7

7.2K 309 24
                                    

Note : disarankan sambil mendengarkan..
1. Pedih - Last Child, or
2. Jar of hearts - Christina Perri
Aku nulisnya sambil denger itu soalnya ehe.-.




"Tidak ada kebenaran yang menyakitkan, namun kebenaran itu menjadi menyakitkan saat tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan"






***




Brakkk

David menoleh.

"Ada apa?" Billy ikut menoleh, karena Billy juga mendengarnya. "Tidak ada siapa siapa?" Lanjutnya.

"Hmm"

Tidak ada siapapun disana, hanya kotak bekal dan beberapa potong kue yang sudah terjatuh di lantai, dan juga sebuah map berwarna merah yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya. Keyra pergi, meninggalkan tempat itu segera setelah ia menjatuhkan semuanya. Tidak bisa, ia tidak bisa menatap wajah David setelah mendengar kenyataan yang sangat menyakitkan itu, ia lebih memilih berusaha untuk pergi meskipun kakinya berat, daripada harus menangis dihadapan David, dan Billy ?.

Dahi David mengkerut, ia tau siapa yang datang, dan ia yakin orang itu sudah mendengar semuanya.

Keyra berlari keluar gedung perusahaan yang sangat mewah itu, semua orang menatapnya heran, 'apa yang terjadi dengan istri atasannya? kenapa dia menangis?  apa ada yang salah?' Tapi itu semua hanyalah pertanyaan hati, tidak ada seorangpun yang berniat untuk menyapanya, bertanya, lalu menenagkannya. Tentu saja, tidak ada yang berani, berhadapan dengan istri dari seorang David Adriano Addison, mereka berfikir pasti istrinya juga sama, angkuh, suka memerintah, dan semaunya sendiri, tanpa mereka sadari Keyra juga seperti mereka, lemah dihadapan David, bahkan lebih lemah.

Segera ia memberhentikan taksi yang lewat didepannya, ia tidak peduli, persetan dengan tidak membawa uang, itu akan dipikirkan nanti, yang terpenting sekarang adalah ia harus pergi. Keyra memang tidak membawa uang sepeserpun, ia berangkat dengan orang suruhan David dan ia berfikir akan pulang bersama David nanti, jadi ia tidak berfikir untuk membawa uang, ia tidak menyangka akan seperti ini.

Taksi itu pergi, membawa Keyra jauh dari kantor David, membawa Keyra yang tengah patah dan rapuh. Air matanya terus mengalir, percakapan dua pria tadi terus terngiang ditelinganya dan tergambar jelas diotaknya, setiap ingatan itu menambah kesakitan yang Keyra rasakan. Hatinya serasa tercabik, seperti ditusuk beribu pedang, ia tidak percaya David akan setega itu padanya, permainan? Selama ini dirinya tidak lebih hanyalah sebuah mainan bagi David dan teman temannya.

Jalanan tampak sepi, tidak seperti biasanya, langitpun mendung seolah tengah berusaha menemani Keyra dalam kesepiannya, kesedihannya, dan kehancurannya. Semilir angin serasa menusuk kulitnya, dan menjalar hingga ke hati, seperti racun yang akan membunuhnya perlahan.

"Hhhh"

Sesekali ia menarik nafas, sesak didadanya membuatnya susah bernafas. Menangis, menangis dan menangis, hanya itu yang bisa ia lakukan, berusaha menumpahkan kesedihannya namun tetap sama, kesedihan itu seperti tidak mau berkurang, malah semakin besar menyelimuti hatinya.

Perih.

Patah.

Hancur.

Ia seperti seorang yang kehilangan hidupnya, kehilangan segalanya.

Taksi berhenti, tepat didepan rumah berpagar hitam, rumah besar yang dulu menjadi saksi dirinya tumbuh, menjadi saksi bagaimana senyum manisnya terukir, rumah yang baru ia tinggalkan beberapa bulan yang lalu untuk pindah kesebuah apartemen mewah milik sang suami.

STIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang