W-4//Heboh

113 7 0
                                    

Author POV

Kring Kring

"Akhirnya". Gumam Gerald. Tepat pukul 14.30 jam pembelajaran di Sekolah Gerald telah selesai. Gerald langsung membereskan bukunya. Saat hendak keluar kelas, Gerald sudah dijegat oleh temannya. Raihan, ia yang menjegat Gerald saat ini.

"Mau kemana lo?". Tanya Raihan. Gerald menyengir seperti kuda. "Mau balik lah han".
"Lo gak lupa kan jadwal hari ini?". Lagi Raihan bertanya lagi. Gerald hanya menganggukan kepala bahwa ia tahu apa yang dimaksud Raihan.
"Latihan kan?".
"Maaf han, gue izin dulu hari ini ya". Gerald sudah memasang muka imutnya, yang menjijikan itu.
"Mau kemana emang lo?". Lagi dan lagi Gerald menyengir seperti kuda.
"Mau jemput bidadari pulang sekolah". Jawab Gerald dan ia langsung pergi meninggalkan Raihan tanpa pamit terlebih dahulu. Raihan yang melihat Gerald lari seperti anak TK yang habis dapat hadiah hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Kebiasaan deh tuh anak, kalau dapet cewek baru pasti kumat". Raihan menggelengkan kepala lagi, ia memutuskan untuk ke lapangan utama untuk latihan free style ball.

Author POV end.
***
Wulan POV

"Masih setengah jam lagi". Gumam Eka. Ia nampak sangat tidak bersemangat dan sepertinya ingin cepat-cepat pulang.

"Sabar ya Eka, setengah jam itu gak lama kok". Aku memberi semangat untuk Eka sambil mentonjok pelan pundaknya.

Drttt drttt drttt

"Gerald?". Ucap ku.
"Pak, saya izin angkat telfon ya?". Izin ku ke pak Samlani. Pak samlani menganggukan kepala dan aku bergegas keluar kelas.

"Ada apa?". Tanya ku to the point.

"Gue udah didepan sekolah lo, Lan".

"Ngapain edon?". Aku bertanya lagi dengan suara pelan.

"Mau jemput bidadari".

"Di sekolah gue gak ada yang namanya bidadari, Ge".

"Bidadari yang mau gue jemput itu lo!".

Deg.

Ada apa dengan perasaan aku ini? Kenapa ucapa Gerald berhasil membuat jantung ku seperti ingin copot dari tempatnya.
Dan ada angin apa pula Gerald menjemput ku? Bahkan aku dan Gerald baru kenal kemarin.

"Helo? Anybody home?".

"Lo tunggu situ jangan kemana-mana! Tunggu sampai gue selesai pembelajaran". Tanpa menunggu jawaban dari Gerald aku langsung memutuskan telfon secara sepihak.

Aku kembali masuk ke kelas dan duduk ditempat ku. Aku mulai panik bagaimana nanti reaksi teman-teman satu sekolah ini bila melihat Gerald. Pasalnya, Gerald mempunyai ketampanan yang diatas rata+rata. Aku akui soal ketampanan Gerald tapi, tidak dengan otaknya. Gerald melakukan hal bodoh hari ini. Bisa-bisa cewek-cewek di satu sekolah ini mengkrubunin Gerald.

"Eka, gimana ini?". Aku mulai merajuk. Eka menatap ku dengan aneh.
"Gimana apanya?". Tanya Eka sembari melepaskan tangan ku yang melingkar di lengannya.
"Gerald jemput gue, dia udah ada di depan". Aku memberi tahu Eka perihal Gerald yang tadi menelfon ku.
"Bagus dong, biar lo gak nebeng bareng gue".
"Ahh Eka, bukan gitu". Aku merengek lagi. Mungkin Eka sudah jijik melihat ku saat ini, bodo amat persetanan dengan hal ini aku tak peduli.

"Lo tau kan mata anak cewek unit SMK gimana? Nanti dia ngelihat Gerald, pasti pada heboh semua". Jelas ku.
"Ohiya!!".
"Kudu banget gue jelasin, allahu akbar". Gumam ku.
Eka nampak mengeluarin senyum liciknya, aku sudah yakin pasti ada hal yang tak mengenakan sehabis ini. "Bakalan ada headline terhot nih". Aku langsung membelalakan mata ku ke arah Eka.

Kring kring kring

15.00 bel SMA 1 Cengkareng berbunyi, semua murid dikelas ku mulai membereskan buku mereka.
"Gue bakalan liatin lo ketemu Gerald nanti di depan". Ucap Eka.
Setelah berdoa sebelum pulang aku langsung turun kebawah diikuti oleh Eka, Novi dan Putrin.

"Aduh perasaan gue jadi gak enak". Aku mengeluarkan langkah seribu cepat untuk segera sampai di depan gedung sekolah.

Dan yang benar saja, setibanya aku di depan gedung sekolah sudah banyak anak murid baik dari unit SMP, SMA dan SMK menatap Gerald dengan mata berbinar. Yang lebih parah lagi ada yang ngajak foto bareng!
"Ya allah". Gumam ku

"GERALD!!". Teriak ku. Dan cewek-cewek yang sedang mengantri berfoto bersama Gerald ikut menoloh ke arah ku, ah bukan cuman mereka hampir semua murid yang sedang di depan gerbang menolehkan kepala kearah ku.
Gerald melambaikan tangannya dan menyuruh ku menghampirinya. Dengan terpaksa dan niat setengah hati aku menghampiri Gerald.
"Bidadari aku udah pulang sekolah". Ucap nya dan mengelus rambut ku dengan lembut. Aku menatap Gerald dengan tatapan tajam dan melirik-lirik murid disamping ku. Kalian harus tau, itu tatapan terseram yang pernah ku lihat!.

Gerald membukakan pintu mobilnya. "Silahkan masuk, bidadari ku". Perintahnya. Aku pun segera masuk untuk menghindari tatapan maut dari murid cewek tadi. Tak lama, Gerald pun masuk kedalam mobil dan dan mobil Gerald langsung beranjak meninggalkan sekolahku.

"Maksud lo apa sih, Ge? Pake ada acara jemput gue segala". Tanya ku. Karena, sedari tadi hanya ada keheningan antara aku dan Gerald.
"Biar gue lebih deket sama lo". Jawabnya tanpa menolehkan dirinya ke arahku.
Aku hanya bisa menghembuskan napas dengan kasar tak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Gerald. Biarkan saja hening sampai rumah ku, ku pikir itu lebih baik.
Tak lama Gerald membuka suaranya kembali. "Dari sini gue harus kearah mana lagi?". Tanyanya.
"Lurus aja, abis lampu merah ada perempatan belok kanan." jelasku.
Gerald menganggukan kepala. Lagi-lagi hening kembali mendatangi aku dan Gerald.

Akhirnya, aku sudah sampai di depan pintu masuk perumahan dimana aku tinggal.
"Di depan sana belok kiri, habis tuh lurus aja rumah gue paling ujung".  Sekarang aku yang memulai membuka suara, hanya untuk memberi tahu Gerald posisi rumah ku.

Mobil Gerald berhenti dan ia mematikan mesin mobilnya.
"Sudah sampai". Ucapnya. Aku pun segera membuka seat belt.
"Lan, maaf kalau gue buat salah ke lo hari ini". Ucap Gerald tiba-tiba.
"Huh, lo hari ini buat salah banget".
"Lo seharusnya tau, kalau lo jemput gue dengan cara kek tadi bakalan bikin heboh anak-anak cewek disekolah gue". Jelas ku.
"Gue cuman ikutin saran bang Arie". Tutur Gerald dengan jujur.

Lagi dan lagi dalang dari semua ini adalah Arie. Entah, apa yang ada dipikiran Gerald kenapa sangat nurut dengan ucapan Arie.
"Ge, seharusnya sebelum lo nerima saran dari orang lain lo harus fikir terlebih dahulu. Apa saran dari orang tersebut tapat apa tidak."
"Apa lagi saran dari Arie. Lo tau sendiri kan sekolah gue gimana? Apa lagi dengan gosip yang beredar kalau siswi di sekolah gue kek kehausan cogan".
"Semua gosip tentang sekolah gue itu bener, Ge. Lo liat sendirikan tadi?". Gerald semakim menundukan kepalanya. Melihat Gerald sendu seperti itu aku merasa bersalah atas ucapan ku barusan.

"Gue gak menyalahkan lo jemput gue kok. Lo boleh jemput gue, asal lo gak boleh bersikap kek tadi ke anak cewek itu. Sikap lo yang kek gitu bikin anak anak heboh, histeris".
Gerald menatap ku, ia terlihat tidak sedih lagi aku bersyukur itu.

"Lo gak suka gue nanggapin anak cewek itu?". Tanya Gerald. Aku menjawab dengan anggukan kepala.

"Itu tandanya lo cemburu dong?"

***

Part 4 ready😂 part terpanjang selama liris:v

Semoga pada suka ya:" Jung butuh support kalian:) support Jung terus ya^^

Jangan lupa vote + coment💕

WULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang