Chapter 3

1.2K 52 5
                                    

Jangan lupa vote dan comentnya ya guys.. Karena menulis tidak segampang membalikkan telapak tangan.

Raka P.O.V

Aku memencet tombol kunci dan berikutnya yang terdengar adalah bunyi klakson mobil yang menandakan bahwa mobilku telah aman untuk ditinggalkan. Sambil memperbaiki letak kaca mata ku langkahkan kaki menuju pintu masuk cafe  yang telah dipilih Arnold sebagai tempat makan siang.

Suara lonceng terdengar ketika pelayan yang biasa berdiri didepan pintu masuk membukakan pintu untukku. Dan suasana ramai cafe langsung menyapa indra pendengaranku. Uugghh.. ada dua hal yang aku benci didunia ini. Sesuatu yang tidak sesuai dengan rencana dan berada di tengah keramaian. I really hate that. dan seharusnya si kunyuk satu itu tau bahwa aku benar - benar membenci keramaian.

aku mendengus saat melihat sebuah tangan dengan lengan baju berwarna kuning neon itu terlihat oleh mataku. dan ingatkan aku kenapa sampai saat ini aku masih bersahabat dengan people like that.

"you know me.. and why you choose this place for  our  lunch?" aku menghempas bokongku setelah melepas kaca mata Rayban-nya.

"Sori mas brohh.. Gue tadi laper banget. Dan nama tempat yang langsung ya cuman ni cafe. Apalagi gue rindu waktu kita sama - sama sering nongki disini waktu selesai les buat SBMPTN. Ya mana gue tau kalo ternyata nih cafe udah tumbuh pesat.."

"Yeee bacot lo.."

"Udahlah mas bro. Dari pada lo sibuk ngomel mending lo pesen makan deh. Udah punya anak masih aja lo suka ngomel.."

Dan aku hanya bisa mendengus ketika mendengar bacotan arnold. 

****

TRINGGG

Aku memeriksa kantong jas dalam dan menemukan panggilan dari baby sitter anak - anakku.

"Halo?"

"Aduhhh.. tuan.. ini, non Kia dari tadi nangis dan nyonya besar kebetulan lagi keluar.." suara Asih terdengar begitu cemas dengan suara bayi terdengar dibelakannganya.

"Oohh ya udahh.. 5 menit lagi saya sampai. Tolong sampai saya dirumah, kamu tenangin kia dulu ya.." aku langsung mematikan panggilan telefon dari Asih begitu mendengar ia mengatakan iya.

"Sori nold.. Gue pulang dulu. Tagihannya ntar masukin ke rekening gue aja.." tanpa mendengar balasan arnold aku langsung berjalan menuju pintu masuk. Dan betapa gemasnya aku ketika melihat seorang perempuan dengan tangan penuh mencoba masuk kedalam cafe. Dan sialnya saat ini penjaga yang tadi ada membukakan pintu sedang tidak ada. Secara spontan aku membuka pintu tersebut.

"Ekheem" dasar perempuan. Tidak ada waktu untuk tidak bengong. Dan aku semakin gregetan melihat gayanya yang lambat. Aku hanya bisa mendengus saat perempuan itu sudah melewati ku.

Dan ada yang aneh. Tetapi aku tidak tau apa.

***

Seminggu sebelum pelantikan.

Adel P.O.V

Aku membereskan kertas - kertas yang berserakan yang ada diatas meja. Aku baru saja selesai berdiskusi dengan penulis baru yang karyanya sangan luar biasa. Dan aku sebagai editornya - walau masih baru - sangat teramat bangga jika karya ini akan menjadi salah satu novel yang masterpiece.

Saat sedang memasukan kertas kertas tadi kedalam sebuah map, aku merasa sesuatu bergerak - gerak dikaki. Dan ternyata yang bergerak itu adalah sesuatu yang sangat imut. Benda itu adalah dua bayi perempuan dengan paras yang sangat cantik. Aku merasa jika mereka berumur sekitar 15 bulan dengan ekspresi yang sangat imut. Mereka tampak asyik dengan kegiatan mereka yang sedang seperti melihat - lihat sepatu imutku - kebetulan hari ini aku mengenakan sepatu imutku yang berwarna pink dengan hiasan - hiasan lucu -.

Bayi - bayi itu terlihat bergumam seolah sedang beradu berargumen, atau mungkin saja saat ini mereka tengah berdoa berharap besok ketika mereka sudah sebesar aku, mereka akan bisa memakai sepatu seperti sepatuku ini. hihihi~

"aAduhhhh.. Sia. Kia. Kenapa kalian disini? aduhh itu mbaknya kan jadi ngerasa keganggu." saat sedang asyik memperhatikan dua bayi imut ini, aku mendengar suara seorang perempuan yang sedang berjalan setengah berlari kearah ku. Ku yakini bahwa mbak itu adalah pengasuh dua bayi imut ini.

"Aduuhhh maaf ya mbakk." ku lihat dua mbak bak itu mengangkat kedua bayi imut itu.

"Mari mbakkk..." aku pun hanya menagguk dan mereka pun berlalu dari hadapanku.

*****

Raka P.O.V

Aku menatap keseluruh penjuru lobi sambil menggendong dua balita imut. Mereka berdua adalah putriku. Askia Witmajaya dan Taskia Witmajaya. Mereka berdua yang saat ini berumur 15 bulan sedang aktif - aktifnya, sementara aku yang seorang single parrent mempunyai segudang pekerjaan yang menyangkut tentang para karyawan. Dan mau tidak mau atas saran mama aku memutuskan memakai baby sitter yang tetap tidak aku percayai seratus persen. Jadi jangan heran jika suatu hari kalian bertemu denganku yang kalian cium bukanlah parfum HUGO BOSS, melainkan minyak telon dan sampo bayi.

Oke. Back to topic.

Hari ini aku melakukan survey tempat dimana senin depan nanti aku mulai bekerja. Mulai belajar untuk mengurus perusahaan papi yang sebenarnya perusahaan penerbitan ini sendiri udah terlalu banyak kasus korupsi. Dan dengan teganya papi menyuruhku untuk menstabilkan perusahaan ini sebagai bentuk ujiannya agar kelak ia merasa yakin untuk melimpahkan perusahaan pusat kepadaku.

Dengan bersenandung pelan, menyanyikan lagu anak terbaru tentang hiu dan keluarganya, aku memasuki ruanganku. ruangan kerjaku yang sudah di dekor baby savety sedemikian rupa.

'pasti ini ulah mami.' aku menatap sedih ruanganku yang bercat biru muda dan mainan yang ada dimana - mana.

''Oke!! demi kalian kidoss!!!'' aku menatap kedua anak perempuanku yang sekarang tengah memandang kearahku.

''Asihh.. Ratihh..!!''

'' Ia tuan..''

''Tolong kalian jagain Kia dan Sia. Saya mau keliling sebentar. Awasi mereka dengan benar.'' aku menatap dua penjaga anakku dengan dingin. menegaskan kepada mereka agar tidak lalai dalam menjaga dua buah hatiku.

''Baik tuan..'' Asih dan Ratih dengan konpak menganggukkan kepala mereka.

Aku menunduk menata dua buah hati cantikku. Mereka satu satunya yang tersisa saat ibu mereka sendiri pergi meninggalkanku.

''Sia.. Kia..'' Kedua buah hati ku memfokuskan pandangannya kearahku. Menunggu kalimat apa yang akan aku katakan.

''Daddy pergi sebentar dulu ya.. Kalian sama mbak asih dan mbak Ratih. Kalian main disini aja ya..'' aku berkata secara perlahan agar kedua putri cantikku ini mengerti dengan apa yang aku katakan.

Sia mengangguk - anggukan kepalanya soalah - olag mengeeti dengan ucapanku. Sementara Kia yang awalnya diam saja, ikutan menggukkan - anggukan kepalanya ketika melihat Sia menggakuk - anggukan kepalanya.

Aku berharap dua putriku ini bisa menurut dengan mbaknya dengan tidak kemana - mana. Karena ya kalian taulah apa yang dilakukan balita saat sedang aktif - aktifnya.

'' Yaudahh Asih, Ratih. Saya pergi dulu. Ingat!! Jaga kedua anak saya!!''

Aku pun pergi keluar dari ruanganku setelah mencium dan mengelus sayang kedua putriku.

NAHH UPDATE KANN.. JADI DIMOHON UNTUK RESPONSNYA KARENA SEKALI LAGI!! MENULIS TIDAK SEMUDAH MEMBALIKKAN TELAPAK TANGANNN...

SWEETEST DADDYWhere stories live. Discover now