5

9 3 0
                                    

11 TAHUN KEMUDIAN....

Seorang gadis, duduk dibawah pohon. Ia sedang membaca sebuah buku pelajaran. Tidak tahu mengapa dia begitu rajin belajar dan mencoba-coba merangkai skripsi, padahal dia baru semester 3.

Mungkin dia ingin cepat menyelesaikan sekolahnya.

Tidak tahu apa yang dipikirkan gadis itu, padahal ia adalah keturunan dari keluarga terpandang. Tanpa belajar, dia tetap kaya raya.

Bukan anak sulung, dan kakak-kakanya adalah laki-laki, dia dapat saja menikah dengan laki-laki hebat. Tidak perlu bekerja.

Tapi tak ada yang dapat mengerti arah pikirannya.

Dia dingin, hanya orang-orang berani yang dapat mendekatinya.

"Herint, apa yang kau kerjakan?"

"Bukan apa-apa. Mana pesananku?" Tanya Herint pada gadis berambut panjang itu.

"Hmm, gw hanya membawa beberapa makanan, minuman dibawa aama Lay."

"Mana Lay nya?"

"Itu" *tunjuknya*

"Hey Mili, kau sudah gila ya? Masa gak mau bantuin sih?"

"Sttt.... Lihat tuh!"

"Ei dengerin donk kalau orang lagi ngomong"

"Eh diem dulu." Semua pun melihat ke arah mata Mili.

"Kenapa?" tanya Lay.

"Ganteng, buset dah." Jawab Mili disertai wajah cerianya

"Ohh.." Herint kembali menatap bukunya dan menyeruput minumannya.

"Beli dimana ini? Enak sekali." Herint membuka pembicaraan.

"Di WC" jawab Lay.

"Stt!!!" Mili mulai berinteraksi.

"Kenapa lagi?" Herint geram akan kelakuan sahabatnya itu.

"Cowo itu datang ke sini." Mili mulai kegirangan.

"Ohhh." Herint tidak peduli.

"Kok gitu amat sih Her? Kenapa?" Tanya Lay bingung.

"Ga kenapa-napa kok."

Laki-laki yang dibilang Mili 'ganteng' tersebut sudah berada di depan Herint.

"Hay, nama gw Mark." Mark mengulurkan tangannya ke Herint, Lay dan Mili hanya dapat terdiam seribu bahasa.

"Herint."

"Gw denger lu jago desain ya. Mau gabung sama komunitas gw gak? Komunitas sah kok dari sekolah."

"Ah, bukannya gamau. Tp emang lagi gamau aja, Enggak makasih." Jawab Herint datar.

"Emhh begitu ya? Yaudah nanti gw datang ke elu lagi ya. Siapa tau lu berubah pikiran." Mark pun pergi.

Yah, itu lebih baik dari biasanya. Biasanya Herint akan kesal dan langsung pergi. Dia takut, dia akan ditinggalkan begitu saja kalau sudah senang dengan suatu hal.

"Her, lu kenapa sih gitu mulu ke orang-orang? Lihat nih, lu gaada gandengan diantara kita berdua." Tanya Lay heran.

"Gapapa, emangnya kenapa sih?" Herint tersenyum.

"Hmm, kalau dihitung-hitung, Mark adalah orang ke 112 yang lu tolak tawarannya." sambung Mili

"Serius tuh segitu?" Tanya Lay heran.

"Lah, memang iya."

"Sttt.. Gausah dihitung-hitung" Kata Herint sambil kembali membaca buku.

"Baca buku apa sih? Kok benda tebal gitu lebih diperhatiin daripada cogan yang tadi." Lay duduk di sebelah Herint

My Firs Snow and My First Love | Oh Sehun👆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang