13

5K 232 40
                                    

Kupikir kau berbeda, Dav.
Kau datang menghampiriku seolah kau sangat menginginkanku
Namun, saat aku benar benar menjadi milikmu
Kau membuatku berpikir
Apakah aku salah memilihmu
Mempercayakan hatiku padamu ?

***

Jam menunjukkan pukul 00.32, lewat tengah malam, sudah satu jam lebih David termenung disana, sendiri dikursi balkon kamarnya dengan ditemani cahaya rembulan, semilir angin yang dinginnya hingga menusuk tulang tak dihiraukan olehnya, mencoba melawan dunia yang selama ini sudah mempermainkan hidupnya. Matanya terpejam, kakinya sesekali bergerak, agar ayunan yang ia duduki tetap terayun pelan, menghirup udara sebanyak banyaknya, mencoba mencari posisi senyaman mungkin.

"Hhh andai saja aku tidak melakukannya malam itu" Gumamnya lirih.

Berkali kali ia menghela nafas berat, menandakan bahwa ia sedang sangat tertekan saat ini.

"Aku tidak akan terperangkap bersama perempuan bodoh itu"

David Adriano Addison, seorang pria tampan yang mapan, harus rela menjalani hidup dengan penuh tekanan karena ulahnya sendiri, karena tantangan bodoh yang dengan mudahnya ia setujui, ia tidak berpikir panjang, egonya menang, ia mudah tertantang sehingga ia tidak mengerti apa yang ia lakukan itu akan menghancurkan hidupnya sendiri.

"Hhh dia perempuan yang baik" Ia membuka mata.

"Kenapa kau harus hadir di hidupku Keyra ? itu membuatku sangat sangat membencimu"

David menatap indahnya langit malam, mencoba menahan rasa kantuk yang sudah mulai mempengaruhi mata dan pikirannya. Berkali kali dia menghela nafas berat, memikirkan keyra, bayi yang ada dikandungan keyra, keluarganya dan juga tentu saja Clarissa.
Bagaimana cara mengirim keyra jauh dari hidupnya, bagaimana cara agar orang tuanya mengerti bahwa yang dicintainya hanyalah Clarissa bukanlah wanita yang saat ini menjadi istrinya. Tapi bagaiman bisa, bayi itu seakan mengikat David, menghalanginya untuk melakukan sesuatu yang diinginkan, menghalanginya untuk menceraikan Keyra, menghalangi cintanya kembali dengan Clarissa. Seakan mencekiknya keras hingga ia sulit untuk bernafas setiap mengingatnya.
Pada akhirnya ia hanya bisa marah, meluapkan semua kekesalannya pada wanita yang dianggap paling bersalah dalam cerita rumit hidupnya, meskipun sebenarnya ia tidak akan pernah lega, rasa marah pada Keyra akan terus menerus bertambah setiap mereka bertatap muka.

Terkadang ia merasa kasihan, tentu saja. David bukan manusia jahat berhati es yang tidak punya rasa iba sama sekali, sesekali terlintas dibenaknya bahwa semua ini bukan satu satunya kesalahan Keyra, biar bagaimanapun juga dia juga bersalah.
Melihat Keyra menangis, terkadang membuat hatinya luluh bahkan hancur, ketika seorang wanita sebaik dan sesabar Keyra harus menangis karena dirinya, rasa bersalah menyelimuti pikirannya, setega itukah dia memperlakukan wanita sekasar itu ? terlebih wanita itu mengaku telah mengandung anaknya.

Ia beranjak dari tempat duduknya, ia kalah dengan rasa kantuk yang sedari tadi sudah menyelimutinya, sesekali ia menguap. Dilangkahkan kakinya kembali kedalam kamar, kamar yang gelap dan hanya diterangi sedikit cahaya lampu dari luar, ia sengaja mematikan lampu tadi, berharap dengan suasana yang gelap ia bisa menjadi lebih tenang.

David bersiap merebahkan punggung di kasur nyaman miliknya, menarik selimut hingga menyelimuti badannya sebatas pinggang, ia rasa kali ini tidurnya akan sangat lelap. dari tempatnya tidur David dapat melihat Keyra, wanita itu tengah tidur meringkuk di sofa kecil disudut ruangan, David tidak peduli, toh biasanya memang seperti itu. ia akan tidur di ranjangnya yang nyaman sementara Keyra akan tidur disofa, wanita itu tidak pernah protes, kecuali dulu disaat awal mereka menikah, Keyra menolak sambil menangis, ia bilang "bukankah suami istri harusnya tidur seranjang? aku tidak mau David! aku tidak mau, titik." Namun, lama kelamaan Keyra hanya menurut, terlalu sering dimarahi oleh David membuatnya menjadi sangat penurut dan pendiam, jika David menyuruhnya A maka dia akan melakukan A, ia lelah menerima makian yang dilontarkan David padanya.

STIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang