0.4

2.9K 503 116
                                    

"Kamu yang namanya Min Yoongi??"

"I-Iya Pak, Saya."

"Yang bolos sehari dari jatah cuti tiga hari??" Jeka dan Daniel sebisa mungkin menahan tawanya, baru kali ini SekDes itu keliatan gugup dan ketar-ketir karena di tegur Pak Lurah.

"Hehe...Iya Pak."

Pak Lurah menggeleng, tidak percaya dengan kelakuan bawahannya.

"Hari ini, selesaikan tugas kamu. Kalau mau lembur ya silahkan."

"Gak bisa gitu dong Pak..."

Pak Lurah menaikkan sebelas alisnya, masih dengan mimik datar di wajah yang sialnya tampan itu.

"Ya kalau gak mau, silahkan keluar dari kantor. Pintu keluar di belakang saya." Setelah ngomong gitu, Pak Lurah langsung jalan menuju ruangannya, tak menghiraukan Yoongi yang sejak tadi menatapnya tajam.

"Lurah sialan."

.

..

...

"Sabar Yoon, Lurah yang ini emang tegas. Beberapa hari  yang lalu, aku,Rosa sama Jeka juga kena tegur kok." Ucap Irene memberi semangat untuk Yoongi  yang kini duduk lemas di bangkunya. Matanya beralih menatap bertumpuk-tumpuk map di depan mejanya.

"Kalo cuma kamu tatap gitu, gak bakalan kelar." Daniel sialan. Omongannya suka bener. Tapi Yoongi males,serius.

"Tau gini, mendingan aku dirumah tidur." Gerutu Yoongi

"Dan berpotensi, kamu bakalan di pecat. Gak masalah sih kalo buat aku, tapi tanggungjawab kamu dimana??" Yoongi mendengus, meski Daniel ngomong tak menatapnya tapi tetap menyakiti hati dan perasaan.

Seungwoo yang baru saja keluar dari ruangan Lurah, menghela nafas lega di depan pintu. Kirain bakalan di marahi sama seperti Yoongi, tapi ternyata Seungwoo malah di puji berkat tugasnya yang baik selama di Luar kota.

"Tapi, itu Pak Lurah tau dari mana ya??" Tanya Seungwoo pada dirinya sendiri, melirik sekilas ke meja Daniel, masih sama. Sejak tadi Daniel tak menyapanya,Seungwoo mengendikkan bahunya acuh lalu menuju meja kerjanya. Tepat di sebelah Jeka.


"Revisi lagi, yang begini kamu bilang laporan??"

"Tapi Pak??"

"Apa keenakan cuti jadi bikin kamu gak mampu kelarin tugas kamu yang tertunda??"

Yoongi mendengus, ini sudah ketiga kalinya ia merevisi laporan, dan ketiga kalinya pula revisi itu di tolak.

"Maaf Pak, akan saya perbaiki."

"Bagus, itu baru SekDes yang bertanggungjawab."

Setelah itu Yoongi pamit keluar. Sampai di mejanya, ia banting map itu kasar.

"Astagfirrullah... Kenapa lagi Yoon??"

"Itu Lurah titisan dari gua mana sih?? Ya kali laporanku di tolak mulu." Seru Yoongi, tak peduli jika Pak Lurah dengar.

"Makanya kerjain  yang bener, jangan tidur mulu." Namjoon yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara.

"Tapi-tapi... Pak Lurah cuma begitu lho sama kamu Yoon. Jangan-jangan..."

Yoongi memicingkan matanya tak suka ke arah Jeka yang mulai berspekulasi asal.

"Jangan-jangan apa Jek??" Di tambah Irene yang senang sekali mencari bahan gosipan.

"Bacot mulu kalean bedua."

"Cuti tiga hari bahasamu ada peningkatan Yoon." Cibir Daniel, Yoongi mendengus kesal lalu menendang kaki meja hingga terdengar bunyi duk yang keras.

"Properti kantor, rusak potong gaji." Sahut Jeka.

"Tapi, kalo lagi mode serius gitu Pak Lurah ganteng  ya??" Seru Rosa lalu senyum-senyum sendiri di mejanya.

"Dih, Pak Lurah galak gitu?? Dimana bagusnya??" Yoongi mencebik. Gantengan juga suaminya. Uhuk.

Apa tadi ada yang bilang suami??

Sayang sekali, Yoongi udah jadi hak paten seseorang. Lebih tepatnya empat hari yang lalu. Yang lain gak ada yang tau, di undang juga engga. Karena Yoongi milih nikahnya di Kota kelahiran sang suami tercinta. Baru ijab, resepsinya sih belum.

"Eeeehh, ganteng lho Yoon. Sayang kalo di lewatkan." Sahut Irene.

"Galak begitu mana ada yang mau." Gerutu Yoongi lalu kembali berkutat dengan pekerjaannya. Pokoknya tugas pak Lurah harus kelar, kalo gak? Pokoknya Yoongi gak mau lembur sendirian di kantor.

.

..

...

"Belum selesai Yoon??" Yoongi mendesah, laporan di mejanya kok gak berkurang-kurang ya??

"Aku sama Rosa pulang duluan ya." Yoongi mengangguk, melambai singkat pada Irene dan Rosa yang sudah menghilang di balik pintu.

"Semangat Yoon, kalo lemes gitu gak bakalan kelar." Jeka menyisir rambutnya yang klimis di depan meja Yoongi, sebelum memasukkannya kembali kedalam tas.

"Udah ganteng belum??"

"Jidatmu. Sana pulang." Usir Yoongi, Jeka terkekeh lalu dengan semangat keluar kantor sambil bersiul ria.

Tinggal Yoongi seorang diri, Daniel,Seungwoo dan Namjoon sudah keluar kantor dari pukul dua siang tadi. Karena ada meeting penting di Kelurahan sebelah.

Pukul enam sore lewat Yoongi tiba di rumah, badannya capek. Pikirannya kusut. Baru masuk sehari tapi rasanya kok kayak nguli di pasar berminggu-minggu. Berat.

"Kok telat??"

Yoongi mendengus begitu melihat suaminya sudah berdiri di depannya, dengan pakaian santai dan secangkir kopi panas di tangan.

"Gara-gara Lurah galak, aku di suruh lembur."

Suaminya terkekeh, menaruh kopi panas di atas meja lalu menghampiri Yoongi yang masih berdiri di depan pintu.

"Capek ya... utututu, kasian amat istriku tersayang."

"Gak lucu." Yoongi memberengut lalu memeluk posesif suaminya. Menyandarkan kepalanya pada dada sang suami. Wangi sabun masih tercium samar.

"Makanya, siapa suruh mangkir ngantor. Di marahin kan?"

"Kamu sih, ngajak main ranjang gak tanggung-tanggung." Yoongi mencebik, sang suami tertawa. Di cium pucuk kepala Yoongi berkali-kali.

"Mandi gih, kamu bau asem."

"Gak mau."

"Oh, jadi minta di mandiin, ayo."

"Yak!!!"

Yoongi langsung berlari masuk ke dalam kamar, masalahnya dia jelas tau sekali maksud sang suami.

Cukup Pak Lurah aja yang bikin kesal, suaminya jangan.

PAK LURAH... [I LOVE YOU] 🔚✔️Where stories live. Discover now