Epilog

309 26 0
                                    

Beberapa hari kemudian, para anggota BTS pun berkumpul. Mereka bertujuh berada di ruang VIP sebuah rumah sakit, dengan kedua member yang duduk bersandar di atas kasur dengan infus di tangan kiri dan balutan perban pada lengan atas.

Kabar gembira, kondisi Seokjin dan Jimin telah membaik. Sekarang, mereka berkumpul untuk mendiskusikan secara bersama suatu topik. Topik yang berkaitan dengan kejadian yang telah terjadi.

"Bagaimana?" tanya Seokjin.

"Polisi masih fokus melacak latar belakang si pelaku." jawab Namjoon.

"Cukup untuk menyita waktu mereka, agar kita bisa membuat alasan yang logis untuk jaga-jaga." tambah Yoongi.

Di sampingnya, terlihat Taehyung, yang duduk dengan wajah tegang. Ia kelihatan ingin berucap, namun rasa kelu di lidah menahan perkataannya.

"Tenanglah, Taehyung. Itu bukan salahmu." ucap Yoongi, sambil memegang pundaknya. Berusaha menenangkan pemuda itu, yang kelihatan panik.

"Taehyung tidak tahu. Lagipula, tindakannya merupakan sebagai bentuk pembelaan. Penjahat itu yang mulai duluan semuanya!" pekik Seokjin menggebu-gebu.

"Dan lagi, dia sendiri yang menancapkan pisau itu pada jantungnya! Taehyung hanya berusaha menahan keparat itu agar tidak melukai kita berdua!" tambah Yoongi, tidak kalah heboh, "Mereka tidak bisa menahan-"

"Aku tahu, Hyung. Aku tahu." sela Namjoon. Ia menghela napas, sambil memijat-mijat dahinya.

Kemudian, matanya tertuju pada Taehyung, dengan mimik takut pada wajah tampannya.

"Kau...tidak sentuh pisau itu atau apapun kan?"

Taehyung langsung menggeleng cepat, "Tidak. Aku, hanya menindihnya dari atas. Tubuhku juga terasa sakit setelah itu."

"Baiklah." Namjoon hanya menganggukkan kepala, "Setidaknya pisau itu tidak terdapat sidik jari Taehyung. Ada lagi?"

Perkataan Namjoon barusan membuat mereka semua terdiam. Lalu, terlihatlah tangan Jimin, yang sedang menggapai tangan Jungkook yang kebetulan duduk di samping ranjangnya. Ia memegang tangan kekasihnya yang lebih besar darinya itu erat-erat.

"Apa?"

"Katakan pada mereka, Jungkook."

"Aku...aku tidak salah!"

"Setidaknya biarkan mereka tahu, sayang. Agar kita bisa membelamu. Kau harus jujur."

Jungkook hanya menatap Jimin lekat-lekat. Ia menundukan kepala. Jantungnya berdebar sekali lagi.

"Aku..." ucap Jungkook ragu-ragu, "Kondisiku juga sama seperti Taehyung."

Semua anggota, kecuali Jimin, langsung menunjukan ketertarikan mereka pada cerita si maknae.

"Jadi, ceritamu?" tanya Namjoon.

"Mungkin, aku lebih parah. Aku telah menenggelamkan orang itu, karena ia menyerangku." balas Jungkook.

Kemudian, ceritanya tidak berhenti sampai disitu.

"A-aku...menendang kepala orang gila itu. Mungkin cukup keras. Sampai ia tidak ada perlawanan sama sekali. Ia sama sekali tidak berenang untuk naik ke permukaan."

"Kau patahkan lehernya..." titah Namjoon, dengan nada bicara yang berat.

Diperhatikan oleh mereka wajah Jungkook yang menunduk lagi. Ia kelihatan menyesali perbuatannya. "Maafkan aku..."

Namjoon hanya menghela napas yang panjang. Ia kelihatan pusing sendiri dengan situasi yang terjadi pada Taehyung dan Jungkook.

Tidak disangka, dua anggota mereka ada yang melakukan tindakan sampai menghilangkan nyawa. Walau secara tidak langsung, mereka melakukannya sebagai pembelaan diri karena dalam situasi yang membahayakan jiwa.

Jimin langsung menambahkan, "Aku tertembak, Jin-hyung tertembak, hingga kondisi kami jadi seperti ini karena...para keparat itu! Jungkook melakukannya sebagai pembelaan, begitu juga Taehyung."

"Jadi, kau melegalkan pembunuhan?" tekan Namjoon.

