2. Widi

15.2K 1.4K 69
                                    

KALYA POV

"Kal, kakak gue ternyata udah bikin rencana liburan 2 minggu ke depan, ketemunya ditunda ya?" ujar Nissa saat kami jalan berdua menuju warung makan pinggir jalan.

Asli sih ini, kok kesannya jadi kaya aku yang mau mepet Aiden?

"Yaudah santai sih Niss,"

Nissa mengangguk, kami sudah sampai di warung tenda yang kami tuju, aku langsung memesan Nasi Campur, Nissa memesan Soto Betawi.

"Lo ada pacar Nis?" nah, Nissa nih doyan banget sama aktor-aktor Korea, atau apa sih K-Star lah pokoknya, entah itu member boyband ataupun oppa-oppa aktor drama unyu-unyu, jadi dia jarang banget ngobrol soal cowok real yang ada dihidupnya. Well, bukan maksudny K-Star itu khayalan, Cuma... paham lah yaa?

"Pacar gue jauh!"

"Di Korea?" tebakku asal, paling dia mau ngaku-ngaku salah satu artis tersebut pacarnya.

Aku bukan orang yang mencintai Korea di level yang... ah aku gak tau bahas gimana, intinya aku biasa aja sama orang-orang sana, aku nonton beberapa drama mereka, dan aku mupeng banget sama makanan-makanan di sana. Keliatannya enak. Tapi hanya itu, aku gak yang mendewakan negara itu beserta para kaum Adam yang menurutku terlalu... eh gak jadi deh.

"Iyaa, lagi cari duit biar kita bisa tinggal di kahyangan."

"Lo bercita-cita tetanggaan sama Mimi Peri?"

"Hahhaah!" Nissa hanya tertawa, aku sudah tak ingin melanjutkan obrolan ini. Mending aku makan karena makanan pesanan kami akhirnya datang, aku langsung menyantapnya setelah merapal doa sebelum makan.

Pulang kantor, aku di jemput Rifan aku memang sengaja gak bawa motor hari ini karena Rifan menawarkan diri menjemput, lokasi kantornya melewati kantorku kalau dia arah balik. Malam ini kami pengin bikin bbq-an gitu.

"Siapa, Kal, pacar baru?" tanya Nissa ketika Rifan datang. Ya, kami memang menunggu bersama, dia nunggu gojek, aku nuggu Rifan.

"Sahabat! Gue duluan yaa, Niss!" aku menerima helm dari Rifan kemudian naik ke boncengannya.

"Cantik tuh!" seru Rifan ketika kami sudah melaju.

"Anak baik-baik kayanya, bisa tuh yang gitu lo seriusin!"

"Haha, yaudah gue deketinnya 5 tahun lagi."

"5 tahun lagi dia udah nikah kayanya, punya anak satu." Sautku asal.

"Yaudah, cari lain, cewek berserakan."

"Enak yee!"

"Iyee!"

Membahas masalah lain sampai gak berasa kami sudah sampai di halaman rumah Rifan yang hanya sepetak ini.

Di rumah Rifan ternyata sudah ada Jonathan dan Dika, dan pacarnya Dika tentu saja . Aku turun dari motor, menyapa teman-temanku ini, kemudian masuk ke bagian dalam rumah. Aku mengincar sofa ruang tengah, pengin rebahan.

"Lo gak mau bantuin buka-buka makanan gitu, Kal?" tanya Jon.

"Males, Bang!" hanya itu balasanku.

Jonathan ini senior, ya, gak semua genganku ini sekelas pas jaman kuliah dulu, bahkan kami ada yang beda jurusan. Kami bisa kumpul bersama seperti ini karena seleksi alam. Siapa yang datang dan tak pernah pergi. Siapa yang rela begadang hanya untuk menemani yang lain curhat. Siapa yang bersedia patungan paling banyak tanpa pamrih saat yang lain gak punya duit. Siapa yang selalu hayu tiap diajak nongkrong meskipun bokek. Dan lainnya. Ya, seleksi itu menghasilkan kami.

Aku: Kalya, Dika, Rifan, Vino, Wilfa, Damar, Putra, Malika dan Jonathan.
Kenapa banyakan cowoknya daripada ceweknya? Karena gak semua cewek mau nongkrong berjam-jam di kampus sampai gelap hanya untuk nemenin temen cowoknya bisa mabuk pakai anggur merah murahan karena minum di bar terlalu mahal untuk kami, saat itu.

Pawang Hujan Kehujanan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang