Author POV
Weekend tiba, biasanya waktu weekend gini banyak yang malas-malas dirumah. Dan hal itu terjadi dirumah Wulan. Cimit sekarang sedang sibuk dengan dunia fangirlingnya, Nadia sibuk dengan acara menonton TVnya dan kedua orang tua Wulan sedang berada diruang kerjanya.
"Yaelah, sibuk masing-masing ini mah namanya". Ucap Wulan yang masih melihat sekitar rumahnya. Benar-benar weekend yang tak berkesan bagi Wulan.
Gomujul darigi
Gomujul darigi
ijeneun nohayaji
han myeongeun apayaji
we gotta go"Lan, ponsel lo bunyi nih". Teriak Nadia dari arah ruang tengah. Ponsel Wulan memang sedang dicharger diruang tengah lebih tepatnya tempat Nadia menonton tv.
Wulan langsung mengangkat telfon tanpa melihat siapa yang menelfonnya.
"Wulannnn.....". Ucap dari sih penelfon tersebut.
Dengan gerakan refleks Wulan menjauhkan ponselnya dari telinganya.Sebelum menjawab ucapan dari sih penelfon, Wulan mengcek siapa yang menelfonnya dipagi hari ini.
"Gerald?". Wulan mendekatkan lagi ponselnya ke arah telinganya.
"Kok gue dikacangin sih?". Tanyanya.
"Ada apa sih, Ge?". Wulan berbalik tanya.
"Jalan yuk? Mumpung weekend nih". Ajak Gerald.
Wulan berfikir sebentar sebelum menjawab ajakan dari Gerald. "Bentar ya". Ucap Wulan. Wulan langsung duduk disamping Nadia yang masih asik dengan acara yang ia tonton, padahal kalau weekend mana ada acara televisi yang seru.
"Kak". Wulan mencolek-colek pundak Nadia.
"Hmm".
"Gerald ngajak jalan gue nih". Ucap Wulan". Ucap Wulan.
Nadia menatap Wulan dengan malas dan memicingkan matanya.
"Lo kalau mau jalan, ya jalan aja sana! Ngapain pake ngomong ke gue".
"Gue pan mau minta izin ama lo ka". Wulan memutarkan matanya malas.
"Dasar, jadi kakak gak pekaan". Ucap Wulan dan ia langsung lari meninggalkan Nadia yang sudah tersulut oleh emosi.
"WULANNNNN". Teriak Nadia."Halo, Ge?". Sapa Wulan, takut tiba-tiba Gerald memutuskan sambungan telfon mereka tadi.
"Itu... Kakak lo kenapa teriak-teriak?". Tanyanya agak sedikit gugup.
"Ah, biasa dia mah kalau udah kumat suka gitu". Dan Gerald hanya bisa ber "oh" ria saja.
"Hm, btw mau jalan kemana emang?". Tanya Wulan melanjutkan topik yang Gerald bahas sebelumnya."Ke time zone".
"Ih serius?
"Eung. Dua rius".
"Yauda kalau gitu, kita jalan hari ini". Wulan menerima ajakan dari Gerald dan memutuskan untuk langsung ketemuan saja di tempat time zone.
***
"Bedeuh, sih bongsor wangi banget dah". Ucap Ezy ayah Wulan.
"Hmm, saya mencium aroma aroma cinta di sekitar anda". Ucap Cimit memeraktikan gaya Roy Kiyoshi.
"Apaan sih ayah, kak Cimit. Gak danta banget deh kalian". Wulan langsung menghampiri mamanya yang sedang masak bersama Nadia didapur."Mah, adek pergi maen sama temen yak?". Wulan meminta izin terlebih dahulu. Nadia nampak malas melihat Wulan, karena Wulan moodnya untuk menonton acara tv kesukaannya jadi hilang.
"Main sama siapa?". Tanya mama.
"Sama Gerald, adiknya kak Dimas yang temannya bang Arie itu". Jelas Wulan. Mama pun mengizinkan Wulan pergi. Sebelum pergi Wulan mencium pipi mamanya dan Nadia terlebih dahulu. "Udah, jangan ngambek mulu. Cepet tua lo". Ucap Wulan ke Nadia. Lagi-lagi Wulan langsung lari takut Nadia meledak lagi."Yah, Kak Cimit. Wulan pergi ya!". Pamit Wulan sambil berlari keluar rumah.
"Hati-hati yo". Ucap ayah dan Cimit serentak.***
"Lo mau maen game yang mana?". Tanya Gerald. Yaps, sekarang Wulan dan Gerald sudah berada di tempat time zone. Mereka kini sedang melihat-lihat game apa yang akan mereka main kan hari ini.
"Gue mau main basket". Ucap Wulan dan menunjukan permainan yang ia inginkan.Gerald dan Wulan menuju ke kasir terlebih dahulu untuk mengisi saldo kartu time zone mereka. Setelahnya, mereka bermain bersama.
"Yes!! Gue menang". Ucap Wulan sambil tersenyum bangga dan meremehkan Gerald.
"Heleh sia mah lagi beruntung mereun hari ini". Ucap Gerald sedikit ada logat sundanya.
"Bilang we, sia iri ku aing. Wle". Ucap Wulan sambil memeletkan lidahnya."Lo kan hobby maen bola, masa gitu doang bisa kalah". Ucap Wulan terkekeh.
"Heh bodoh, gue pan Freestyle Football player. Bukan anak basket". Jelas Gerald dan sedikit memukul pundak Wulan.
"Makanya, bego mah jangan dipelihara". Lanjutnya dan meninggalkan Wulan yang mau meledak akibat ucapan Gerald.Akhirnya, Wulan dan Gerald melanjutkan kegiatan mereka. Dan karcis paling banyak ada ditangan Wulan, yang artinya Wulan lebih unggul dibanding Gerald. Karena Gerald kalah, Gerald memutuskan untuk mengtraktir Wulan makan.
"Sering-sering deh lo ngajak gue main di time zone".
"Biar gue dapet makan gratis terus". Ucap Wulan sembari memakan makanannya.
"Dasar cewe, sukanya yang gretongan". Gerald menatap malas. Wulan tertawa melihat Gerald yang nampak tak terima atas kekalahannya."Aduh jangan nangis dong". Ucap Wulan menaruh gelas kosong ke arah mata Gerald. Seolah olah Gerald akan menangis dan menyebabkan banjir bandang. Wajah makin terlihat sebalnya dan Wulan sudah tertawa terbahak-bahak melihat Gerald yang sangat kekanak-kanakan.
"Puas lo ketawain gue?". Tanya Gerald. Wulan memberhentikan tawanya dan mengelus lembut tangan Gerald.
"Udah puas ko, jangan ngambek terus ngapa". Ucap Wulan tersenyum.Tanpa sadar Gerald ikut tersenyum saat melihat Wulan tersenyum. "Nah gitu dong senyum. Kan lebih enak dipandang". Akhirnya mereka melanjutkan acara makan mereka. Setelah selesai Gerald mengajak Wulan untuk kembali ke time zone. Karena, Gerald ingin menantang Wulan kembali untuk memaikan game mengambil boneka.
"Yang bisa ambil boneka didalam box ini nih, bakal dapet 1 boneka lagi dari yang kalah". Gerald menjelaskan permainan yang akan mereka mainkan. Wulan mengangguk tanda setuju.
Mereka melakukan suit kertas gunting batu.
"Kertas, gunting, batu".
Wulan mengeluarkan gunting, sedangkan Gerald kertas. Karena Wulan yang menang, maka Wulan yang akan bermain terlebih dahulu.
Wulan sangat fokus dalam menggerakan mesin pengambil boneka ini dan saat ia sudah yakin posisi pengapitnya sudah pas dengan boneka yang Wulan tuju, Wulan langsung menekan tombol merah untuk mengangkat pengapit tersebut.Sangat disayangkan, saat pengapit tersebut mengangkat boneka pilihan Wulan, bonekanha terjatuh.
"Yah jatuh bonekanya". Gerald berucap layaknya ikut sedih tapi tak ada tampang sedihnya.
"Berisik!". Wulan langsung mundur untuk bertukar posisi dengan Gerald.Tidak sangka, Gerald mendapatkan boneka yang ia ambil. Kenyataan pahit bagi Wulan karena, ia harus membeli satu boneka untuk Gerald.
"Gue mau boneka bola itu". Tunjuk Gerald ke arah boneka yang ia inginkan.
"Heleh harusnya lo yang beliin gue boneka. Bukan gue". Oceh Wulan saat mereka sedang berada dikasir. Harga boneka yang Gerald inginkan memang tak terlalu mahal, tapi sukses membuat Wulan kesal akan kekalahannya."Kesel kan lo kalah?". Tanya Gerald setibanya mereka didepan rumah Wulan. Karena, sedari store boneka sampai rumah Wulan malah menggerutu tak jelas.
"Iya gue kesel!!". Racau Wulan.
Gerald terkekeh melihat aksi racau Wulan sekarang. "Besok gue beliin boneka yang banyak deh".Wulan langsung menolehkan kepalanya ke arah Gerald. Ia mencari kebohongan dia mata Gerald, tapi ia tak menemukannya.
"Gue janji ama lo, bakala gue beliin boneka buat lo besok". Gerald mengangkat kelingkingnya dan mereka membuat pinky promise."Janji ya?".
"Hmm janji!".
***
Part 9 ready 😂Dapet gak sih feelnya? Soalnya aku ngerasa kurang gitu:") semoga pada suka yak part ini^^
Dont forget
Vote + coment😘
KAMU SEDANG MEMBACA
WULAN
Teen FictionBUKAN KISAH SEORANG BAD BOY YANG BERTEMU BAD GIRL. ATAUPUN KISAH KETOS GALAK BERTEMU ADIK KELAS YANG GALAK JUGA. Awal pertemuan yang tidak terlalu buruk, dan tidak mengesankan juga dan malah merembet ke arah tujuan yang lain. Berniat ingin bertemu...