Chapter 2

253 21 1
                                    

"Semoga kalian lulus ujian praktik anak-anak" Selvana memeluk ketiga anaknya bergantian setelah sarapan.

"Doakan kami ma" Will menatap Selvana. Selvana mengangguk lalu ketiga anaknya menghilang, berteleportasi menuju academy-ketiga anaknya adalah keturunan murni.

Selvana langsung berlari menuju ruang kerja Chris. Tanpa mengetok pintu, dia langsung masuk kedalam ruang kerja Chris sesampainya disana.

"Chris apakah Rey sudah memberitahumu tentang Charles?" tanya Selvana. "Sudah" Chris menjawab singkat. "Memangnya kenapa?" tanya Chris.

"Tidak, hanya memastikan" Selvana langsung membuka pintu penghubung kamar dengan ruang kerja Chris.

Selvana menatap dirinya dicermin. Tampilan wajah dan tubuhnya masih seperti remaja walaupun dia sudah memiliki tiga anak.

Rambutnya juga sudah berubah, dulu warnanya coklat tapi sekarang menjadi pirang. Juga matanya, dulu warnanya kuning tapi sekarang berwarna biru.

Ini adalah penampilan Eliza, seorang wanita yang menikah dengan iblis bernama Queron. Selvana adalah reinkarnasi setelah Eliza mati dibunuh oleh Queron sendiri.

Tapi Selvana telah membunuhnya 18 tahun lalu, dengan sebuah pengorbanan besar oleh kakaknya, Sam yang mati terkena panah racun untuk menyelamatkannya.

Pelupuk mata Selvana basah, sedih mengingat kenangan kelam itu. "Jangan ingat kenangan tidak baik itu tuan putri" sebuah suara terdengar.

Suara itu berasal dari pedang yang sedari tadi mengambang diatas Selvana, Pedang Kematian. Pedang itu berubah menjadi seorang wanita bergaun putih dan memegang pundak Selvana.

"Aku tidak bisa melupakannya Silvia" Selvana menunduk. Silvia-nama pedang itu- langsung memegang tangan Selvana. "Jangan diingat" dia mengingatkan sekali lagi.

Selvana tidak menjawab, dia berjalan keluar kamar, berlari menuju taman istana lalu duduk disalah satu kursi disana.

Selvana menatap langit biru diatas sana, kenangan kelam itu sangat sulit untuk dilupakan, kenangan dimana Sam mati karena mengorbankan dirinya untuknya.

Seharusnya Selvana yang mati, bukan Sam. Jika saja Sam tidak melakukan itu, mungkin sekarang dia akan menjalani hidup dengan damai, menjadi Raja Kerajaan Petir. Setetes air mata jatuh dari matanya.

Tanpa disadari Selvana, seorang wanita tengah mengawasinya dati jauh. Wanita itu menghampiri Selvana. "Apa kau mengingat itu lagi? hanya itu yang dapat membuatmu menangis" tanya wanita itu.

Selvana menatap kesamping, wanita itu duduk disampingnya. "Kak Lucy" suara Selvana terdengar bergetar.

Wanita yang bernama Lucy-suami dari Sam- itu tersenyum, menatap Selvana.

"Aku tahu kau merasa bersalah, mengapa Sam yang mati dan bukan dirimu?, kau tidak bersalah, itu keinginan Sam sendiri mengorbankan dirinya untukmu. Jangan biarkan rasa bersalah menguasai dirimu. Kau bahkan menangis lebih kencang dan lebih lama dariku saat pemakaman Sam".

"Sam pernah bilang padaku bahwa dia merasa sangat lemah karena tidak dapat melindungimu saat kau bayi. Alih-alih melindungi, dia ditangkap oleh Ravien. Dia bilang dia akan melakukan apapun untuk melindungimu walaupun harus mengorbankan dirinya".

"Maka saat itu, dia mengorbankan diri hanya untuk melindungimu, itu keinginannya, keinginan paling tulus didalam hatinya. Dia ingin menjadi berguna untukmu sekali saja. Jadi, lupakan masa lalu dan raih masa depan yang lebih baik. Jadikan masa lalu sebagai pelajaran, jangan meratapi masa lalu yang kelam, jangan merasa bersalah" Lucy memeluk Selvana.

Selvana juga balik memeluk Lucy, kakak iparnya itu. "Kau benar kak, kau benar" suaranya masih bergetar. Tanpa dilihat Selvana. Lucy meneteskan air mata.

"Sam, aku dan Selvana merindukanmu, sangat merindukanmu, kau telah pergi lama" Lucy berkata dalam hati, memeluk Selvana lebih erat.

The Big PowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang