Dilema

74 5 1
                                    

Derap langkah kaki ku menuntun ku menuju ruang kelas, aku harus setengah berlari karena letak kelas ku yang berada dilantai 2 ditambah juga hari ini aku ada ulangan matematika, dan yaa penyebab ku telat bangun adalah begadang, tadi malam aku belajar mati-matian menghapal rumus untuk ulangan besok dan aku sangat benci pelajaran yang berkaitan dengan rumus meskipun tampilan ku yang cupu ini tidak menjamin bahwa aku pintar dalam hal menghitung.

Dengan langkah terburu-buru dan pikiran yang kacau entah kemana akhirnya aku sampai diruang kelas, suasana kelas begitu gaduh dan aku bersyukur guru matematika kami belum datang tapi, tumben sekali pak Yoga belum datang jam segini biasanya guru itu sangat on time, apa pun itu yang penting aku sangat bersyukur karena aku tidak jadi dihukum gara-gara datang terlambat.

Saat duduk dibangku ku tiba-tiba sahabat ku Niara memanggilku,

"Sstt.. Mel.. tumben lo telat" bisiknya karena gak mau orang lain mendengar percakapan kami.

"Yaa lo tahu sendiri lah hari ini kita ulangan matematika dan gue paling susah dalam hal menghapal rumus jadi, gue begadang semalaman hanya untuk menghapal rumus dan baru tidur jam 3 subuh. Woahm... gue sekarang masih ngantuk"

"Haha, lagian lu aneh banget penampilan kayak begini kok nggak pintar matematika" kekeh Niara, aku hanya menatapnya kesal atas ledekannya barusan dan tidak mau menggubris sama sekali perkataannya karena aku tak mau berdebat dengannya, berdebat sama Niara adalah trauma besar bagiku.

FLASHBACK ON

Aku dan Niara sudah bersahabat sejak kecil karena rumah kami dulu berdekatan hingga saat ini rumahnya hanya berbeda beberapa blok dari rumah ku.  Kami juga mengenal sifat dan tabiat masing-masing dengan baik, hingga pada suatu hari saat kami masih kelas 3 smp kami mengalami pertengkaran yang hebat dan pertama kalinya dalam persahabatan yang kami jalani selama ini, pertengkaran kami bermulai saat kami menyukai lelaki yang sama dan saat itu kami tidak mau berterus terang, hingga suatu hari Niara mengetahui aku menyukai pria yang ia pun sukai dari orang lain disitulah kami bertengkar dan tak mau tegur sapa sampai ujian nasional selesai, sebenarnya aku tak mau berkelahi dengannya hanya karena seorang pria tapi Niara terlalu terbawa emosi hingga aku hanya menunggu hari yang tepat supaya kami bisa berbaikan kembali. Dan saat selesai ujian aku pun berusaha untuk meminta maaf pada Niara dan membujuknya agar mau berbaikan lagi, banyak cara yang kulakukan hingga saat itu aku menyerah karena Niara tak kunjung memaafkan ku, aku menunggu di samping rumahnya tepat dibawah jendela kamarnya yang berada di lantai 2 hingga malam sambil menangis berharap ia mau memaafkan ku, aku bahkan melupakan riwayat penyakit ku hingga aku lupa makan, minum obat, dan tak memperdulikan kepala pusing sambil darah yang terus menetes dari hidung. Dengan tubuh yang terus menggigil kedinginan karena angin malam aku merasa tubuh ku jatuh ke tanah seketika aku merasa semuanya gelap gulita. Aku merasa tubuh ku sangat lemas kemudian kubuka kelopak mata ku seketika kepala ku merasa pusing dan aku menatap sekeliling mendapati Oma dan Niara duduk menatap ku dengan wajah khawatir, Niara menghampiri ku kemudian berkata,
"Mel, kenapa lo lakuin semua ini sampai-sampai lo nggak peduli sama keadaan lo sendiri?" ucapnya dan mulai terisak, aku meneteskan air mata mungkin aku tak pernah melihat Niara menangis begini hanya karena mengkhawatirkan ku.

"Gue gak apa-apa Ra" ucapku seadanya sambil tersenyum padanya

"Ini nih yang bikin gue gak bisa lama-lama musuhin lo, lo itu terlalu rapuh Mel"

"Gue gak apa-apa Ra, beneran gak usah nangis terus dong ntar lo jelek terus doi gak suka lagi deh sama lo" ucapku sambil terkekeh,

"Melll, udah sakit sempat-sempatnya bergurau gue dari tadi khawatir hampir pingsan liat kondisi lo tau nggak" ucapnya sambil sedikit tertawa namun tawa itu laa yang membuat ku tenang,

I'M OKAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang