4

6.8K 285 2
                                    

"Dia, David Adriano Addison?"



***


Hari, tanggal dan bulan telah berlalu usia kandungan Keyra sudah menginjak bulan ke empat. Sebagai seorang ibu hamil ia bisa dibilang cukup cekatan, ia jarang mengeluh meskipun terkadang rasa nyeri dan kram menjalar di sekujur tubuhnya terutama pada perut dan punggung.

Laki-laki atau perempuan, Keyra tidak pernah tau jenis kelamin dari anak yang dikandungnya. Bagaimana caranya ia memeriksakan ke dokter sedangkan David hanya memberinya uang untuk belanja keperluan sehari-hari, menggunakan uang tabungannya sendiri? Sepertinya itu tidak perlu karena Keyra pikir itu bisa lebih berguna suatu saat nanti dan 'golden ticket' untuk datang ke rumah sakit milik Alvin secara gratis, Keyra enggan untuk menggunakannya, Keyra dan Alvin tidak terlalu dekat bagaimana mungkin ia datang ke rumah sakit milik Alvin dan meminta pelayanan secara gratis, meskipun ia tau bahwa suaminya sangat dekat dengan Alvin tapi ia tetap tidak mau merepotkan, lagipula perempuan ataupun laki-laki biarkan itu menjadi kejutan disaat kelahirannya nanti.

Sementara sikap David padanya? Masih sama bahkan lebih parah dari sebelumnya.

Keyra hanya bisa bersabar demi anaknya, demi benih David yang saat ini tengah tumbuh di rahimnya, ia tidak mau anaknya tidak memiliki sosok ayah, ia tidak mau anaknya tidak tau apa itu ayah, ia ingin anaknya memiliki dua orang tua yang lengkap. Terlebih Keyra mencintai David, ia bisa tahan dengan sikapnya asal mereka tetap bersama.

"Dimana kaos abu-abuku?"

Suara itu membuyarkan kefokusan Keyra pada layar tv yang senantiasa selalu menemaninya, menemani kesepiannya, sedikit menghibur saat ia merasa kesepian dan sedih.

David berdiri disana, mengenakan celana kain berwarna hitam dan membiarkan bagian atas tubuhnya terekspos. Memperlihatkan betapa bidangnya dada itu, perut yang terlihat jelas memiliki enam kotak karena ia sering bahkan tidak pernah melupakan olahraga, lengan yang sangat kekar yang Keyra yakin itu tidak hanya muncul dengan sendirinya tapi dibentuk selama bertahun-tahun.

Keyra pernah melihat pemandangan ini sebelumnya, tepatnya empat bulan yang lalu saat ia dan David sama-sama memadu kasih, tapi tetap saja ia kagum, betapa tuhan telah menciptakan makhluk sempurna seperti suaminya, betapa tuhan telah menganugrahkan padanya jodoh yang sangat tampan. Keyra tersenyum.

"Aku bertanya padamu, aku butuh jawaban bukan tatapan menjijikkan itu"

"Ah" Keyra tersadar, ia lupa bahwa tadi suaminya bertanya, ia malah asik mengagumi ciptaan tuhan yang saat ini berdiri dihadapannya.

"Apa di lemari tidak ada?" Tanyanya pada David.

"Kalau ada aku tidak perlu bertanya padamu"

"Mungkin masih ditempat setrika, biar ku carikan"

Keyra berdiri, berjalan ke arah tempat setrika yang letaknya tidak jauh dari kamar mandi belakang yang biasanya Keyra gunakan untuk mencuci baju, diikuti oleh David yang berjalan dibelakangnya, bagai anak ayam yang mengikuti induknya.

Wanita itu mulai sibuk, memilah dan memilih baju pada sebuah keranjang baju yang sangat penuh. Keyra belum menyetrika semuanya, wajar saja ia sedang lelah ia juga butuh istirahat terlebih ia sedang hamil.

"Aku yakin aku sudah mencucinya"

Gumam Keyra setelah dirasa ia tidak bisa menemukan kaos abu-abu yang David maksud.

David diam, memperhatikan istrinya yang tengah sibuk mencarikan kaosnya, ia kesal karena apa yang diinginkannya tidak kunjung diberikan oleh Keyra. Ia tidak suka.

STIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang