Reuni Farrel-Zakiya

4.7K 739 225
                                    

"Baaang! Jadi ikut kan?" teriak Farras.

Perempuan itu sedang duduk di sofa dan abangnya sedang berjalan menuruni tangga. Jarak mereka hanya tiga meter. Tapi tetap saja Farras teriak.

Farrel mengangguk lantas memakai jaketnya. Ia hendak keluar untuk ke rumah sakit, menemui papanya. Lalu akan menyusul ke yayasan Farras. Ia sudah janji kepada anak-anak yayasan Farras untuk ikut berbuka bersama di sana.

"Jangan telat loh, bang!" ingat Farras sekali lagi tapi hanya dibalas dengan deheman.

Farrel sudah berjalan menuju motornya lalu menyalakan mesinnya. Tak lupa, ia memakai helmnya dan segera menarik gasnya. Kini motornya telah keluar dari pekarangan rumah. Sementara itu, bunda baru keluar dari kamar dengan tampang ngantuk. Ramadhan kali ini adalah ramadhan pertamanya tanpa kegiatan sama sekali. Ia sampai bosan. Padahal baru juga seminggu berpuasa. Tapi yah, ia memang merasakan perbedaan yang sangat signifikan selama setahun ini. Rasanya memang aneh jika selama ini sibuk sekarang lebih banyak kosongnya.

Saat ia berada di Maluku dan Kalimantan untuk menemani suaminya yang sedang bergelut dengan proyek, kerjaannya ya seperti ibu rumah tangga biasa. Menyiapkan makan pagi, siang dan malam. Membereskan rumah. Kadang tidur siang. Lebih sering lagi melamun menunggu kepulangan suaminya. Ia ingin sekali punya kegiatan sendiri. Tapi tiap melihat tampang Fadlan yang lelah saat pulang bekerja, ia tak tega. Akhirnya, hanya pasrah dengan keadaannya sekarang yang sama sekali bukan dirinya. Ia sudah terbiasa aktif sejak dulu. Maka sekarang terasa aneh jika ia tak punya kegiatan lagi.

"Jam berapa, kak?" tanyanya sambil menguap.

Farras melirik jam dinding lantas menjawab, "baru jam setengah dua, bunda."

Icha menghela nafas. Kalau anak perempuannya ini sih enak. Masih punya kegiatan di yayasan dan mengurusi bisnis Ando. Lah ia? Mana ia mengerti soal bisnis. Apalagi urusan rumah sakit. Walau kadang Fadlan meminta pendapatnya mengenai ruang preventif kesehatan masyarakat. Sedikit-banyak ia cukup paham dan ternyata itu sangat membantu Fadlan dalam membangun ruang khusus untuk rumah sakit terbarunya.

"Rasanya kerjaan bunda tidur aja," tutur bundanya yang kini beranjak dari sofa ke kamar mandi.

Farras terkekeh mendengarnya. Itu sih perasaan bundanya saja. Kalau pun tidur siang, bundanya itu tak kan tidur lebih dari setengah jam.

"Bunda bosen ya?"

Icha mengangguk. Kini ia telah masuk ke kamar mandi.

"Nanti juga terbiasa, bunda. Atau bunda mau buka bisnis apa gitu?"

Icha baru menjawab pertanyaan anaknya itu saat keluar dari kamar mandi. "Itu bukan dunia, bunda. Bunda lebih milih jadi motivator atau pengisi seminar sekalian."

Farras mengangguk-angguk. Ia tersenyum kecil. Sadar betul tentang bakat bicaranya ini turunan dari siapa. Tapi papanya juga jago sih. Abangnya juga. Farras malah merasa, abangnya itu sangat berwibawa saat sedang berbicara di depan umum meski ya, tak ada ekspresinya sama sekali. Berbeda dengan adik sablengnya yang slengekan dan tetap petakilan dimana pun berada.

"Bunda mau keluar deh. Mau belanja, isi kulkas. Kayaknya udah banyak yang habis," tutur bunda usai melihat-lihat kulkasnya.

"Mau Ras temenin, bunda?"

"Kamu kan mau ke yayasan nanti. Bunda kayaknya lama. Mau sambil ngabuburit sekalian ngajak ketemuan temen bunda."

Farras terkekeh. Ia iyakan saja rencana bundanya itu. Toh, terkadang setiap orang membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri.

😊😊😊

Farrel tiba di rumah sakit lantas segera berjalan menuju lift. Ia hanya menganggukan kepala ketika para staf papanya tersenyum ke arahnya. Ia memang bukan tipikal yang suka tersenyum ramah sih. Papanya juga begitu kan. Walau yah, papanya masih lebih hangat darinya. Kadang rada sableng juga seperti Ferril. Jadi, Farrel yang mengambil sikap dingin papanya sedikit sementara Ferril mengambil bagian sableng dari papanya. Namun entah kenapa, itu justru membuat keduanya sangat bertolak belakang. Karena ia penuh dengan sikap dingin. Sementara Ferril, tahu lah kesablengannya itu sungguh tiada tara.

KELUARGA ADHIYAKSA RAMADHAN 2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang