CTARR!!!!!!
Suara petir yang kencang disertai kilatan petir biru yang sangat terang mengangetkan Selvana. Dia segera menutup matanya, silau.
Setelah beberapa saat, Selvana membuka matanya dan melihat sisa-sisa petir biru diarah barat. Dia langsung berlari kesana, barangkali ada yang butuh pertolongan.
Setelah lama berlari, Selvana melihat seorang anak laki-laki-mungkin seumuran Luna-sedang dalam posisi bertarung.
Didepan anak laki-laki itu terkapar puluhan orang pemberontak-Selvana hafal semua orang pemberontak-.
Anak laki-laki itu terlihat melindungi seorang anak perempuan yang sedang menangis dibelakangnya.
Selvana melihat bagaimana anak laki-laki itu menghabisi puluhan pemberontak dengan satu kali melepaskan petir. Anak ini pasti keturunan murni.
Salah satu pemberontak yang terkapar mencoba bangkit berdiri, namun Selvana langsung melepaskan anak panah.
Anak panah mengenai dada pemberontak itu, pemberontak itu terkapar ditanah lagi. Selvana menatap anak laki-laki itu.
Anak laki-laki itu terlihat terkejut dan melihat dari arah mana anak panah itu berasal. Dia waspada.
Selvana melangkah maju menuju anak laki-laki yang semakin waspada itu. Dia kembali menatap anak laki-laki itu lama.
Saat anak laki-laki itu melihat wajah Selvana, dia berlutut. "Yang mulia" dia menyapa Selvana duluan.
Selvana tersenyum lalu memegang pipinya yang memerah. "J-jangan berlutut, aku malu".
"Ma-maaf" anak laki-laki itu berdiri. "Siapa namamu?" tanya Selvana sambil tersenyum. "Na-namaku Evan, dan ini adikku, Amira" Evan menunjuk anak perempuan dibelakangnya.
"Kenapa kalian diserang?" wajah Selvana mulai serius. "Aku dan adikku sudah lama menjadi tawanan mereka, akhirnya kami memutuskan untuk kabur namun mereka mengejar kami" jelas Evan.
"Lagi-lagi pemberontak, mereka tidak bosan ya menyiksa dan menyandera orang? tapi anak ini tampan, baik, sopan, dan juga berani, aku harus mengambilnya" pikir Selvana.
"Dimana ayah dan ibu kalian?" tanya Selvana. "Mereka sudah tiada, sekarang kami tidak tahu harus pergi kemana" Evan terlihat sedih.
"Baiklah, aku harus mengambil mereka".
"Apakah kalian ingin ikut denganku?" tawar Selvana. "Kemana?" tanya Evan penasaran.
"Ke- Kerajaan Petir, kalian keturunan murni bukan?" Selvana memastikan. Evan mengangguk mantap.
"Dengan kekuatan sebesar itu, aku bisa melatih kalian disana" Selvana menatap mereka berdua.
Evan menatap Amira, adiknya. Sepertinya mereka sedang berkomunikasi lewat pikiran. Selvana menunggu dengan sabar.
"Baiklah, kami ikut" Evan memutuskan. "Baiklah, pegang tanganku" Selvana berteleportasi menuju Kerajaan Petir.
Ternyata tempat Evan dan Amira diserang adalah bagian hutan yang tidak bebas teleportasi dan terbang.
Selvana memang sering mengambil anak-anak remaja yang miskin, masuk golongan kasta paling rendah dan tidak punya keluarga lagi.
Bukan karena kasihan, tapi Selvana yakin bahwa mereka menpunyai bakat dan kekuatan yang sangat besar.
Lalu Selvana membujuk mereka untuk pulang bersamanya ke Kerajaan Petir dan melatih mereka disana.
Sejauh ini, sebagian besar pelayan, prajurit dan pengawal di Kerajaan Petir adalah orang yang awalnya yatim piatu, miskin dan tidak punya keluarga.
Namun, jangan remehkan mereka. Kekuatan dan keahlian bertarung mereka melebihi rata-rata. Bahkan seorang pelayan pun dapat memakai pedang dan membunuh orang-orang terhebat dalam waktu singkat.
Selvana menginginkan Kerajaan Petir yang penuh dengan orang-orang terlatih. Dia mengajarkan pada mereka bahwa semua orang punya kelebihan dan kekurangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Big Power
Fantasy'Cerita kedua dari The Princess Of Lightning Kingdom' Diharap membaca cerita sebelumnya sebelum membaca cerita ini agar tahu alur ceritanya Kehidupan Selvana yang semula damai menjadi kacau balau. 18 tahun setelah menikah, Selvana mendapat masalah-m...