"Good morning."
Alyssia tersenyum dengan ponsel yang ia tempelkan pada telinganya. Ia baru saja kembali ke kamarnya setelah sarapan bersama keluarganya saat Alexi meneleponnya.
"I miss you,"
Senyuman lebar tak luput dari bibir Alyssia setelah mendengar kalimat tersebut dari Alexi. "Cheesy as always," komentarnya singkat sebelum menambahkan, "but I miss you too."
"Kamu udah makan?"
"Udah dong, kaya gak tahu aja kebiasaan Papa."
Suara kekehan Alexi terdengar. "Kayanya aku harus mulai membiasakan diri bangun pagi, deh. Biar nanti kalo udah resmi jadi menantu nggak kaget."
Alyssia melirik jam di kamarnya, jam delapan lebih. "Kamu pasti baru bangun, ya?"
"Tahu aja, nih calon istri idaman."
Alyssia seketika tertawa mendengar kalimat tersebut. Calon istri. Rasanya masih begitu canggung menyebut dirinya sebagai calon istri dari seorang Alexi.
"By the way, kamu nanti jadinya balik ke apartemen jam berapa?"
"Belum tahu, mungkin siang atau sore. Kenapa?"
Alyssia mendudukkan dirinya di atas ranjang. Matanya memindai isi koper mini yang ia bawa tempo hari saat kembali ke mansion. Hari ini, koper itu kembali ia isi dengan beberapa barang yang berbeda dari apa yangkemarin ia. Koper mini itu kini penuh terisi dengan sebagian barang yang sengaja diminta oleh kedua orang tuanya untuk ia bawa ke apartemen, hasil dari shopping spree dengan kedua orang tuanya kemarin, sisanya, masih ada beberapa paper bag dari berbagai brand yang berserakan di sekeliling koper. Kepalanya mulai memikirkan cara untuk mengatur bagaimana agar barang-barang tersebut muat ke dalam koper.
"Mau jemput kamu, lah."
"Oh, nggak usah. Nanti juga ada supir yang nganterin, kok."
"I insist."
Kekehan kecil Alyssia terdengar begitu saja. "Okay, if you insist."
"Yaudah kalo gitu nanti kabarin aja, ya. Aku mau sarapan dulu."
"Oke," Alyssia menyahut dengan enteng. Kepalanya masih disibukkan dengan bagaimana caranya ia bisa membawa barang-barang tersebut tanpa repot. Perjalanan dari parking lot hingga ke pintu apartemennya cukup jauh, oke? Dan membawa banyak paper bag jelas bukan pilihan yang efektif dan efisien.
"Oke doang, nih? Sayangnya mana?"
Alyssia mendengus, tapi tak ayal sebuah senyuman geli tersemat di bibirnya. "Iya sayangku, nanti aku kabarin. Sekarang sarapan dulu, gih. Makan yang banyak ya kesayangannya Alyssiaaa."
Tawa rendah Alexi kemudian terdengar. "Siap komandan!"
"See you later!"
***
Sesuai dengan janjinya, Alexi menjemput Alyssia dari mansion keluarganya yang cukup jauh dari Jakarta. Keduanya kini tengah berada di dalam mobil Alexi dengan lagu favorit Alyssia terdengar dari audio mobil. Alyssia sibuk mengagumi rangkaian bunga yang ada di pangkuannya, pemberian dari Alexi saat laki-laki tersebut menjemputnya di mansion siang tadi.
"Sesenang itu sama bunganya?"
Alyssia tersenyum, matanya tak kunjung lepas dari rangkaian bunga peony di pangkuannya. "Iya lah, perempuan mana yang nggak suka dikasih bunga. Apalagi kalo bunganya dari kamu."