5

7K 268 1
                                    

"Punishment is the torture caused a reason"


***


"Iya, sedus pizza keju dan sedus pizza buah, juga sebotol cola"

Dengan segera Keyra meninggalkan seluruh kegiatannya lalu berjalan menghampiri David, melihat pria itu yang baru saja menutup telfonnya.

"Dav? Kau memesan makanan?" Tanyanya untuk memastikan.

"Hm"

"Tapi aku sudah memasak untukmu, tumis udang kesukaanmu, lihatlah"

David diam tidak bergeming, sama sekali tidak berniat untuk melihat ataupun mencicipi masakan buatan istrinya.

"Aku tadi belanja dari uang yang kau berikan kemarin, aku membeli semua bahan masakan yang kau sukai.. lihatlah dulu"

Tetap tidak ada jawaban.

"Dav, akan sangat sayang nanti jika semua masakan itu tidak termakan" Keyra memelas.

"Buang saja masakan itu ! Apa susahnya?!"

Kini giliran Keyra yang terdiam, tidak mungkin ia membuang semua makanan itu, ia sudah memasak semuanya untuk David, semua makanan kesukaan sang suami, untuk menyenangkan hati sang suami, tapi jika harus dibuang dengan sia-sia itu berarti semua yang ia lakukan untuk sang suami sia-sia.

"Kuambilkan ya? Cicipi dulu sedikit"

Keyra melangkahkan kakinya menuju meja makan, mengambil sepiring penuh tumis udang yang sangat disukai oleh David, lalu kembali untuk memberikannya.

"Ini, cicipi sesuap"

Keyra duduk disamping David, menyendok beberapa udang lalu diarahkan kepada sang suami.

"Tidak" tolak David sembari memalingkan wajahnya.

"Aku jamin kau pasti suka"

"Aku tidak mau Keyra ! Aku sudah memesan makanan ! Pergilah !" Lagi lagi David membentak.

Keyra mengembuskan nafas pelan, ia kecewa, benar-benar kecewa.

"Jangan bawa orang asing lagi kesini" lanjut David dengan nada suara yang sangat dingin.

"Apartemenku bukan tempat wisata"

Keyra menatap David ragu, dugaanya benar, ia tidak suka jika seseorang masuk kedalam apartemennya tapa seizin darinya.

"Maaf, tadi aku tidak sengaja bertemu dengannya di supermarket dan dia meminta untuk ikut bersamaku kesini"

"Bertemu tidak sengaja atau memang disengaja bertemu?!" Nada suaranya sarkastik.

"Tidak sengaja" Keyra menunduk.

"Pergilah ! Aku sedang tidak ingin melihat wajahmu"

Sakit, itu yang Keyra rasakan, suaminya tidak ingin melihat wajahnya, tapi ia bersabar.

"Setelah pesanannya datang nanti, cepatlah makan, jangan menundanya lagi.. kasihan perutmu jika lama tidak terisi"

Segera ia bangkit dari duduk, membawa makanannya kembali ke meja makan. Duduk disana, menatap berbagai macam makanan yang tadi telah ia siapkan untuk sang suami, namun sekarang sia sia, jangankan dimakan, bahkan tidak disentuh sama sekali.

Wanita itu meletakkan kepalanya dimeja sembari sebelah tangannya mengusap perutnya yang semakin membuncit, ia menangis dalam diam.

***


Keyra terbangun, ketika mendengar suara berisik dari arah ruang tengah. Ia segera beranjak dari sofanya lalu mencari tau apa yang terjadi. Ya, sofa, ia selalu tidur disofa karena David tidak mau lagi seranjang dengannya, hanya ditemani sebuah bantal dan selimut, Itu saja. Kamar itu memang cukup luas bahkan sangat luas menurut Keyra, sebuah ranjang berukuran king size , sebuah kamar mandi dalam, tiga lemari besar yang terbuat dari kaca cermin terjejer rapih, satu ruangan rahasia yang digunakan untuk menyimpan semua baju baju dan semua barang milik David, dan sebuah sofa merah marun disudut ruangan, dan disitulah Keyra menghabiskan malamnya setiap hari.

STIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang