The Choice • 02

814 205 514
                                        

02MENCOBA LUPA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

02
MENCOBA LUPA

Sesekali bayangan sosok tadi masih melintas jelas dalam benak Aletta. Sekeras mungkin dia mencoba lupa, namun hanya dengan bagaimana tubuh tegapnya melintas melewatinya mampu membuat dia kembali terngiang.

Aletta pikir, dengan mencari kesibukan dapat menjadi solusi menghapus sejenak ingatannya.

Seperti halnya, saat seharusnya bel pulang menjadi sambutan bahagia bagi Aletta, namun dia justru berjalan berlawanan untuk mendatangi ruang OSIS.

Aletta sukses melonggokkan tubuhnya masuk, sebelum akhirnya tersentak ketika sosok dengan almamater OSIS tengah duduk bersandar memunggunginya.

“Lah?” Aletta mengintrupsi, “Arka ngapain?”

Mendengar suara familiar menyeruak masuk, dia lantas memutar kursi untuk persis menghadap dimana gadis itu berdiri. “Bikin bahan buat rapat besok,” jawabnya. “Lo ngapain? Bukannya udah pulang?”

“Udah,” Aletta mengangguk sebelum langkahnya kembali maju menuju lemari penyimpanan data di ujung ruangan. “Tapi gue mau nyelesaiin tugas aja. Soalnya gue rajin.”

“Ngelindur mba?”

“Lo juga mau bilang gue ga cocok keliatan rajin, gitu?!”

“Gila, keajaiban banget si,” Arka tergelak sesaat. “Porsi rajin lo tuh di level b aja. Ngga biasanya juga tiba-tiba gini. Punya masalah hidup apa?”

Aletta menggerutu tepat saat dia menemukan secarik kertas diatas tumpukan dokumen lainnya. “Yaudah, nggak usah bawel. Member lambe turah lo?”

“Ngegas mulu, heran.”

Langkah selanjutnya yang diambil yaitu menarik kursi tepat di samping Arka. “Coba gue liat,” Aletta mencondongkan badan kesamping. Hingga kulit putih tangannya nyaris saling beradu. “Materi buat yang mana nih?”

Tidak menjawab, Arka justru memalingkan wajah menatap Aletta.
“Nanti mau pulang bareng aja nggak?”

“Jawaban lo melenceng jauh, Monyet.” Tentu pukulan telak melayang kasar tepat mengenai lengan Arka.

Bukan lagi hanya senyum tipis menghias bibir, melainkan tawa terlepas renyah. Mengetahui betapa berarti sosok Aletta untuknya. Arka menyadari bahwa dia telah jatuh, sekeras apapun dia menolak, bahkan perasaannya sudah tertanam rapi pada ruang disana hanya untuk Aletta. Bagaimana gadis itu tersenyum kecil, tertawa lepas,  atau bahkan sebaliknya, hal itu hanya akan membuat Arka semakin tenggelam pada perasaannya.

“Bentar gue keluar,”

Aletta memberi anggukan sebagai jawaban. Lalu tatapannya kembali fokus pada lembar kertas penuh garis tabel juga angka didalamnya. Dia mulai mengerjakan tugasnya hingga Arka kembali tiba dengan dua botol air minum di tangan.

The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang