W-5//Tak terduga

100 5 0
                                    

Author POV

Saat memasuki rumah senyum Wulan tak pernah luntur, ia selalu mengembangkan senyumnya.

Flash back on

"Gue cemburu?". Tanya Wulan dengan muka acuh tak acuhnya, dan jangan lupakan smirknya yang sangat melekat diwajahnya.
"Udah jujur aja cemburu kan lo". Gerald mulai menjaili Wulan, buktinya ia sedang mencolek-colek lengan Wulan.
"Aduh apaan sih, Ge. Jangan colek-colek gue". Titah Wulan. Gerald tampak perfikir sebentar. Dan tak lama ide itu muncul di otaknya.

Gerald mulai menggelitiki Wulan, ternyata respon refleksnya Wulan berjalan sesuai keinginan Gerald. Sekarang, didalam mobil Gerald sedang terjadi aksi gelitik-gelitikan yang dilakukan oleh Wulan dan Gerald.
"Udah, Lan. Gue nyerah. Udah gue gak kuat". Pasrah Gerald mengangkat kedua tangannya.
"Hahaha cemen lo". Tawa Wulan menggelegar. Terlihat bahwa Wulan sangat bahagia. Gerald menyaksikan aksi tertawa Wulan, tanpa sadar seutas senyum terukir di bibir Gerald.
"Gue suka liat lo ketawa begini. Kelihatan tambah cantiknya". Ucap Gerald.

Flash back off

"Kenapa sih begini doang sukses bikin jantung gue berdesir hebat". Gumam Wulan.
"Cie cie obat patah hatinya udah ada ya mba". Cimit mulai meledek Wulan. "Kak Cimit, bisa gak sih gak ganggu Wulan disaat kek gini". Ucap Wulan dan ia menatap Cimit dengan tanda tidak sukanya dan pergi menuju kamarnya.
"Lo hutang cerita ke gue!". Teriak Cimit dari arah bawah. Wulan hanya mengendikan bahunya dan  memasuki kamar.

Ting!

Ada satu pesan masuk di ponsel Wulan.

"Mama?".

"Tumben banget pake sms, biasanya juga langsung telfon".

Eomma
Untuk makan malam ini mau beli diluar apa mama yang masak?

Wulan Brithania
Always, harus mama yang masak dong💕

Eomma
Oke👌 tunggu mama sama ayah pulang yah

"Harus kasih tau ke kakak-kakak ku nih". Ucap Wulan.
Wulan keluar kamarnya, dan berdiri di ambang balkon yang membatasi antara lantai 1 dan 2.
"Eonni-deul, beliin bahan masakan! Mama mau masak buat makan malam nanti". Teriak Wulan tepat disaat Nadia dan Cimit sedang ada dibawah sana. Dan mereka berdua mengacungkan jempolnya, bersiap-siap untuk ke pasar.

Setelah itu, Wulan masuk kembali ke kamarnya dan segera melesat ke kamar mandi.

***
Nadia dan Cimit sekarang sudah dijalan menuju pasar swalayan, sesuai dengan perintah adik mereka tadi.

"Lo yakin gak ka, kalau Wulan sekarang udah ga jomblo". Tanya Cimit.
"Gak yakin". Jawab Nadia yang masih terfokus oleh kendaraan yang ia kemudikan.
"Lo harus yakin kak! Tadi gue lihat dia pulang dianterin cowok! Dan lebih parahnya lagi habis turun dari itu mobil, Wulan jadi kebanyakan senyum". Jelas Cimit.
Tiba-tiba saja Nadia memberhentikan mobilnya secara mendadak sukses membuat jidat Cimit terbentur oleh dasbor. "Lo boleh kaget ka soal Wulan, tapi gausah pake ngerem dadakan juga!" tukas Cimit. Ia masih mengelus-eluskan jidatnya yang merah.
"Turun!". Titah Nadia.
"Lah turun?".
"Iya turun! Kita sudah sampai, peak". Nadia menggantak Cimit yang lemotnya kambuh lagi.

Mereka, Nadia dan Cimit sudah masuk kedalam pasar swalayan dan membeli beberapa bahan makanan. Setelah selesai, mereka langsung kembalu pulang karena hari mulai senja.

"Lo tau gak siapa cowo yang anterin Wulan balik". Tanya Nadia saat mulai menjalankan mobilnya.
"Gue gak tau siapa namanya tuh cowok. Yang pasti bukan Ardy". Jawab Cimit.
"Coba aja lo tanya Arie, pasti gak jauh dari teman-temannya Arie". Lanjut Cimit. Nadia hanya menganggukan kepala. Dan mereka mengganti topik pembicaraan mereka.

T

anpa sadar Nadia dan Cimit sudah tiba dirumah. Dan segera memasuk ke dalam untuk membantu mama mereka masak.

***
"Makasih ya ma, untuk masakannya hari ini". Ucap Wulan. Ia mencium singkat pipi mamanya.
"Ayah gak dicium nih?". Tanya Ezy yang sudah mempoutkan bibirnya.
Wulan melangkah ke arah Ezy dan mencium singkat pipi ayahnya tersebut.
"Makasih juga untuk kerja keras ayah".

Setelah itu, Wulan izin untuk kembali ke kamar. Sudah satu jam Wulan terfokus oleh belajarnya. Dan tanpa ia sadari ada pesan masuk dari seseorang untuknya.
"Selesai juga". Ucap Wulan.
Ia langsung merebahkan tubuhnya dan mengambil ponselnya yang berada diatas nakas samping kasurnya.

Mata Wulan terbelalak, tak percaya bahwa ada pesan masuk dari Ardy. Dipesan tersebut Ardy meminta Wulan untuk menemaninya ke toko boneka.
"Ih, ada angin apa Ardy ngajak gue pergi". Wulan mulai histeris dan meloncat-loncat diatas kasurnya. Tanpa berfikir panjang Wulan langsung meng-iyakan ajakan Ardy.

Ardy Triananda
Oke besok jam 3 gue tunggu di tokonya yak.

Begitulah pesan terakhir yang Ardy kirim untuk Wulan. Kalian harus tau, bahwa ini sangat gila. Walaupun hati Wulan sempat sakit atas status Arie, tapi ia tak hiraukan lagi masalah itu. Pikirnya saat ini adalah kesempatan untuknya dan Ardy.

"Besok, 1 jam sebelum jam pembelajaran selesai gue harus izin pulang duluan".

"Tapi gue harus izin pake alasan apa?".

"Pura-pura sakit?".

"Apa pake alasan izin dari ortu?".

"Ahh au ah pusing. Lihat aja besok lah!". Ucap Wulan entah untuk siapa kalimat yang ia keluarkan sedari tadi.

"Jadi gak sabar buat besok".

Author POV end.

***

HEY HO PART 5 READY😂

Gimana part kali ini? Pendek ya? Sengaja😂 soalnya imajin mentok sampai situ doang:( ohiya, mari ajak teman-teman kalian, pacar, ibu-bapak, kakek-nenek, gebetan, mantan😂 dll untuk membaca cerita ini:)

Karena, ada beberapa adegan itu kisah nyata yang diamali oleh Wulan:)

Vote + coment jusseyo

WULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang