Suatu kebahagiaan bagi warga Smadu (Sma 2 Bandung) ketika mendengar bel pulang berbunyi. Semua orang buru-buru meninggalkan sekolah untuk kembali ke habitat-nya masing-masing. Tapi, tidak bagi kedua manusia yang sekarang masih berada dikelasnya dengan kegiatan yang berbeda.
Pertama. Gley masih terlelap diatas tumpuan tas yang dijadikan bantal kala ia tidur. Selalu seperti itu jika sudah bertemu dengan pelajaran sejarah yang sangat membosankan baginya.
Kedua. Bram belum juga beranjak dari tempat duduknya, padahal Fero dan yang lain sudah dari tadi menuju ke parkiran. Bukan karena ia ingin berlama-lama disekolah, atau ia dilanda keram kesemutan dikakinya. Bukan.
Tapi karena tas miliknya yang dijadikan bantal tidur oleh Gley. Ia pun tidak tahu bagaimana tas itu bisa berada disana. Mungkin ia kebanyakan melamun dikala Bu Asri sedang menerangkan tadi.
Dari tadi Bram bingung memikirkan cara apa yang harus ia lakukan untuk membangunkan gadis disebelahnya itu. Ia hanya memperhatikan wajah Gley yang tertidur sangat pulas.
Entah mengapa, Bram teringat kejadian dimana ia melihat Gley berada di caffe waktu itu. Rasa penasarannya muncul lagi, rasa ingin lebih tahu pada gadis itu. Gadis yang duduk sendiri disudut caffe. Menikmati sebatang rokok dengan hikmat. Serta mengamati jalan sekitar dengan tatapan kosongnya.
Ia pun langsung tersadar kembali setelah beberapa waktu memikirkan gadis itu.
Akhirnya, Bram memilih untuk menggebrak mejanya cukup keras seraya berharap anak curut itu bangun.Brakk!!!
Gley terkejut. Sangat terkejut. Jantungnya hampir melompat dari tempat asalnya. Tetapi ia juga sangat marah. Berani sekali ada yang membangunkannya.
"Akh!! Astaga! Ganggu aja sih, lo!" bentaknya dan langsung berdiri berhadapan dengan Bram. Ia pun mengucek-ngucek matanya untuk memastikan bahwa kelas yang ia lihat sekarang benar-benar sepi.
"Kok sepi?" gumam Gley, ia pun segera mengecek jam ditangannya. Gley baru tersadar bahwa sekarang adalah jam pulang sekolah, ia pun segera mengambil tasnya, tetapi ada tas lain yang menghalangi diatasnya.
"Tas siapa sih ini! ngalangin aja." ia pun mengambil tas itu melemparnya asal ke meja depan, kemudian mengenakan tas miliknya dipundak kiri. Lalu saat Gley ingin beranjak pergi, ia melihat Bram dengan wajah murkanya - oh tidak, maksudku lebih murka dari sebelumnya- masih berdiri didepannya yang tentu saja menghalangi dirinya untuk berjalan keluar kelas.
"Minggir deh, lo" ucap Gley sambil berusaha mendorong tubuh Bram. Tetapi, tangan Gley malah dicengkram kuat oleh Bram. Gley pun terkejut, tetapi dia sama sekali tidak ada rasa takut terhadap cowok dihadapannya ini.
"Apaansi ini, lepasin gak!" Gley berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Bram. Sepertinya, ulah Gley tadi yang melempar tas nya sembarang membuat Bram semakin emosi.
"Lo kira tas gue itu sampah yang seenaknya lo lempar gitu aja?!" celetuk Bram yang membuat Gley tersadar jika tas yang ia lempar tadi adalah milik cowok bermata tajam didepannya. Tas itu juga yang ia ambil secara diam-diam untuk menambah ke-empuk-an bantal khayalannya.
Namun, Gley malah menyangkalnya. "Mana gue tau? Udah deh minggir gue mau balik!"
"Ambil tas gue dulu!" sepertinya Bram masih belum mengizinkan Gley pergi tanpa memberikan tas nya terlebih dahulu.
"Manja banget sih, lo!"
"Lo mau keluar kan?!"
"Iya!"
"Ambil tas gue dulu!"
"Gak!"
"Ambil!"
"Gak!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Love
Dla nastolatkówAgleyna Lorriana. Hidup dari keluarga yang keras membuat dirinya yang sekarang menjadi berantakan. Terlalu pusing oleh memori-memorinya dulu sehingga ia mencoba menenangkan pikirannya lewat hal-hal yang seharusnya ia hindari. Bramasta Leonardo. Tumb...