"Oke, gue tunggu di lobi ya."
Alys memutus panggilan teleponnya dengan Anjani setelah memastikan gadis itu tidak lama lagi akan tiba di kantor agensinya. Gadis itu kemudian duduk di salah satu sofa yang tersedia di lobi. Matanya fokus pada layar ponsel, hendak membalas pesan singkat yang dikirimkan Alexi beberapa saat yang lalu. Kekasihnya itu mengabari bahwa ia kini telah tiba dengan selamat di Bali dan hendak menuju hotel untuk beristirahat sebelum malam nanti akan menghadiri peresmian cabang restorannya di sana. Ia terlalu sibuk dengan ponselnya sehingga tidak menyadari saat seseorang berjalan mendekat ke arahnya dan duduk di seberangnya.
"Sibuk banget, lagi ngabarin cowok lo?"
Alys mengenali suara tersebut. Rasa malas dan jengah seketika menyergah. Ia hanya melirik pemilik suara itu sekilas tanpa mengatakan apa pun. Menanggapi ucapan Jeffrey hanya akan membuatnya kesal. Totally pointless karena pria itu sangat keras kepala dan terlalu mencintai dirinya sendiri.
Melihat Alys yang mengacuhkannya membuat Jeffrey merasa tertantang. Gadis di hadapannya ini benar-benar menarik di mata Jeffrey. She knows how to play hard to get. And Jeffrey likes it that way. Alys tidak seperti gadis kebanyakan yang dengan mudahnya akan jatuh ke dalam pesona Jeffrey.
"Gue jadi penasaran, cowok kaya apa yang bisa jadi pacar lo." Jeffrey kembali berbicara. Ia yakin topik yang satu ini akan membuat Alys tertarik. "Nggak nyangka, ternyata selera lo bagus juga. Cewek mana yang bakal nolak putra mahkota Harith Group, kan?"
Dugaan Jeffrey benar. Setelah mendengar hal tersebut, Alys langsung melemparkan tatapan tajamnya pada Jeffrey. Menampakkan betapa gadis itu tidak menyukai keberadaan Jeffrey serta pengetahuan pria itu akan identitas kekasihnya.
"Kalo tahu selera lo ternyata cowok-cowok tajir yang bisa ngasih lo kehidupan mewah, gue dari awal pasti udah melakukan hal yang sama." Jeffrey berujar pongah.
Alys mendengus sinis. "Well, flash news, I don't need your money." Tukasnya dengan nada jutek. Gadis itu kemudian kembali menyibukkan dirinya dengan ponsel.
Jeffrey sudah menduga Alys akan mengatakan hal tersebut. Gadis itu memang sangat feisty di hadapan Jeffrey. Dan jika harus diulang lagi, Jeffrey likes it that way.
"Gue penasaran, sih. Apa kata media kalo tahu pewaris Harith Group pacaran sama seorang Alys Sein." Jeffrey menyeringai saat dilihatnya Alys kembali memberi perhatian padanya. Gotcha!
Gadis itu sempat menatapnya dengan sengit untuk beberapa saat. Namun tak berapa lama kemudian, Alys tersenyum miring dan mengatakan, "gue juga penasaran, apa kata media dan fans lo kalo tahu idola mereka yang keliatan polos di depan kamera ternyata penjahat kelamin dan alcoholic."
Setelah berhasil membuat Jeffrey bungkam dengan ucapannya barusan, Alys bangkit dari duduknya. Gadis itu menyampirkan tas selempangnya pada bahu kanannya, lalu menatap Jeffrey dengan pandangan sinis sebelum melangkah.
Alys belum sempat berjalan jauh saat tangannya dicekal begitu saja oleh Jeffrey. Gadis itu menoleh dan melempar tatapan tajamnya pada Jeffrey. Beberapa orang yang berada di lobi kini tengah menatap mereka. Dan Alys jengah dengan sikap kekanakan dan keras kepala Jeffrey.
Alys menghela napasnya dalam-dalam, berusaha meredam emosinya yang tiba-tiba naik ke ubun-ubun. Gadis itu benar-benar tidak ingin membuat onar di hadapan banyak orang. Hal tersebut jelas tidak baik untuk citranya. Sehingga, dengan penuh kesabaran, gadis itu berujar, "lepasin tangan gue selagi gue minta baik-baik."
"What about no? I don't think your fans know who your boyfriend is. Gue rasa, kalo beberapa orang liat kita begini, mereka bakal mengira pacar lo itu gue." Jeffrey berujar dengan senyuma yang memuakkan.