Ferril dan Geng Krucil

4.5K 843 375
                                    

"ABANG-ABANG APA YANG PALING GANTENG?" teriak Ferril.

Ia seolah sedang berdiplomasi di depan geng krucil yang kini mengerumuninya. Bukan tanpa sebab, itu karena es krim Milo yang dibawa Ferril. Bocah sableng itu tadi berbelanja di mall bersama bunda. Lalu mampir ke rumah opa untuk memberikan buah dan sayur. Kebetulan ada geng krucil. Begitu turun dari mobil pun, Ferril sudah teriak memanggil geng krucil. Akhirnya begini, Ferril seperti gula sementara geng krucil semutnya.

"ABANG FERRIIIIIIIL!"

Suara teriakan geng krucil itu membuat bunda terkekeh. Ia geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak sablengnya yang satu itu. Coba, anak mana lagi yang seperti Ferril? Rasa-rasanya cuma Ferril. Mana kegantengannya diakui pula oleh geng krucil yang barang kali terpaksa ngomong begitu gegara Ferril bawa es krim. Tapi eits, begini-begini Ferril memang dekat loh sama geng krucil. Sama Adel saja nempel. Karena ia memang loyal dan penyayang sih. Ketengilannya yang khas itu kadang jadi buah tawa geng krucil. Tiada hari tanpa Ferril yang tidak membuat tawa geng krucil.

Sementara Ferril sudah sibuk membagikan es krim pada geng krucil yang hanya puasa setengah hari itu, opa malah geleng-geleng melihat kelakuannya. Kalau Farrel disegani geng krucil maka Ferril malah dianggap seperti teman mereka. Tak ada batas. Ferril malah terlihat seperti bagian dari geng krucil. Tahu sendiri kan bagaimana manjanya Ferril yang kadang gak mau kalah dengan bocah-bocah krucil ini?

"Kelakuan anakmu yang satu itu," tutur opa. Beliau ikut terkekeh. Bahkan opa sudah bingung harus mengeluarkan kata-kata apalagi untuk cucunya yang sableng itu. "Bagaimana kabar rumah sakit Fadlan?"

Icha menghela nafas lantas duduk tak jauh dari mertuanya itu. "Pelakunya sudah ketemu, pi. Sekarang sedang diusut. Nanti sore juga kakak udah pulang."

Opa mengangguk-angguk. "Seharusnya, ia habisi saja sejak awal. Dari pada kejadian begini lagi."

Icha cuma bisa menghela nafas. Ia tahu suaminya yang memang malas berhubungan dengan orang-orang picik. Tapi sekarang ia lega karena masalahnya sudah hampir selesai. Yang penting suaminya tak kenapa-napa. Itu yang penting.

"Papi dengar Ferril mau bekerja di kantor Fadli."

Icha mengangguk. Harusnya anak sablengnya itu sudah masuk bekerja. Tapi selama bulan puasa ini kerap membolos. Walau diomeli Fadli pun tetap saja yang namanya Ferril tak kan mendengar. Mereka kan sama. Sama-sama playboy. Sama-sama pecicilan. Sama-sama petakilan.

Kalau kata suaminya, biarkan saja si Fadli tahu rasa menghadapi dirinya sendiri ketika berhadapan dengan Ferril. Hal yang tentu saja membuat Icha terkekeh. Om dan ponakan yang satu itu memang nyaris mirip dari segala hal. Hanya saja, Fadli tak semanja Ferril yang selalu nempel pada bundanya.

"Iya, pi. Katanya bosan kuliah terus. Mau rehat dulu."

Opa mengangguk. Sebenarnya opa tahu kalau selama kuliah di London, Ferril juga bekerja di perusahaan lain. Makanya, kelulusannya tertunda. Biar sableng begitu, Ferril termasuk anak yang cerdik. Ia pandai memikat kesempatan yang tak boleh hilang dari pandangannya. Bahkan diam-diam, Ferril sudah punya tabungan yang cukup banyak dari hasilnya bekerja di London. Hanya saja tak pernah digunakan. Lelaki yang satu itu sedang mengincar saham. Ingin membelinya sedikit saja. Satu persen saja cukup. Hanya saja sekarang ia sedang membidik saham mana yang punya prospek bagus ke depannya.

Kalau ada yang melihat Ferril sama sekali tak serius dengan perempuan sih memang benar. Tapi untuk masa depan, penghasilan, Ferril tak pernah main-main. Ia tak beda jauh dengan Farrel. Hanya saja ia tak suka mengumbarnya. Ini bukan berarti Farrel mengumbar apa yang dilakukannya. Farrel juga sama. Hanya saja Farrel selalu terlihat sementara Ferril lihai menyembunyikannya.

KELUARGA ADHIYAKSA RAMADHAN 2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang