Untuk sesaat, Akira merasakan hawa yang tak menyenangkan dari sekitarnya. Bisa dibilang itu adalah hawa permusuhan yang penuh dengan haus darah, tapi itu tak diarahkan pada dirinya.
Jika bukan pada dirinya, lalu pada siapa? Akira memperhatikan sekeliling. Tak ada orang yang aneh atau mencurigakan sehingga pantas menerima hawa permusuhan itu.
"Kanata-kun?"
"Tidak apa-apa, Honoka-san. Tapi apa tidak masalah aku menemani kalian belanja?"
Akira bertanya pada tiga orang lainnya. Selain Honoka, ada tiga gadis yang merupakan teman di sekolah lamanya.
Karena hubungan Akira dengan teman teman sekelasnya cukup akrab, maka ini bisa dibilang pertemuan yang menyenangkan.
"Kenapa kau menanyakan itu setelah bersama kami?"
"Mungkinkah kau sudah tak sabar bersama kami di ruang tertutup kukuku.."
Yang tertawa penuh licik dan wajah mesum adalah Shiori. Nama lengkapnya Shiori Kugami.
Dia dikenal sebagai salah satu gadis pembuat ulah. Meskipun begitu bukan berarti dia dibenci. Justru karena ulahnya suasana kelas menjadi ramai.
"Kita berbicara tentang karaoke kan? Bukan hotel?"
"Aku lebih heran padamu karena langsung mengarah pada hotel, Yuki-chan."
Gadis lainnya yang terlihat pemalu bernama Yuki. Dia cukup tertutup dan tak mudah bergaul. Tetapi yang paling mencolok darinya adalah imajinasi liarnya. Tak jarang dia mengatakan suatu yang berada di luar pemikiran orang sekitarnya.
"Auu.. aku hanya ingin tahu. Kau tahu kan, kita masih anak sekolah."
"Aku tak tahu apakah kau masih terlalu murni atau sudah tercemar. Hanya saja, satu hal yang pasti, banyak pasangan yang sudah pergi ke hotel, Yuki-chan."
"Uuu...?"
Wajah Yuki langsung merah padam. Semua tahu apa yang dia bayangkan saat ini.
"Ngomong ngomong, apakah Kanata-san sudah pernah pergi ke hotel?"
Yang bertanya adalah Hanabi. Dari mereka berempat, dia adalah satu satunya yang memiliki postur paling kecil.
"Ahaha. Aku tak tahu harus menjawab apa jika hal tentang itu."
Mendengar itu, gadis gadis melirik satu sama lain. Mereka sudah tahu jawaban pertanyaan itu.
"Aku sungguh penasaran dengan gadis yang sanggup melelehkan hati pangeran sekolah. Jika mereka tahu kau sudah memiliki kekasih, para gadis di sekolah akan heboh."
"Hm.. kenapa mereka heboh?"
"Tidak apa apa, Kanata-kun. Ini hanyalah pembicaraan para gadis."
"?"
Akira memiringkan kepalanya karena tak begitu paham. Tapi dia mengerti kalau jika mereka semua tahu wajah Aeria, mereka akan iri.
(Sungguh, memiliki kekasih yang cantik cukup membuat masalah)
Akira tersenyum sendiri karena mengingat kembali wajah manis Aeria. Hal itu juga membuatnya rindu dengan orang yang dicintainya itu.
"Daripada membicarakan pacar Akira-san, sebaiknya kita mulai belanja."
"Bukankah itu tujuan kita kemari?"
"Oh iya, Kanata-kun. Apakah kau mau mentraktir kami?"
Mendengar permintaan tiba tiba dari Honoka, Akira tak bisa langsung menjawab. Tapi mengingat ini kesempatan langka dan keuangangannya cukup, maka dia merasa tak ada masalah.