Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi

BAB 1

477K 18.9K 534
                                    

"Davina, kau mau ke mana?"

Sapaan seseorang yang terdengar dari arah ruang televisi mengagetkan Davina, menghentikan langkah perempuan itu yang nyaris keluar dari ambang pintu. Kala Davina menoleh, tampak Allen, sang sahabat, menatapnya dengan bingung.

"Aku ingin ke supermarket sebentar, membeli beberapa macam barang," sahut Davina. "Kau ingin menitip sesuatu?"

Allen menggeleng. "Tidak. Pergi dan berhati-hatilah."

"Ya, terima kasih," jawab Davina, lantas kembali melanjutkan langkah.

Supermarket yang menjadi tujuan Davina berada tidak jauh dari letak kontrakannya. Perempuan itu hanya perlu berjalan sekitar sepuluh menit dan menyebrang satu kali untuk dapat mencapai tempat berbelanja tersebut. Dan ketika akhirnya gedung supermarket tersebut terlihat, Davina segera melirik kanan kiri, bersiap untuk menyebrang. Setelah dirasa aman, perempuan itu segera melangkahkan kakinya, berlari-lari kecil menyusuri jalanan yang basah akibat hujan yang baru berhenti.

Namun, tiba-tiba saja, tanpa sempat disadari oleh Davina, sebuah mobil hitam melaju dengan kencang tepat di arah kanannya. Davina terkejut. Terlalu terkejut, hingga tidak sempat menghindar. Dan peristiwa naas itu pun terjadi.

Peristiwa yang membuat Davina kehilangan fungsi kedua kakinya, hingga harus melewati hari-hari di atas kursi roda. Serta membawanya bertemu dengan seorang lelaki tua baik hati, yang membuat hidupnya berubah seketika.

Alfredo Jonathan. Lelaki yang telah menabrak, tetapi bertanggung jawab atas seluruh pengobatannya. Bahkan dua hari sebelum kepergiannya, lelaki itu meminta Davina untuk menikah dengan putra tunggalnya, Devon Hendrico Jonathan. Davina sempat menolak permintaan tersebut, tetapi tidak dengan Devon. Meski hatinya menggalakkan pertentangan, pada akhirnya ia menyatakan setuju. Memandang kesakitan dan rasa bersalah pada wajah sang Ayah, membuat Devon tidak mampu menolak permintaan itu.

Hanya selang sehari dari tercetusnya permintaan tersebut, Devon melamar Davina. Tidak ada resepsi mewah, sebab pernikahan mereka dilakukan di rumah sakit. Mereka bertukar cincin tepat di sebelah ranjang Alfredo Jonathan. Dan yang paling mengejutkan, esok paginya Alfredo Jonathan mengembuskan napas terakhir. Seolah hal yang dinginkan oleh lelaki itu adalah melihat Devon menikah, hingga ia dapat pergi dengan tenang.

Sejak saat itu, hari-hari ceria Davina berubah kelam. Bayangkan bagaimana rasanya hidup bersama orang yang tidak kau kenal. Terlebih, ia membencimu dan selalu menyebutmu sebagai pembunuh ayahnya. Sakit, tentu saja. Itulah yang sehari-hari dirasakan oleh Davina. Membuat perempuan itu bahkan sudah lupa bagaimana rasanya tertawa dan bahagia.

Namun, Davina tidak punya pilihan. Hal yang selalu ia percaya dalam hidup, bahwa apa pun yang terjadi pada dirimu adalah kehendak dari penciptamu. Setiap orang telah memiliki takdir hidup masing-masing dan Davina meyakini bahwa ini adalah takdir hidupnya. Terlebih, pesan terakhir Alfredo Jonathan mengunci Davina untuk selalu berada di sisi Devon.

Pesan yang membuat Davina sedikit merasa bingung sebenarnya, sebab lelaki itu memintanya untuk perlahan mengubah sifat buruk Devon. Akan membutuhkan banyak kesabaran, namun Alfredo Jonathan meminta Davina untuk tidak menyerah. Dan pada akhirnya, Davina memutuskan untuk selalu bertahan bersama Devon, apa pun kondisinya.

ooOoo

Davina menatap Devon yang tertidur dengan pulas. Sungguh, kala tengah memejamkan mata seperti ini, Devon tampak berbeda. Tidak mirip sama sekali dengan lelaki yang kerap menghina, serta menunjukkan seringaian iblis padanya.

Devon yang tertidur saat ini, tampak seperti malaikat dengan wajah tampan yang bersinar penuh kedamaian, jauh dari ekspresi kejam. Memandangnya, mengalirkan kehangatan dalam hati Davina. Ah, andai saja Devon yang dilihatnya saat ini, adalah sosok yang sama dengan yang dihadapinya sehari-hari.

My Perfect DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang