Mungkin benar, kamu itu cuma bisa dipandang tanpa bisa digenggam. Baru sedetik merasa terbang, detik berikutnya jatuh tak terelakan.
-Lluvia Arimbi-
💧💧💧Udara subuh yang sejuk. Semilir angin menelusup. Jingga langit berkumpul di ufuk timur, sang mentari perlahan merangkak naik. Ini pagi senin yang malas, dan memuakan bagi sebagian orang.
TOK TOK TOK...
"LLUVIA!! BANGUNN."
"WOI.. BANGUN!! MASIH MEREM LO YA?" Bintang sibuk mengetok-ngetok pintu kamar Lluvia. Meneriakinya untuk segera bangun.
Ceklek
Pintu kamar terbuka.
"Apa?" ucap Lluvia, berdiri sambil bersender di depan pintu, dengan seragam yang melekat di tubuhnya.
"Tumben.." ucap Bintang, sambil menatap adiknya tak percaya.
"Tumben apa? Yuk ah berangkat.."
"Nah.. Kerasukan jin rajin sekolah lo ya?"
"Apaan sih berisik, cepetan Bang.. Entar telatt!"
"Iya-iya bawel, masih pagi.. Mau liat siapa sih lo, semangat banget," ucap Bintang sambil menuruni tangga mendahului Lluvia yang masih berdiri di depan pintu kamar.
Lluvia mengulum senyum.
Ngeliat dialah. Senin manis ini mah. Ucapnya dalam hati. Lluvia mengambil tas kemudian menutup pintu kamarnya.Masih dengan senyum mengembang, Lluvia menuruni tangga. Menyapa kedua orang tuanya di meja makan.
"Selamat pagi semua.." ucapnya, dengan senyum ceria.
"Pagi sayang.." ucap Rama dan Linda.
"Tuh kan Ma, Pa. Apa aku bilang, kayanya dia lagi kesambet. Aneh banget tingkahnya."
"Apa sih, sewot bangett!"
"Udah-udah, enggak usah berantem. Makan dulu." Lerai Linda. Sementara Rama hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua anaknya.
Seusai makan, Lluvia berniat memakai sepatu yang sebelumnya ia taruh di ruang tengah tapi, kaos kaki yang semula ada tiba-tiba raib begitu saja.
"Abanggg!! Kaos kaki aku mana??!" teriak Lluvia dari ruang tengah, menenteng sepatunya.
"Mana gue tau."
"Enggak mungkin, cepetan balikin.."
"Yee.. Nuduh?"
"Enggak, aku yakin pasti Abang, cepetan balikin. Entar telat Abang..!" ucapnya setengah merengek.
"Nangis dulu deh, biar gue balikin." Godanya sambil mengerlingkan mata.
"Ih... Nyebelin banget sih! Mama..." Lluvia berteriak, mengadu pada Linda.
"Dasar manja, curang, ngadu mulu.."
"Mana.. Balikin abang!."
"Kejar gue kalau mau gue balikin." Bintang berlari dan sudah menenteng kaos kaki di tangannya. Mengangkatnya seolah memberi ikan asin pada kucing yang kelaparan.
"Ah... Abang!!" Lluvia berteriak, dan mengejar Bintang. Akhirnya, mereka rebutan kaos kaki.
Dari kejauhan Linda bersedekap, geleng-geleng mengamati tingkah kedua anaknya.
"Udah.." Linda mengambil kaos kaki dari tangan Bintang. "jam berapa sekarang, kalian mau telat?" Linda menunjuk jam di tangannya.
"Ah.. Mama, enggak seru.." Bintang mendesah, lalu mengambil tasnya. Dan Linda memberikan kaos kaki yang sempat jadi rebutan itu pada Lluvia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Abu-Abu
Novela Juvenil"Kamu terlalu tinggi, tak bisa ku raih. Seperti namamu, Langit.." Publish: 24 Desember 2017