga mendapat kabar tentang Mamanya, ia pulang juga walau berat hati meninggalkan Lluvia.
"Vi, kita tunggu jemputan di dekat post satpam saja ya?" Lluvia mengangguk. "Duh, Pak Jojo mana sih, lama.." Pelangi menggerutu, karena supir yang ia tunggu belum muncul.
BYURR...
Lluvia terlonjak kaget, tidak ada hujan, tapi bajunya basah, tiba-tiba air yang etrasa lengket mengguyur tubuhnya.
"Eh, Lo tu apa-apaan. Masih cari masalah!"
"Kenapa? Lo enggak suka."
"Eh, Rona, Lo sengaja, kan? Kenapa sih Lo suka banget cari masalah!" Pelangi mendorong Rona sedikit menjauh.
Rona menyeringai. "Lo pikir gue takut sama Lo? Gue enggak peduli Lo pacar Aldi atau siapapun, enggak penting! Lo bukan siapa-siapa untuk gue Pelangi."
"Gue enggak ada nyebut nama Aldi, enggak ada hubungannya. Dan, Gue lebih enggak takut sama Lo Rona."
"Lo—" Rona bergerak maju, hendak menjambak rambut Pelangi. Namun, langkahnya terhenti saat suara klakson mobil berbunyi. Lluvia mendongak mendengar suara tersebut saat sedang menepis, membersihkan bajunya dari noda jus jambu yang baru saja disiramkan dengan sengaja oleh Rona. Lluvia melihat orang di balik kemudi, saat kacanya diturunkan.
"Abang.." ucapnya pelan. Rona beranjak pergi, masuk lagi menuju parkiran sekolah.
Pelangi memasang wajah keheranan, "Abang?" Pelangi terbelalak, saat seorang laki-laki baru saja menyembulkan wajah dari balik kaca.
"Cepetan..!" teriak lelaki itu.
"Iya, sebentar."
"Itu Bintang, kan? Bintang yang penyanyi itu? Abang? Abang.. Abang kamu Vi?" ucap Pelangi dengan mata berbinar.
"Aku lupa kalau aku dijemput, aku pulang ya Pel, enggak apa-apa kan?"
"Via, ini apa? Aku enggak salah lihat, kan? Kamu hutang penjelasan sama aku Vi!" teriak Pelangi, saat Lluvia sudah beranjak pergi menghampiri Bintang.
"Nanti ku telpon, oke!" Lluvia melambaikan tangan, mobil Lluvia berlalu meninggalkan Pelangi yang terpaku bingung.
"Itu kenapa?" tanya Bintang, memecah hening karena memang tidak ada pembicaraan sejak Lluvia masuk ke mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Abu-Abu
Teen Fiction"Kamu terlalu tinggi, tak bisa ku raih. Seperti namamu, Langit.." Publish: 24 Desember 2017