CHAPTER 2

1.2K 60 2
                                    

Karena membuat cerita tidak semudah membalikkan telapak tangan. Jadi gue mohon untuk para pembaca memberikan dukungan untuk keberlangsungan cerita ini.

terima kasih.

Adelia p.o.v

Adel mendorong pintu masuk dengan bahu sebelah kananya, karena kebetulan kedua tangannya sedang penuh. Lalu tiba - tiba, adel meras pintu yang ia dorong seperti ditarik oleh seseorang. Didongakkannya kepalanya seraya melihat siapa manusia yang telah membantunya. Dan yang dilihat adel adalah sesosok mahkluk adam dengan kemeja yang sering ia lihat disalah satu departement store, dan celana jeans yang menggantu seksi di pinggangnya.

"Ekhemmm.." lalu deheman pria itu menyadarkan adel dari keterpanaan.

Dengan mendengus didorongnya sendiri pintu cafe tersebut. Tanpa melihat kebelakang lagi, adel terus berjalan kearah teman -temannya yang berada dipojok cafe.

"Itu kenapa sih tumben banget pintu cafenya nggak ada mbak - mbak atau mas - masnya gitu??" adel langsung menumpahka laharnya kearah teman - temannya.

Sementara teman -temannya sendiri hanya bisa menatap cengo kearah adel. Bingung kenapa anak gadis yang satu ini datang - datang bawaannya langsung emosi aja. Dan saat mereka paham apa yang adel ucapkan barulah mereka membulatkan matanya seraya menatap barang bawaan Adel. Memperhatikan bagaimana temannya itu membawa banyak barang sekaligus.

"Mau pindahan bu..?" Gia menyindir Adel karena melihat Adel membawa tas ransel besar. Dan Gia duga Adel meninggalkan sebagian bawaanya di mobilnya yang terparkir didepan cafe.

"Ehh iya nih.. gue dapat job. Kayak disuruh gantiin temen gue yang jadi editor. Lumayan kan duitnya. Bisa gue kirimin ke emak.." adel menatap ke seluruh penjuru cafe dan baru sadar bahwa cafe yang dia datangi sedang dalam keadaan ramai.

Pantes aja tadi nggak ada yang jaga didepan pintu masuk.

"Ehhh kalian udah pada pesen makanan ya?" Adel menatap satu persatu sahabatnya dari zaman sma.

"Udah. kalo lo mau pesen panggil deh buruan. Dari pada ntar kita - kita makan dan lo masih tungguin pesenan.."

Adel menganggukkan kepalanya. membenarkan ucapan tina.

"Mas.." adel memanggil pramusaji yang kebetulan lewat dibelakangnya. dan pramusaji itu hanya mengangguk - anggukan kepalanya. Dan setelah pramusaji itu mengantarkan makanan ke pelanggan yang lain barulah ia menghampiri adel sambil mengeluarkan kertas pesanan.

"Ayam lada hitamnya satu. Sama lemonade-nya satu ya!!" Adel sudah bisa membayangkan betapa segarnya minuman berwarna kuning cerah itu.

"Oke mbak. Saya ulangi ya. Ayam lada hitamnya satu, Lemonadenya satu. Ada yang lain?" pramusaji itu menatap Adel. sementara Adel melemparkan pandangan kearah teman - temannya yang lain. Aan ketika melihat teman - temannya itu menggeleng, pramusaji itu paham dan langsung meleset kearah dapur. meninggalkan Adel dan teman - temannya yang mulai seru percakapannya.

Saat sedang asik mengobro, handphone Tia berbunyi. Menandakan ada panggilan masuk atau pun pesan masuk. Dan dari layar yang adel beserta teman - temannya lihat, sepertinya dari tunangan perempuan itu.

Adel dan teman - temannya kembali mengacuhkan Tia saat mereka lihat perempuan itu sedang kasmaran dengan pipi memerah sempurna. Mengabaikan Tia sambil terus bergosip seru.

"Ihhh ucul banget.. ehh guys lihat deh ponakannya Rey.. ucull banget yaa.." Tia memperlihatkan sebuah gambar kepada teman - temannya. Gambar sepasangg bayi kembar perempuan dengan senyum manisnya.

"Iihhh kok bisa lucu gitu sihh?" Adel merebut handphone Tia dari tangan siempunya. Menatap dengan gemas kedua balita itu. Membayangkan bagaimana kelucuan balita itu diumur - umur yang memang sedang aktif - aktifnya.

"Ya bisa lah.. Wong bapaknya ganteng kok." Tia membayangkan wajah kakaknya Rey yang cool serta manly.

"Woooo.. sadar mbak ee.. udah punya tunangan juga.. " Gia melempar tisu bekas yang sudah ia bulat - bulatkan.

"Iihh jorok tau giaa.." Tia mencebik kesal kearah Gia.

"Ia tuh. Udah tau punya cowok masih aja nge bayangin cowok lain.." Adel pun ikut - ikutan membuli Tia setelah meletakan kembali handphone milik Tia diatas meja cafe.

"Ehh gue balik dulu ya. My moms nelfon suruh pulang cepat.." Gia membereskan barang bawaanya. Setelah itu ia bercipika cipiki dengan kedua sahabatnya itu.

"Salamin ya Gi ke tante Salma. Bilang gue kangen masakannya dia.." Dan ucapan Adel hanya dibalas oleh lambayan tangan karena gia terlihat sedang buru - buru.

"Yaudah deh.. Gue cabut juga deh kalo gitu. Udah kangen ama yayang bebep.. Lo masih mau disini atau gimana?" Tia pun terlihat mebereskan barang bawaanya dan memasukkan kedalam tas dengan merek terkenal.

"Yeee tadi aja bayangin cowok lain, sekarang udah mau cabut aja. Pergi gih sono. Gue masih mau dsini. Mungkin sambil sekalian makan malam deh.." Adel menatap kearah luar jendela. Menatap senja yang hampir tiba.

"Ok lah.. gue duluan ya dell.. hati - hati lo nyetirnya.." Dan ucapan Tia hanya Adel balas kata ok karena Adel sendiri sudah sibuk dengan laptop dan imajinasinya.

***

halooo..
gue seneng karena cerita ini ada yang baca walaupun sedikit. tapi nggak papa karena yang sedikit itu bakal jadi bukit. iya nggak??
so sorry banget jika chapter 2 ini garing banget. gue juga ngerasain. dan gue harap kalian yang membaca bisa memberikan komentar agar gue tau gue harus ngerubah apa dalam cerita ini..

mungkin sekian dulu dari gue. jangan lupa untuk masukin cerita ini keperpustakaan kalian agar kalian tau bagaimana kelanjutan cerita ini.

gue minta dong buat yang baca part ini lebih dari 20 orang. kalo lebih dari 20 orang part selanjutnya bakal gue langsung up..

boleh yaa??

adlthp~

SWEETEST DADDYWhere stories live. Discover now