III

275 27 0
                                    

"Jungkook-ah, apa kau dapat pesan dari Jin-hyung?"

"Ya. Pasti Jin-hyung bercanda."

"Apa kau yakin?"

"Hmm..." maknae BTS itu menoleh ke arah seniornya. "Menurut Jiminie?"

Park Jimin hanya menghela napas. "Hah, kau ini."

"Wah maaf deh. Eh, biar kulihat handphone-ku lagi."

Jeon Jungkook segera mengambil ponselnya. Dilihatnya, Seokjin telah mengirimkan pesan untuk menyuruh mereka menelepon polisi sekaligus foto.

Foto tersebut, ya, bisa dibilang gambar yang tidak enak dilihat. Perban dengan bercak darah dari lengan kanan yang sepertinya memang benar-benar milik seorang Kim Seokjin.

Pantas saja, hari ini Jimin dihantui perasaan tidak enak. Apakah karena peristiwa ini? Tapi, bagaimana kalau semua ini hanya tipuan belaka? Member tertua mereka kan suka bercanda. Bisa saja ia mengirimkan gambar dan pesan itu agar semuanya cepat sampai ke dorm mereka. Bisa saja ia mendapatkan gambar tersebut dari internet. Tapi kalau pun ia mengerjai mereka, bukankah caranya ini terlalu berlebihan?

Tunggu. Jimin mengecek ulang lagi chat yang berada di layar handphone-nya.

Jungkook pun memecah kesunyian. "Jimin-ah, perasaan ku berkata-"

"Ini asli!"

"Hah? Tahu dari?"

"Lihat."
Jimin menunjukan gambar dari ponsel nya ke arah si pengendara mobil.

"Gambar di layar kamera ini saja ada bercak-bercak. Berarti pada layar handphone Jin-hyung, terdapat darah yang menempel. Ya ampun!" Jimin langsung panik. "Apa yang terjadi pada Jin-hyung dan Yoongi-hyung?! Apa sebaiknya kita langsung telepon polisi?!"

"Jangan. Tunggu. Kita kan sebentar lagi sampai, kurasa ada baiknya jika kita mengecek lebih dulu." bantah Jungkook, yang sepertinya masih belum sepenuhnya percaya dengan kejadian saat ini.

"Bagaimana kalau ternyata ini cuma prank?" tambahnya. Walau dalam benaknya, ia sudah merasa ada yang tidak beres. Jungkook hanya butuh diyakinkan lebih dalam saja.

"Sampai mengotori layar handphone-nya sendiri dengan bercak? Kalau pun aku iseng, kurasa tidak perlu sampai mengotori layar ponsel ku juga. Itu kelewat niat."

Jungkook menatap balik tatapan serius yang ditujukan kepadanya. Oke cukup. Ia tidak perlu beradu argumen lagi dengan Jimin. Yang perlu ia lakukan sekarang adalah menginjak pedal gas untuk menambah laju kecepatan mobilnya.

Mereka harus buru-buru sampai di dorm, dan menyelamatkan dua member tertua mereka.

-o-

Di kegelapan itu, Seokjin berusaha bangkit dari bathtub yang ia duduki, setelah membalut lukanya untuk mencegah pendarahan lebih.

"Ish..." ringisnya kesakitan.

Ia melangkah perlahan menuju pintu. Lalu dibukanya sangat pelan agar tidak menimbulkan suara berdecit. Langkah berikutnya, ia harus mencari senjata untuk dijadikan perlindungan diri. Seokjin segera kembali ke dapur. Pisau, ia butuh pisau sekarang.

Lagi-lagi, terdengar suara langkah kaki. Orang tersebut akan melewati dapur. Seokjin buru-buru bersembunyi dibalik meja counter dapur.

'Jangan kesini, jangan kesini, jangan kesini...' pintanya terus-menerus. Jantungnya berdetak cepat sekali. Kalau psikopat itu sampai kemari, ia tidak segan-segan melawan dengan pisau di dekapannya.

Untungnya, orang tersebut sepertinya pergi ke ruang tamu depan. Instingnya berkata bahwa situasi sudah aman, dan ini saat yang tepat untuk bergerak.

Seokjin pun melangkah mengendap-endap sambil menentengi benda tajam, dan akhirnya berhasil naik ke lantai dua.

-o-

Tiba-tiba, nada dering dari handphone Jimin terdengar.

"Halo, Hyung?" jawabnya.

"Jimin, kau dan Jungkook sudah sampai di dorm?"
Dari kejauhan, terdengar suara milik Kim Namjoon, ketua mereka.

"Belum. Tapi sebentar lagi kita sampai."

"Apa kau dapat pesan dari Jin-hyung?"

"Iya. Kita berdua dapat. Kalau Hyung?"

"Aku dan Hobi juga. Aku sudah telepon polisi."

"Apa? Sungguh? Terus kata mereka?"

"Mereka akan segera ke dorm kita. Kuberi satu peringatan. Begitu sampai disana, kalian berhati-hatilah. Disampingku, Hobi sangat shock."

"Ya ampun, Hope-hyung..."

Seketika, Jimin merasa lesu. Ia membayangikan sekarang seniornya, yang terkenal paling ceria dan bersemangat, saat ini pasti merasakan panik yang luar biasa. Kasihan Jung Hoseok.

"Dan ternyata, aku baru saja mendapat kabar penting dari Taehyung. Ia berkata bahwa saat ia bersama Yoongi-hyung beberapa hari yang lalu, ia tidak sengaja melirik pesan SMS yang dikirimkan ke ponsel Yoongi-hyung. Pesan itu bertuliskan,"

AKU BEGITU TEROBSESI PADAMU. AKU BISA SAJA MELENYAPKAN YANG LAIN DEMI KAMU.

"Sebuah ancaman? Mengerikan sekali!" pekik Jimin ketakutan.

"Sepertinya begitu." Namjoon membenarkan dugaan Jimin.

"Tapi, mengapa Yoongi-hyung dan Taehyung tidak mengatakan apa-apa?"

"Taehyung sudah memperingatkan, tapi Yoongi-hyung hanya menganggapnya sebagai lelucon. Ia juga bilang ke Taehyung bahwa sudah cukup lama ia mendapat pesan-pesan ancaman seperti itu. Katanya, tidak usah dihiraukan, dan nyatanya memang tidak terjadi apa-apa sejauh ini. Sampai akhirnya..."

"Sampai akhirnya kita semua mendapat pesan dari Jin-hyung, dan tahu-tahu hal ini terjadi."

"Ya. Oleh karena itu, Taehyung langsung meneleponku dan menceritakan semuanya. Dan aku pun segera menelepon polisi."

Di seberang sana, Jimin bisa mendengar Namjoon yang tiba-tiba menarik napas dalam-dalam.

"Aku...juga sebenarnya sama seperti Hobi. Jin-hyung...Yoongi-hyung..." nada bicaranya menjadi lirih karena rasa khawatir. Sebelum ia melanjutkan lagi,

"Aku dan Hobi akan segera kesana. Taehyung juga sedang dalam perjalanan sekarang. Kau dan Jungkook, pokoknya berhati-hatilah. Aku tidak mau ada anggota ku lagi yang...pokoknya berhati-hatilah!"
Ketua anggota BTS itu sampai tidak bisa menyebutkan kalimat 'terluka', karena baginya, itu merupakan kalimat yang mengerikan saat ini.

Setelah mengiyakan dan meyakinkan Namjoon bahwa ia dan Jungkook akan baik-baik saja, sebenarnya hatinya campur aduk. Perasaan bingung dan takut langsung melonjak semua. Mereka berdua akan baik-baik saja kan? Semoga saja Seokjin dan Yoongi pun juga demikian.

Disebelahnya, tahu-tahu Jungkook berseru, "Ah, kita sudah sampai."

Mendengar itu, perasaan dalam diri Jimin semakin tidak karuan. Walau berusaha tegar, sebenarnya dalam hati Jungkook pun tidak beda jauh dengan hyung-nya.

Lampu Padam | BTS FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang