24. Hampir diculik

9K 1.1K 146
                                    

WIDI POV

Kalo bukan Melki, gak bakalan mau deh gue keluar apartment tengah malem gini cuma buat jemput dia di stasiun. Sabtu malem cuy, malu kalo keliaran sendiri tuh, apalagi sama cowok, duhhh entar gue dikira maho.

HP gue berdering saat gue hampir sampai di stasiun Bogor, panggilan dari Melki kalo kata layar kecil di mobil gue, jadi langsung aja gue angkat.

"Udah mau sampe Bogor Wid! Cepet yak! Gue bawa barang banyak! Bantuin bawanya!"

"Ya elo! Kismin! Mau bikin rumah baca aja buku dapet minta, dari Kebayoran bukannya naek taksi malah kereta! Rusuh lo!" Omel gue sembari mencari tempat parkir aman di pinggir jalan.

"Hehehe! Lo tunggu gue di depan gerbang keluar ya? Yang deket loket tuker THB, tau kan lo?" (Tiket Harian Berjamin)

"Iya tau! Jadi gue selain jadi supir jadi kuli panggul juga nih?"

"Pahala Wid, pahala!"

"Dah gue dapet tempat parkir nih, gue tunggu lo!"

"Okee ini kayanya ada di pintu kereta kebon pedes."

"Yooo!!"

Gue memutuskan sambungan telepon itu lalu parkir dengan rapi. Menyapa sedikit bapak-bapak yang ada, gue basa-basi aja nitip mobil terus jalan, masuk ke dalam stasiun.

Malam hari, stasiun Bogor kelihatan syahdu. Lampu-lampunya yang gak terlalu terang, lantai kramik yang memantulkan cahaya seadanya, bikin jalan gue terasa menenangkan.

Gue bersandar di sebuah tiang, menunggu Melki yang tak kunjung keluar, padahal sudah banyak orang yang mengantre keluar lewat gate besi kecil yang terpasang. Kereta terakhir sih ini kayanya, isinya kebanyakan bapak-bapak yang sengaja pulang telat karena gak mau desek-desekan di kereta yang jamnya sesuai jam pulang kantor. Ada juga Ibu-ibu yang bawa jinjingan banyak banget, para wanita pekerja yang sibuk.

"Nihhh!!"

Gue menoleh, Melki datang dengan dua tas karung berukuran besar, terlihat sekali kalau buku yang ia bawa sangat banyak.

"Gila! Sepupu-sepupu lo ngasih sebanyak ini?" Tanya gue.

"Ponakan juga! Udah yuk! Capek gue!" Ajak Melki.

Gue mengangguk, membawa satu tas yang terlihat lebih sedikir lalu berjalan ke pintu keluar.

"Pulang lo! Dasar anak gak tau diri! Bikin orang tua khawatir mulu!" Gue dan Melki langsung menoleh ke arah sumber teriakan tersebut.

"Kenapa dah?" Tanya gue.

"Tau, anak bengal kali!" Ucap Melki.

Kami kembali berjalan tapi teriakan dari bapak-bapak tadi makin keras.

"Pulang! Ibuk lo sakit mikirin elo keluyuran terus!"

Melki yang anaknya kepo, berhenti sesaat. Karena tas yang gue bawa ini berat, jadi gue juga berhenti. Meletakkan buku-buku tersebut ke aspal lalu menoleh. Fokus melihat kerumunan beberapa orang yang gak terlalu ramai.

"Bohong Pak! Saya gak kenal sama bapak ini! Tolongin!!" Kali ini terdengar sahutan dari seorang wanita.

"Eh? Samperin yuk!" Melki meninggalkan buku-buku yang ia bawa begitu saja. Mendekat ke keributan itu. Karena penasaran, gue juga mendekat.

Kaget, mau loncat jantung gue pas liat kalau Kalya ditarik-tarik sama orang asing. Gue gak pernah liat bapak ini. Bukan salah satu temannya juga. Dan untunglah Kalya mendorong pria tersebut, ia berontak saat ditarik seperti itu.

Pawang Hujan Kehujanan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang