9. Uji coba kasur baru

15.2K 1K 44
                                    

KALYA POV

"Kal, lo masih mau kan deket sama kakak gue?" Tanya Nissa ketika kami berjalan menuju tempat makan siang.

"Kenal dulu aja deh Niss, kelanjutannya liat nanti. Kalo gue mau, tapi kakak lo gak mau, kan gedeg di gue hehehe!" Aku menjawabnya dengan nada becanda.

"Yaudah! Nanti gue atur deh ya, enaknya gimana."

"Siap!"

Makan siang kali ini, aku memesan mie ayan dengan ekstra daun bawang, asli, enak banget, segerin.

"Kal, lo udah pernah pacaran berapa kali?" Tanya Nissa.

"Emm, SMP sekali, SMA 6 kali, kuliah sekali."

"SMA panen yee?"

"Kan masa transisi, masa coba-coba, 6 bulan sekali gue ganti pacar." Jawabku.

Nissa tersenyum mengangguk.

"Kalo lo?" Aku balik bertanya.

"Baru dua kali, pas kuliah doang."

"Yang terakhir langgeng sampe sekarang?"

"Ya gitu deh!"

"Cepet-cepet ngundang lo!"

"Doain aja." Jawabnya kalem.

Aku tersenyum, meskipun tak ingin menikah muda, aku selalu senang bila mendengar kabar bahagia seperti; dilamar pacar, mau nikah, udah hamil, melahirkan, dan lain sebagainya. Karena sekalipun gak punya tujuan yang sama, definisi kebahagiaan ya tetap kebahagiaan, dan itu menular.

"Lo, udah punya rencana nikah?" Tanya Nissa.

"Rencana gimana, punya pacar gek belom!"

"Emang putus yang kemarin kenapa?"

"Gak bisa gue ceritain, sorry yaaa."

Nissa mengangguk mengerti. Ya, aku gak bisa cerita kesembarangan orang prihal aibku yang ditinggal nikah oleh orang yang sudah 2 tahun bersamaku. Gosh! Bisa jadi bahan ledekan aku.

Makanan kami sudah habis, tapi milkshake milikku dan teh botol milik Nissa masih sisa setengah, jam istirahat pun masih ada 20 menit, jadi kami lanjut ngobrol-ngobrol bahas berbagai topik.

"Kakak lo kerja di mana?" Tanyaku, sebenernya gak pengen tau, cuma ya gak ada bahan obrolan lain aja.

"Dia software engineer gitu di salah satu perusahaan swasta."

"Kaya gimana tuh?"

"Bahasa kerennya Developer."

"Ohh kaya bikin perangkat lunak ya? Bener gak sih?" Tanyaku.

"Short of! Kerjaan dia kompleks, kadang gue juga gak ngerti dia ngapain." Jelas Nissa.

Aku mengangguk-angguk. Sebenernya gak terlalu ngerti, cuma ya ngangguk dulu aja biar dikata paham. Soalnya males nanya-nanya lebih jauh soal si Aiden yang masih misterius ini.

"Lo mau liat foto kakak gue? Ganteng tau!" Tawar Nissa.

"Kalo gue pengin blind date boleh? Gue pengin tau pas nanti ketemu aja, biar surprise gitu." Kataku sambil membayangkan Aiden.

Asli sih, dari penjelasan Nissa kok kayanya Aiden nih ideal banget. Cuma ya aku masih ngeri dia Homo. Abisan, masa udah mau 30 tahun, potensial dan katanya ganteng tapi belom nikah? Kan bikin curiga.

"Yaudah, eh balik yuk?!"

Aku melirik jam tanganku, 10 menit menjelang istirahat berakhir. Aku mengangguk lalu kami berdua berjalan kembali menuju kantor.

Pawang Hujan Kehujanan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang