Ramadhan di Singapura

3.9K 653 130
                                    

Suuiiiit. Suuuuiit.

Andai ada batu di dekatnya, Caca pasti sudah lama melempar batu itu ke arah lelaki di bawah sana yang terus menyiulinya sepanjang perjalanan pulang dari kampus tadi. Ia hanya tidak habis pikir akan bertemu dengan lelaki senyebelin itu. Hidupnya sudah tak tenang sejak enam bulan terakhir semenjak bertemu lelaki itu.

Caca memang malas menanggapinya dan pernah merasa menyesal karena telah menanggapinya. Saat itu Caca sedang terburu-buru ke kampus hingga lupa membawa dompet. Ia baru ingat saat ia akan turun bis yang ditumpanginya. Mana kartu bisnya juga ada di dompetnya. Kebetulan ada lelaki nyebelin yang selalu mengikutinya dan tak berhenti melempar senyum tiap bertemu dengannya. Akhirnya, dengan merendahkan ego dan menahan malu ia meminjam uang pada lelaki itu. Tapi apa kata lelaki itu?

"Jangankan buat bayar bis hari ini. Bayar bis kamu setiap hari juga gak apa-apa. Atau kamu mau aku beliin bis sekalian biar gak repot begini?"

Andai Caca tidak 'kepepet' saat itu, ia tidak akan pernah meminjam uang pada lelaki itu. Iya, lelaki sableng itu Fadli. Sejak mengenalnya di dalam pesawat saat pertama kali ia berangkat ke Singapura, hidupnya sudah tak setenang dulu. Ia juga tak pernah menyangka jika lelaki ini terus menguntitnya walau dengan berbagai penolakan secara terang-terangan. Segala makanan yang dikirim ke flat-nya, pasti ia berikan pada orang lain di depan Fadli. Pokoknya segala kebaikan yang Fadli lakukan untuknya pasti ditolak mentah-mentah. Belum lagi, tetangga flat-nya yang suka sekali menyiram air ke arah Fadli yang rutin bernyanyi dengan gitar di bawah sana. Sementara flat mereka terletak di lantai dua. Suara Fadli itu bagus. Tapi kalau bernyanyi setiap hari kan lama-lama orang lain terganggu juga. Kalo Caca sih bodo amat. Apalagi setiap mendengar suara air yang dikirimkan ke bawah, ia sudah tertawa di dalam flat. Cuma ya, yang namanya Fadli tak menyerah. Mau disiram dengan comberan juga, ia tetap berdiri tegak dengan senyuman sambil memetik gitar.

KELUARGA ADHIYAKSA RAMADHAN 2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang