Hari Pertama Lebaran

6.5K 876 92
                                    

"Mana?"

Baru juga selesai solat idul fitri bahkn Ardan belum sempat duduk eeh udah ditagih-tagih aja THR-nya oleh Dina. Gadis yang satu itu kan gak solat.

Aisha sudah terkekeh melihat kelakuan keduanya. Semenjak Ardan bekerja, ia memang selalu dipalak oleh saudara kembar sablengnya yang satu itu. Meski sempat bekerja pada Tiara setahun lalu, ia tetap beralibi kalau gajinya tak sebesar gaji Ardan.

"Kasih aja," tutur Wira. Tadi ia juga dipalak anak gadisnya itu. Berhubung sayang ya dikasih aja. Makanya mukanya Dina agak sumringah.

Dina langsung bercengenges ria. Ardan cuma bisa menghela nafas, melawan tekanan batin yang ingin ngomel. Hahaha. Tapi gak tega juga. Gimana pun Dina ini saudara kembar sablengnya. Makanya ia keluar kan dompet tapi baru mau mengambil uangnya, sudah dirampas oleh Dina seperti biasa. Lima lembar uang ratusan itu raib dalam sekejab. Dina sengaja tidak mengambil semuanya karena tahu Ardan pasti ingin memberikan jatah THR untuk geng krucil.

Geng krucil? Sudah heboh sejak subuh. Semuanya jadi rajin mandi pagi di hari-hari menjelang lebaran. Biasanya kudu diteriakin dulu untuk mandi pagi. Apalagi saat mau solat tadi, sudah heboh minta dipakaikan baju baru. Kalau sekarang sih sedang heboh foto keluarga di depan rumah. Yang mengatur letak pengambilan fotonya si Aidan yang memang suka ikut Rain bekerja sebagai fotografer. Dengan menggunakan timer, foto berhasil diambil walau tadi sempat ribut gegara posisi. Adel dan Adeeva yang kalah tinggi paling ribut gegara posisi ini. Alhasil abinya yang menggendong biar mukanya kelihatan. Umminya cuma geleng-geleng kepala.

Selanjutnya baru masuk ke dalam mobil. Dari pada heboh kalau berjalan kaki, mereka memilih mengendarai mobil saja ke rumah oma. Kalau rumah Akib ramai dengan foto maka beda dengan rumah yang satu ini. Yang heboh foto cuma Rain sama Tata. Sisanya cuma ngeliatin aja. Usai bersalaman, saling meminta maaf, langsung berangkat ke rumah oma.

Khusus tahun ini, Tiara baru saja berangkat ke rumah oma. Jauh-jauh dari Tangerang. Ia bersama suaminya hanya bisa sebentar ke rumah oma. Karena siangnya, akan lanjut ke rumah mertua. Uhuy! Apalagi keluarga besar suaminya juga sudah menunggu.

Kalau Feri dan Sara, malah agak terharu tahun ini. Agak berasa kehilangan anaknya yang paling centil karena sudah tak tinggal bersama. Sejak ramadhan kemarin pun sama, yang biasanya ngerusuhin saat sahur, tahun ini sudah tidak ada. Apalagi yang tersisa cuma Anne. Karena Ando tinggal di rumah mertuanya. Sebentar lagi juga Ando dan Farras akan kembali tinggal dengannya. Karena Fadlan dan Icha akan berangkat ke luar negeri, mengantar Farrel yang hendak melanjutkan kuliah. Sekalian jalan-jalan berdua. Uhuy! Karena selama di sini, Fadlan selalu diganggu anak tengilnya yang usil itu.

Anne juga sedang mempersiapkan kuliahnya. Akhirnya ia malah kuliah disini karena tak diizinkan Feri untuk jauh-jauh darinya. Daddy-nya itu tak sanggup jauh lagi dari anak-anaknya. Maklum lah, yang tersisa kan cuma Anne. Walau beberapa bulan lalu sempat berdebat karena Anne ingin sekali tinggal jauh dari orang tua. Katanya pengen nyoba jadi anak kosan tapi tak diberi izin.

Kini ketiganya sudah berjalan menuju rumah oma yang memang tak seberapa jauh. Sementara keluarga Fadlan baru saja akan berangkat. Tahun ini yang menyetir si Farrel. Biasanya sih Fadlan. Tapi dengan alasan anak-anak sudah dewasa dan pandai menyetir, Fadlan menyerahkannya pada Farrel. Lagi pula jarang-jarang pula si Farrel menyetir, membawa kedua orang tuanya itu. Di sebelahnya tentu saja si Ando. Di belakang, ada si papa, bunda, Ferril dan Farras. Ferril tentu saja tidak mau melewatkan duduk di sebelah bundanya walau tadi sempat dipaksa papanya untuk duduk di belakang saja. Toh bangku belakang masih kosong tapi ia malah leyeh-leyeh sama bundanya yang kini memeluknya dengan hangat. Akhirnya tentu saja menjadi bahan tawa. Menilik papanya tak kan pernah menang jika harus bersaing dengan anak.

KELUARGA ADHIYAKSA RAMADHAN 2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang