Chapter 7

975 52 8
                                    


Helloooo

Seneng Deh karena dimasa pandemi ini seenggaknya gue enggak melupakan anak - anak ku. kasihan kan kalo mereka gue PHP-in. 

Ps: bukan mau ngancem, tapi kalo kalian mau dukun gue please votenya nyampe 20 dong. Ntar Kalo pas nyampe langsung capcus Gue up bab yang baruu. love u pembaca kuuuu


*** 


aku membuka pintu berkayu mahoni tersebut. Hal pertama yang aku yakini adalah raka benar – benar telah menjadi seorang ayah. Bukan bau aftershave yang tercium ketika aku memasuki ruangannya. Melainkan bau-bau seperti shampoo bayi, minyak telon serta bedak bayi yang sampai saat ini menjadi andalanku untuk wajah sensitive ku.

Dan lelaki itu, berada dikursi kebesaran kepala editor dengan pandangan fokus ke arah laptopnya.

Aku rancu. Apakah sebenarnya dia masih mengingatku atau tidak.

" ehm pak, ini cerita yang bapak minta telah saya review dan saya edit." Aku meletakkan amplop coklat yang berisi naskah dengan alur drama romantic.

"oh ya sudah. Kamu letakkan saja di meja saya." Dia berbicara tanpa mengangkat kepalanya sedikitpun dari hadapan laptop dengan lambing buah tersebut.

'dasar tidak sopan!!' aku menggerutu sambil memincingkan mata kearahnya.

"ya sudah kamu boleh keluar." WHAT THE HELL?? Dia bahkan mengusirku tanpa melihat kearah ku sedikit pun!! Dasar DUIT-duda pahit- !!!

Dengan hidung mengembang melawan rasa marah, ku langkahkan kaki menuju pintu.

"del?" aku berhenti. Mencoba berfikir. Ini aku halu atau tidak ya?? Dia betulan manggil aku kan ya?

" iya pak?" ku balikkan badan dengan kening yan berkerut.

Dan yang kudapati hanya wajah raka yang masih terpaku ke layar laptopnya dia. Aku rasa saat ini aku sedang berhalusinasi.

"kenapa kamu masih ada disini?" raka akhirnya mengangkat pandangannya dari arah laptop kea rah ku.

" ohh nggak ada pak.." dan aku masih dengan wajah bengong keluar dari pintu yang membatasi raka dengan dunia luar.

***

Saat ini telah memasuki jam makan siang. Beberapa senior editor mengajakku bergabung dengan mereka. tetapi aku berkata pada mereka...

" aduhh mbak, maaf.. sekarang aku lagi ada janji makan siang dengan ed. Jadi nggak bisa kalian deh.." aku menunjukan wajah cemberut yang selalu aku andalkan.

"yaahhh ya udah deh.. padahal mbak mau ngasih gosip baru ke kamu.." mbak Martha menunukan wajah sedihnya yang tetep cocok diwajahnya yang awet muda itu.

" kalo gitu kami duluan ya del.. babhayy.." mbak Martha beserta senior lain meninggalkan aku sendiri – sebenarnya berdua dengan raka – di ruang editor.

"ekhem.." ada jeda lima menit dari pamitnya mbak Martha sampai aku mendengar deheman dari satu satunya manusia selain aku di ruangan itu.

Aku memilih mengacuhkannya. karena aku sedang malas terlibat dengan urusan hati. Apalagi dengan segunung kandidat novel diatas meja.

Tidak berapa lama setelah keheningan –

"jadi begini respon kamu sama atasan?" raka akhirnya menghentikan keheningan yang mematikan yang berlangsung sedari tadi.

"ooh bapak dari tadi nungguin saya ngomong ya?" dengan muka pura – pura polos, akhirnya adel mengangkat wajahnya dari naskah novel yang masih mentah.

Raka hanya dapat memicingkan kedua matanya. Menatap tajam perempuan mungil dihadapannya.

"bereskan meja kamu. Kamu temani saya rapat diluar."hanya beberapa kalimat, raka meninggalkan adel terpaku. Dan di detik berikutnya adel tergesa – gesa mengikuti bos sialannya.

***

Mereka sudah duduk dikursi restoran mewah ini lebih dari lima belas menit yang lalu. Tetapi sampai saat ini dia juga tidak dapat melihat kolega, klien atau siapapun yang membuatnya duduk disini.

Sedangkan bosnya – yang sialnya adalah cinta putih abu abunya – hanya sibuk dengan benda tipis tanpa sedikutpun ada niatan mengajak adel berbicara. Kembali memberikan keheningan berada diantara mereka berdua.

"ekhem pak, ini kita harus menunggu sampai kapan ya?" setelah bermenit – menit berlalu, adel akhirnya membuka suaranya.

"saya lupa bilang ya?" raka berbicara setelah menyimpan benda persegi keatas meja.

"bilang apa ?" adel memiringkan kepalanya bingung dengan statement pria tersebut.

" kalo hari ini klien saya tidak jadi datang.." pria itu berkata dengan santainya tanpa memperdulikan wajah kaget adel. Sementara adel masih terkejut dengan kata pria itu, raka sendiri sudah memanggil pelayan untuk menyantap pesanan mereka.

"ayo, kamu mau pesen apa?" raka bertanya kepada adel saat dilihatnya lelaki itu sedang terpaku menatap telapak meja dihadapannya.

"ehmm saya pulang aja deh pak.." adel memberikan tatapan memelasnya saat ia sekilas melihat berapa daftar harga dari menu restoran mewah tersebut.

"fettucini with tomato sauce sama tenderloine steak medium rare . dan minumnya tolong air putih dan jus leci satu." Pria itu tidak mengindahkan jawaban adel. Tetapi adel sedikit terkejut saat tahu bahwa pria tersebut mengetahui minuman kesukaannya.

"pak kan saya tadi bilangnya mau pulang!!" adel tidak bisa membiarkan raka bersikap semena – mena kepadanya. Sementara lelaki itu dengan santainya hanya mengangkat tinggi salah satu alisnya. Bingung dengan pernyataan gadis tersebut.

"dan tidak berapa lama kemudian pesanan mereka pun sampai. Adel hanya bisa menahan air liurnya saat dia mencium harumnya daging steak yang saat ini tersaji dihadapannya.

"bon apetitíí" sekali pria itu membiarkan adel terpaku dengan tingkah lakunya.

***

Adel merasa makanan yang dia makan tadi adalah kenikmatan surgawi yang dia rasakan. Bayangkan 5 tahun hidup ditengah hiruk pikuk ibu kota, makanan ternikmat yang ia nikmati hanyalah MC Donald yang diterima dari salah satu acara seminar mahasiswa. Jadi jangan salahkan adel kalo kali ini kenorakannya membuat dia tidak punya wajah lagi didepan sang cinta putih abu- bu.

Beberapa wanita terlihat menganggumi pria disampingnya ketika mereka berdua berjalan menuju mobil sang taipan.tentu saja tatapan terpesona karena penampilan pemuda itu sangat menggoda apalagi ditengah terik matahari siang hari ini.

Laki – laki itu membuka mobil Pajero sportnya dan menuntun adel memasuki mobil mewah tersebut. Setelah memastika adel duduk dengan nyaman dan aman, lelaki tersebut memutar dan duduk dibelakang setir kemudi.

Adel tidak perlu bertanya mereka akan kemana saat ia dengah amat hafal bahwa jalan yang mereka lalu menuju kantornya. Jam makan siang memang sudah berlalu sejak tiga puluh menit yang lalu. Tetapi siapa yang akan berani menegur anak dari direktur pusat?

Mobil Pajero itu berhenti tepat diparkir bawah tempat para direksi. Dengan berdampingan mereka berjalan menuju ruangan keduanya. Dan sekali lagi tolong selamatkan adel dari keheningan yang tidak mengenakkan ini!!!

Mereka berdua berpisah saat adel menuju kubikelnya sementara sang bos bergegas menuju ruang kantornya. Raka tidak tahu apa yang harus diakatakan ketika ia memasuki ruangannya ia melihat bahwa sang ibunda sudah duduk dengan nyaman dengan kedua putrinya yang berada di arena permainan.

***

Gimana Guys bab yang ini?? 

kalo ada si Typo kasih tau gue yahhh biar di basmi mereka

HAHAHA

See you ini next chap loveee

Ps: jangan lupa vote ya. ini udah hampir seribu lebih dong gue ngetiknya. okeee

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 16, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SWEETEST DADDYWhere stories live. Discover now