"Ti-tidak. Bukan itu..." Jimin langsung kelihatan gelagapan.

"Kumohon, Hyung. Aku tidak ingin ada ribut-ribut atau di antara kita yang terlibat dengan polisi. Bagaimana dengan nama baik kesatuan kita? Apa kau tega memenjarakan anggota kita sendiri yang sudah kau anggap seperti keluarga? Jungkook dan Taehyung melakukannya untuk menolong kami. Kau tidak paham!"

Namjoon langsung mengusap-usap rambutnya sendiri setelah mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan Jimin. Dilihatnya pemuda itu mulai berurai air mata, sebelum Jungkook memegang pundak Jimin, berusaha menenangkannya.

Pusing. Bimbang. Itulah isi kepala Namjoon saat ini.

"Hobi?" panggil Namjoon.

"Eh?"

"Kau dari tadi diam saja. Bicaralah."

Sial. Hoseok sendiri sebenarnya bimbang juga. Biasanya, ia memang suka angkat suara kalau sedang terjadi diskusi di antara mereka. Tapi untuk kasus yang satu ini, ia kelihatan bingung sendiri.

"A-a...aku tidak tahu harus berucap apa. Aku sendiri pun tidak bisa membela Taehyung dan Jungkook. Karena bagaimana pun, menghilangkan nyawa seseorang itu tetaplah salah."

Kalimat Hoseok hendak disela oleh Seokjin dan Yoongi, ia pun buru-buru menambahkan,

"Tapi, demi kesatuan anggota kita, mau tidak mau, suka tidak suka, sepertinya kita lebih baik tetap bungkam saja tentang masalah ini. Jangan sampai rahasia ini bocor keluar. Karena, ini adalah 'dosa' terbesar kita."

"Terima kasih, Hobi. Akhirnya kau berhasil meyakinkanku." ucap Namjoon. Ia pun menjelaskan lagi, "Toh, polisi juga sudah menganggap salah satu dari dua orang gila itu meninggal akibat bunuh diri dengan luka tusukan sendiri, karena kebetulan ia masih di bawah pengaruh obat. Taehyung bisa aman."

Taehyung masih diam. Namun setidaknya sekarang, ia bisa tersenyum lega sedikit.

"Dan yang satunya lagi, dinyatakan sebagai buronan yang telah melarikan diri ke luar negeri. Tapi tak apa, teruslah mereka berpikir tentang fakta itu, agar kenyataan bahwa ia sudah meninggal tenggelam di perairan itu bisa tertutup. Kupikir Jungkook juga bisa aman."

Jungkook langsung menghela napas. Ia bersandar pada pundak Jimin, menikmati rambutnya diusap-usap lembut oleh pemuda manis itu.

"Jenius, Namjoon. Seperti biasa. Ah, akhirnya aku bisa istirahat dengan lega." senyum Seokjin.

"Kudengar, perairan itu tidak aman. Karena, ada buaya yang bermuara disana!"

"Jangan mengada-ada Hobi." balas Yoongi.

"Tidak, sungguh Hyung! Aku pernah lihat ekornya saat aku mengambil jemuran celana dalamku yang tidak sengaja terbang dan tersangkut di antara semak-semak dekat pepohonan disana. Ya ampun, ekornya besar sekali!"

"Hope-hyung," panggil Jungkook kepada Hoseok, "Kenapa kau tidak katakan hal ini padaku dan Jiminie sebelumnya? Untung kami berdua tidak kenapa-napa."

"Karena aku takut, kalian tidak akan mempercayaiku. Maaf..."

"..."

"Ya sudah. Berarti orang itu bisa kita asumsikan...ya, bisa dibilang, mati di dalam air." kata Namjoon.

Kemudian, sang ketua menyuruh seluruh anggota Bangtan berkumpul mendekat. Tangan kanan mereka semua direntangkan dan disatukan, untuk membentuk suatu janji.

"Ayo bersumpah, bahwa ini rahasia yang akan kita bawa sampai maut."

Beramai-ramai, mereka bertujuh berucap 'aku bersumpah' dengan nada pelan.

Dengan itu, kasus tersebut dinyatakan telah selesai.

Lain halnya pada perairan dibelakang dorm. Disana nampak lewat makhluk berukuran besar dengan kulit yang keras, mulai dari moncong yang panjang sampai ekor.

Taring-taring tajam pada moncongnya terlihat berdarah, sambil berenang begitu cepat. Hewan itu hendak pergi bermuara ke tempat lain.

Seekor buaya benar-benar pernah singgah disana.

Lampu Padam | BTS FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang