6. Apartment Baru

11.2K 1.2K 45
                                    

WIDI POV

Ni cewek gila!

Bisa-bisanya dia ngasih gue nomor ibunya, sedangkan isi chat gue kalau dibaca lagi ternyata najisin semua.

Astaga! Ini cewek bener-bener ya!
Beneran bikin gue pengin dia nangis-nangis gegara sakit hati. Biar dia tau rasa gimana dimainin.

"Dah ah! Bye! Gue mau pergi! Awas ya lo nguntit gue lagi!" Katanya seraya berdiri dan keluar dari kedai kopi ini.

Gue melongo ngeliat dia pergi! Gue masih mengikuti gerakannya lewat jendela besar di samping gue. Dia bahkan tersenyum manis saat memakai helm, sedikit melambaikan tangan kemudian berlalu dengan motornya.

Wah gila!

Gue melirik jam di tangan kiri gue, sudah jam setengah 8 malam tapi orang yang ngajak janjian belum datang juga. Ribet emang! Dia yang janji, dia yang ingkar!

10 menit berlalu begitu saja, gue lega ketika melihat mobil yang gue kenal masuk ke parkiran, dan seseorang yang sudah akrab dengan gue keluar dari mobil tersebut.

Dia langsung melihat gue, gue melambaikan tangan memintanya kemari secepat mungkin.

"Lama banget sih dek!" Kata gue saat adek gue ini duduk di seberang gue. Kursi yang tadi didudukin Kalya.

"Aku beberes rumah dulu, Kak! Mama ada acara gitu." Ia meletakkan minuman pesanannya di meja.

Gue mengangguk.

"Kakak mau jadi sewa apartment? Kata Mama boleh asal dalam seminggu, minimal sekali pulang, gimana?"

"Serius Mama bilang gitu?" Tanya gue tak percaya.

"Iya Kak! Aku bujuk Mama, daripada Kakak gak pulang-pulang? Ya mending dibolehin ngekost! Lagian, kakak kaya anak kecil aja sih! Ngambek sampe keluar rumah gini!" Ujarnya dengan nada kesal.

"Abis kakak bete, Mama tuh rewel banget sejak... ya kamu tau lah sejak apa!"

"Sejak negara api menyerang!" Serunya jail.

"Pacar kamu mana? Punya pacar sana, biar kemana-mana ada yang anter, ada yang jagain!"

"Ngaca boss!"

"Kamu kan cewek dek! Kakak mah laki, santai! Bisa jaga diri!"

"Tapi gak bisa ngurus diri!"

Sialan!

Gue hanya tertawa mendengar balasan adik gue ini. Dia beda 5 tahun sama gue, umurnya masih 24 dan sudah mandiri. Gue bangga ikut serta dalam proses pembentukan adik semata wayang gue ini.

"Pulang kapan Kak?" Tanyanya.

"Besok pagi deh ya? Malem ini di rumah Melki lagi."

"Huhh! Yaudah!" Ia menyesap minumannya. Kemudian tiba-tiba menatap gue.

"Kakak beneran di rumah Kak Melki, kan? Gak nginep di tempat cewek?!"

Gue tertawa. Tau amat dah! Adek gue sama Mama tuh sama, sama-sama gak jelas. Bikin kesel!

"Yaudah, aku mau pulang nih, sekalian jemput mama! Kakak mau di sini?"

"Gak! Jemput Melki nih sama anak-anak lagi pada main batminton."

"Gak ikutan?"

"Eh kunyuk! Kan kamu ngajak ketemu!"

"Oh iya hahaha!"

Meninggalkan gelas kopi, kami keluar bergandengan. Gue antar adik gue ini sampai ke mobil Mama yang ia bawa, kemudian setelah ia tak terlihat, baru gue masuk ke mobil.

Pawang Hujan Kehujanan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang