Chapter 5

220 21 3
                                    

"Namanya Sam? apa dia reinkarnasi kak Sam? aduh, aku terlalu banyak berimajinasi, aku harus mencari tahu" Selvana menyembunyikan wajah terkejutnya.

"Kau seorang peri bukan?" Selvana menanyakan hal lain. "B-Bagaimana anda tahu?" Sam terkejut.

"Aku melihat sayap dan kekuatan perimu saat kau diserang tadi" Selvana tersenyum. "Aku harus memperlakukannya dengan baik seperti kakakku" tekad Selvana dalam hati.

"Kenapa seorang peri berada jauh dari kerajaan peri?" tanya Selvana bingung. "Aku mengejar temanku" Sam terlihat panik.

"Temanmu?" Selvana tambah bingung. "Temanku diculik oleh 5 orang berbadan besar, aku mengejarnya sampai kekota tapi keberadaanku diketahui dan aku diserang" Sam tambah panik.

"Apa kau tahu kemana temanmu dibawa?" tanya Selvana. "Aku mendengar dia dibawa kerumah kelima dari Monica's Cafe" jawab Sam.

"Baiklah, ayo kita pergi kesana!" Selvana menarik tangan Sam lalu keluar dari jalan sempit itu. Sesampainya diluar gerbang, dia menghentikan larinya lalu mulai berjalan agar tidak menarik perhatian.

"Berarti rumah yang berwarna jingga itu!" Selvana menunjuk sebuah rumah. "Mana? aku tidak melihatnya?" Sam memicingkan matanya.

Selvana baru ingat, dia memiliki kekuatan untuk melihat sesuatu dari jarak jauh sedangkan Sam tidak.

"Kita harus bersikap seperti orang normal" Selvana berjalan lalu menggandeng tangan Sam dengan gugup.

"Jangan berbicara formal padaku, bersikap seperti orang biasa" Selvana berbisik. Sam mengangguk.

Mereka menikmati indahnya kota dimalam hari, yah, meskipun kota sedang gelap. Sesekali Sam bertanya dan Selvana menjawabnya.

Selvana melihat Sam yang sepertinya kedinginan dan menggigil. Dia mengeluarkan sebuah mantel dari jubahnya.

"Pakai ini" Selvana menyodorkan mantel itu. Sam terlihat ragu mengambil benda itu, matanya menatap mata Selvana. Selvana terlihat gugup.

"Kau kedinginan bukan? pakailah ini agar kau hangat" Selvana menaruh mantel itu ditangan Sam. Sam langsung memakainya.

"Terima kasih ya, anda sangat baik" Sam tersenyum. "Sama-sama" Selvana tersipu, dia memegang pipinya yang memerah.

"Dia sudah hangat, bagus Selvana!, astaga, senyumannya sangat manis" Selvana tersenyum sendiri.

"Sepertinya aku pernah melihat anda" Sam terlihat mengingat sesuatu. "Benarkah?" Selvana terlihat senang. "Apa ingatannya kembali?"

"Aku melihat anda dihutan tadi pagi, anda menarik sebuah ranting pohon lalu muncul sebuah tangga menuju bawah tanah, itu sangat keren!".

Kesenangan Selvana memudar, tapi dia tetap tersenyum. "Itu memang keren sekali!" Selvana mengacungkan jempol.

"Berarti anak ini bukan reinkarnasi kak Sam ya? padahal aku sudah sangat senang"

"Maaf, mengapa anda sangat terkejut saat aku menyebutkan namaku? aku bisa melihatnya" pertanyaan Sam membuat senyum Selvana hilang. Ya ampun, anak itu sering sekali bertanya.

DEG!

"Oh tidak, dia bertanya, dia sampai menperhatikan sedetail itu, bagaimana ini? apa aku jujur saja ya?" Selvana terlihat panik.

"Maaf jika pertanyaanku mengganggu anda" Sam terlihat bersalah. Selvana menarik napas panjang.

"Itu adalah nama kakakku" Selvana berkata dengan suara bergetar. "Kakak?" tanya Sam. "Iya, tapi dia sudah.......".

Perkataan Selvana terhenti, bukan karena dia takut tapi dia mendengar suara tusukan. Selvana menoleh kekiri, ternyata mereka sudah sampai dirumah berwana jingga.

"Yang mulia?" Sam terlihat bingung. "Ini rumahnya" Selvana menarik tangan Sam dan berjalan menuju pintu rumah.

TOK! TOK! TOK!

Selvana mengetuk pintu rumah itu. "Siapa?" terdengar suara berat didalam. "Kami dari kepolisian setempat ingin memeriksa rumah anda" Selvana mengarang jawaban.

Hening.

Samar-samar terdengar suara pistol yang sedang diisi peluru.

DOR!

Seorang laki-laki besar membuka pintu dan dia langsung menembak Selvana dan Sam.

The Big PowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang