Sial!
Inilah alasannya kenapa Bram suka merasa kecewa ketika tante nya sedang tidak ada dirumah. Bukan karena ia tidak diperbolehkan bermain musik di ruang studio miliknya dengan diiringi lagu rock bervolume tinggi seakan ingin meledakan rumahnya ini. Bukan.. bukan.
Tetapi karena tidak ada yang membangunkannya pagi-pagi untuk berangkat sekolah. Dengan cara paksaan tentunya.
Sebenarnya, dari 45 menit yang lalu bi Isri dan pak Wira sudah beberapa kali mengetuk-ngetuk pintu sampai naik level menjadi menggedor-gedor pintu milik kamar Bram. Tetapi hasilnya nihil. Kalau saja mereka diperbolehkan masuk ke kamar Bram, ia tidak akan bernasib seperti ini.
Mungkin karena ia pulang larut malam dan terlalu banyak meminum kopi jadi ia tidur sangat pulas hingga tidak dapat mendengar gedoran pintu yang seperti ingin memberitahu bahwa diluar sedang ada tauran hebat antar ibu-ibu komplek A dengan komplek B yang sedang berebutan lahan untuk melakukan rutinitas pagi yaitu senam ceria.
06:45 WIB
Masih ada setidaknya 15 menit lagi nyawa nya yang tersisa untuk sampai di sekolah dan mengerjakan ulangan Geografi pada jam pelajaran pertama.
Bisa saja ia meminta ulangan susulan, tetapi itu rasanya mustahil, mengingat perkataan Fero bahwa bu Sara -(SAngat menyeRAmkan)- adalah guru paling KILER se-antero bumi dan seluruh isinya. Itu kata Fero, menurutnya sih begitu. Entah ia yang berkata berlebih-lebihan atau apapun jelas saja membuat Bram bergidik ngeri.
Setelah semuanya beres ala kadarnya dan juga rambut acak-acakan ala kadarnya. Ia langsung menyalurkan kelihaiannya dalam berkendara. Bisa dilihat dari kecepatan ia mengendarai motornya yang sekarang sudah berada didepan pagar besi yang cukup tinggi milik sekolahnya.
Pak satpam yang tadinya hendak meminum kopi langsung beranjak dari pos nya, sekarang ia sudah nyengir-nyengir kearah Bram sambil berkacak pinggang. Dan satu lagi, sambil menggelengkan kepalanya.
"Alamak! Sudah telat kali kamu nak ganteng! Sudah pukul berapa ini? Coba kau tengok jam mahal mu itu!" dengan logat khas Medan yang pak Tora ucapkan membuat Bram langsung mengecek jamnya.
Sang Dewa waktu ternyata tidak berpihak kepadanya.
"Lebih baik kau pulang saja nak, saya tidak berrani membukakan pintu bagi murid yang telat, bakal habis diriku dipotong gaji!" jelas pak Tora dengan sedikit permohonan sebelum ia masuk kembali kedalam posnya.
Bram langsung menjauhkan motornya dari pagar itu, ia ingin menancap gas tapi niatnya itu ter urung setelah mendapati cewek berprawakan aneh melintas disampingnya dengan santai seolah tidak ada apa-apa. Bram tidak sengaja memencet klakson dan langsung membuat cewek itu menoleh kebelakang.
Bram membuka kaca helm untuk memastikan bahwa yang ia lihat adalah Gley. Cewek sinting itu lagi.
"Apa?!" ketus Gley. Penampilannya disekolah selalu urakan. Rambut pirangnya dibiarkan terurai, beberapa gelang tali menghiasi tangannya juga jari jari lentiknya yang dipakaikan cincin hitam kesukaanya. Pakaian seragam yang ia pakai sudah sempit hingga tidak bisa dimasukan ke dalam rok nya yang hanya diatas lutut, yang jelas sekali melanggar peraturan. Dan Gley, tidak peduli.
Sambil mengunyah permen karet, matanya memicing kearah pagar sekolah yang sudah tertutup rapat. Ia langsung menarik sudut bibirnya dan matanya mengarah kepada Bram yang sedang ingin membuka mulut untuk membalas ucapannya tadi. Tetapi terlambat. Gley sudah merocos duluan.
"Ohhhh, jadi lo terlambat?" kata Gley dengan nada sinis.
"Dan lo?" balas Bram masih dengan wajah datarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Love
Teen FictionAgleyna Lorriana. Hidup dari keluarga yang keras membuat dirinya yang sekarang menjadi berantakan. Terlalu pusing oleh memori-memorinya dulu sehingga ia mencoba menenangkan pikirannya lewat hal-hal yang seharusnya ia hindari. Bramasta Leonardo. Tumb...