Chapter 10

213 23 2
                                    

Selvana, Evan dan Amira muncul didepan pintu Kerajaan Petir yang disana terlihat Rey yang mondar-mandir cemas.

Rey terkejut begitu melihat Selvana datang dengan bercak-bercak darah dijubah, rambut, wajah dan tangan ditambah dengan dua orang asing dibelakangnya.

"Yang muliaaa, kenapa anda menghilang begitu saja?" tanya Rey khawatir. "Aku hanya menyelamatkan dua orang peri dan dua orang anak berbakat" Selvana tersenyum.

"Yang mulia, Raja dari tadi berteriak mencari anda, anda membuatnya khawatir" Rey terlihat kesal dan takut.

"Chris sudah selesai bekerja? lama sekali aku pergi" gumam Selvana. "Baiklah, maaf Rey, aku akan meminta Chris agar tidak memarahimu" Selvana menatap Evan dan Amira yang sedari tadi hanya melihat Selvana dan Rey.

"Baiklah, aku akan mengantar kalian" Selvana tersenyum lalu mulai berjalan diikuti Evan dan Amira.

"Kenapa pengawal anda terlihat tidak sopan terhadap anda?" tanya Evan. Selvana terdiam, lalu tersenyum.

"Disini, semua bisa saja mengeluarkan pendapat mereka, kalau mereka marah atau kesal kepadaku, mereka dapat memarahiku".

"Mungkin ini terlihat tidak sopan tapi kita tidak bisa mengekang mereka dengan peraturan. Sebenarnya mereka dapat memanggilku dengan Selvana tapi suamiku, Chris tidak setuju dan berkata bahwa mereka harus bersikap hormat kepadaku. Besok aku akan mengenalkan kalian kepada keluargaku" Selvana tersenyum lagi. Hari ini dia banyak tersenyum.

"Kita sudah sampai" Selvana berhenti disebuah pintu berukir emas lalu masuk kedalamnya. Evan dan Amira berdecak kagum melihat isi kamar itu.

"Baiklah, kalian harus beristirahat, aku akan meninggalkan kalian disini. Ruang makan ada diujung lorong, pastikan kalian datang saat sarapan besok" Selvana hendak menutup pintu.

"Tunggu" sebuah suara merdua menghentikan pergerakan Selvana. Dia menatap Amira yang baru saja mengucapkan kata pertamanya.

"Terima kasih telah menolong kami" Amira tersenyum. Senyum yang sangat manis. "Sama-sama, selamat istirahat" Selvana tersenyum lalu menutup pintu.

Selvana bergegas berlari menuju kamarnya. Wajahnya terlihat lelah dan mengantuk. Dia memang menyembunyikan kelelahannya tadi.

Saat membuka pintu kamarnya, Selvana melihat Chris yang sedang duduk dipinggir ranjang, wajahnya terlihat cemas.

Saat melihat Selvana masuk, Chris langsung berdiri dan memeluknya. "Kau darimana saja sayang?" Chris terlihat khawatir.

Chris sering memanggil Selvana dengan sebutan 'sayang' ketika sedang cemas, manja, menggoda Selvana atau ketika Selvana sedang sedih, marah dan sakit.

"Sudah, sudah, besok aku ceritakan" Selvana menguap lalu menaruh jubahnya. Dalam sekejap bercak darah dirambut, wajah, tangan dan jubahnya menghilang seketika.

Selvana langsung merebahkan tubuhnya diranjang, dia mengantuk berat. "Selvana, gosok gigi dulu!" Chris berkata tegas.

"Ehm, malas, besok saja" Selvana berkata pelan. "Nanti kamu sakit gigi sayang" Chris berkata lembut. Selvana tidak bergeming.

Setelah beberapa lama, tubuh Selvana menjadi ringan. Dia membuka satu matanya, Chris sedang menggendongnya.

Selvana merasakan sesuatu yang masuk kedalam mulutnya. Setelah beberapa saat, dia baru menyadari bahwa sesuatu yang masuk kedalam mulutnya itu adalah sikat gigi.

Setelah menyikat gigi, Chris membantu Selvana berkumur lalu mencium dahinya lembut. Selvana tidak melawan karena dia mengantuk sekali.

Tubuhnya diletakkan lembut diatas ranjang. Sebuah tangan kekar memeluk tubuh Selvana dari samping.

Selvana membuka satu matanya, Chris sedang memeluknya. Dia mendekatkan tubuhnya kepada Chris.

Udara malam terasa dingin, Selvana mencari kehangatan. Selvana balas memeluk Chris dan membenamkan wajahnya didada bidang Chris.

"Selamat malam istriku"

"Selamat malam suamiku"

The Big PowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang